▶ DISCLAIMER ◀Cerita ini murni dari hasil pikiran dan imajinasiku sendiri. Jika ada kesamaan tempat, nama, kejadian hanyalah ketidaksengajaan. Tokoh di dalam cerita sama sekali tidak mencerminkan sifat dan sikap dari tokoh di dunia asli. Dan aku melarang keras untuk menjiplak karya ini.
Disarankan menggunakan background putih.
Terima kasih!
Awang lindap meniup lembut seluruh isi kota. Menimbulkan dersik samar kala lalai menubruk hijau tua muda. Seolah mereka —sang pengelos oksigen— menari tatkala udara bersiul.Tak ingin kalah, burung-burung kecil yang terbangun ikut meloloskan nyanyian merdu seraya merenggangkan sayap. Bersiap menjalani hari.
Dia, sang muda, yang masih terjaga hingga dini bertamu, mengeratkan punggung dengan kedua tangan terangkat tinggi. Mendesah pelan lega kala gelembung kecil dalam sendi menyeletuk nyaring bagai bubble warp tertekan.
Menyibak gorden biru dongker di dekatnya, membiarkan wajah tirusnya menyapa semburan sinar hangat dari luar. Meraup udara segar serakah dan membuangnya sembarang.
Lega. Penatnya lenyap sebagian.
Netra hazelnya meneliti tiap inci kamar tidurnya. Hela napas ia lepas. Tersadar bawah dirinya lagi-lagi menggila. Dengan cekatan membersihkan kekacauan atas perbuatannya.
Handuk ia raih. Begitupun dengan kemeja putih serta celana panjang abu yang berdiam rapih di dalam lemari. Tubuhnya menguasai kamar mandi dan melakukan ritual paginya. Mandi, tentu saja.
Begitu selesai, ia merapihkan penampilan. Berkaca dengan wajah datar. Menyisir surai gelap dengan jemari. Asal tidak menutupi pandangan artinya rapih.
Tumpukan buku ia masukan ke dalam tas ransel hijau tuanya. Beberapa kali memeriksa ulang semua kewajiban serta keperluannya.
Lagi, ia menatap keseluruhan kamarnya. Tertata rapih. Puas, ia mengangguk samar lalu keluar.
"Pagi, Hyun-ah."
Yang disapa mengukir senyuman tipis manis guna membalas sapa hangat Ibu. "Pagi, Bunda." Di sana, wanita Im itu menaruh sepiring telur mata sapi dan segelas susu hangat di hadapan sang anak. Menepuk beberapa kali pundak, "Ayo sarapan."
"Iya. Terima kasih, Bun." Ucapnya sopan dan mulai makan. Tak lama kemudian seorang pria tua beraura tegas ikut bergabung. Mengucapkan terima kasih saat disajikan sarapan. "Pagi, Ayah."
"Pagi."
Taehyun melirik kecil jam digital pada layar ponselnya. Kedua alisnya terangkat hingga kerutan samar tercipta. Tanpa babibu suapan akhir mendarat sempurna dalam mulutnya. Segelas air putih itu ia teguk cepat. "Ayah, Ibu, Hyun pergi dulu ya." Ujarnya cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jeda
Fanfiction一[ ᴏɴᴇsʜᴏᴏᴛ ] [ ᴋᴀɴɢ ᴛᴀᴇʜʏᴜɴ ] ❝ Ayo istirahat sejenak. ❞ #1 Diksi 20/7/21 Published: 9/7/2021 © tubinx | all rights reserved