1. Bertemu

157 21 7
                                    

;

Hingar bingar klub malam, alkohol, dan rokok sudah seperti makanan sehari hari bagi bungsu dari keluarga terpandang Kim. Tipikal pemuda yang suka kebebasan, kesenangan masa muda, dan selalu menggoda wanita.

Meskipun seberapa orang lain melihat Seokjin seperti keturunan aphrodite karena parasnya yang luar biasa menawan, bulu matanya yang panjang, tinggi dengan kaki putih, pundak lebar serta tingkahnya yang arogan mencerminkan sebagai Tuan Muda.

Tempramennya agak kurang ajar, matanya sedingin salju dan selalu terlihat tidak peduli.

Dia masih memiliki kekurangan, Seokjin tidak bisa berhubungan seks dengan gadis manapun!

Sialan, dia tidak impoten. Seokjin hanya takut, ya takut pada ayahnya.
Si tua bangka itu sangat konservatif, ketika Seokjin pulang dengan keadaan mabuk atau terlalu larut, ayahnya akan memukul dan menendang pantatnya menggunakan tongkat kayu atau tangannya. Dia pikir Seokjin masih remaja apa? Oh tolonglah, Seokjin sudah berumur dua puluh tahun.

Ayahnya selalu berkultum bahwa Seokjin harus tetap suci dan hanya melakukan seks saat menikah. Menyebalkan.

Di rumah, Seokjin hanyalah seonggok upil kadal jika dibandingkan dengan kedua kakak perempuannya. Kakak pertamanya sudah menikah dengan pengusaha sukses di bidang ekstraktif dan sudah memiliki bayi, sementara kakak keduanya seorang super model yang sudah melanglang buana di peragaan besar seperti Milan dan New york.

Sementara dirinya seorang laki laki yang terbiasa dimanjakan oleh ibu dan kedua kakaknya hanya menolak keras ketika ayahnya memintanya untuk mempelajari bisnis, apa apaan itu? Kuliah pun ia malas, apalagi melanjutkan perusahaan?

Seokjin hanya ingin bersenang senang, makan, tidur. Dia suka menyanyi dan memancing, cita cita Seokjin dimasa depan hanyalah ia tidak ingin menjadi miskin. Sesimple itu.

Seokjin mengehela napas kasar, giginya bergemeletuk kesal. Ini sudah yang ke dua puluh tiga kalinya seorang gadis memutuskan hubungan dengannya karena Seokjin selalu menolak diajak untuk berhubungan seks, memalukan.

Dia hanya takut, oke? Bertahun tahun ditekan oleh sang ayah membuatnya menjadi pihak yang pasif.

Hani dan Jaehwan akan mengejeknya setelah ini.

Seokjin ingin meneguk lagi, ketika suara seseorang menginterupsi dan duduk disebelahnya, mata itu bergerak genit, "Sendiri?"

Seokjin diam tak menjawab, dia yakin yang ia masuki bukanlah Gay bar.
Seokjin seratus persen lurus, selurus pasta sebelum di masak.

Pria itu kembali membuka suara, "Matamu cantik,"

Seokjin mual, dia bukan homophobia tapi dia tak suka dikatai cantik. "Dude, Stop it. Im not gay,"

Seokjin akan bergerak bangkit tapi pria asing itu menahan lengannya, menjilat bibirnya yang kering, "Hanya ingin berkenalan, kenapa sombong sekali?"

Dan Seokjin reflek menyentaknya kasar, efek alkohol karena ia agak mabuk banyak hari ini, terlebih Seokjin tidak suka disentuh sembarangan, "Perhatikan sopan santunmu," desisnya.

Pria asing itu mulai menatapnya kesal, mengapa begitu dingin dan sombong?

"Kim Seokjin kan? Tenang saja, aku mengenalmu. Putra bungsu dari keluarga Kim Yeonseok yang tidak punya bakat. Ternyata rumor itu benar, kau begitu arogan dan kasar seharusnya tidak lahir dari keluarga kaya. Hanya bermodalkan wajah tak akan membuatmu selalu menarik,"

Wajah Seokjin mulai emosi dan pria itu dengan nada mengejek melanjutkan, "Gadis gadis yang pernah dekat denganmu bilang bahwa kau impoten, apa itu benar? Ck ck sayang sekali"

Seokjin kalap Dan keributan tak lagi terelakkan, bagi Seokjin, memukul dan dipukul adalah hal yang biasa sejak ia berada di bangku Senior, tempramennya buruk sejak lama, hanya ketika dia diusik sedikit saja, Seokjin akan langsung bangkit membela diri.

Pipi putih itu lebam, dan pria asing terjatuh di lantai tak berdaya. Pria menjijikan ini berani menghinanya, Seokjin tak akan tinggal diam. Semua orang menatap keduanya dengan pandangan takut dan ingin tahu, dengan petugas keamanan yang panik mencoba memisahkan.

Sebelum Seokjin ditarik pergi untuk keluar, matanya tak sengaja bersibobrok dengan pria yang duduk dikursi VIP yang agak jauh, wajahnya begitu kaku. Dikirinya terdapat seorang wanita yang merangkak mencoba untuk menggoda dada dan selangkangan pria itu, terlihat menjijikan. disampingnya ada beberapa pria dengan wajah seram serta bentuk tubuh yang besar.

Pria surai platina itu terus menatapnya membuat Seokjin tak nyaman, Seokjin memalingkan wajahnya dengan dingin.






;

Namjoon duduk dengan pandangan kosong, beberapa orang menatapnya minat tetapi terlalu takut untuk mendekat. Aura pria itu benar benar terasa begitu dominan.

Semua orang tahu Namjoon dipandang sebagai pengusaha sukses di usia muda, tampilan wajah dan pencapaiannya ada di berbagai platform berita dan sosial media.

Tiga hari yang lalu ia baru pulang dari italy setelah membantu sang kakek mengendalikan bisnis perdagangan kokain, efek dari tidak stabilnya sengketa antar wilayah di beberapa organisasi kartel.

Dan disaat yang bersamaan, Kim Taehyung, adiknya kembali memiliki episode dan dia mengamuk. Total membunuh lebih dari dua orang pada hari itu.

Membuatnya harus buru buru kembali ke Korea. Sudah lama Taehyung tidak menunjukan gelagat kemarahan, bahkan sampai saat ini Namjoon masih mencari apa pemicu adiknya mengamuk hari itu.

Taehyung terlihat tidak ingin bicara sama sekali, dan lagi lagi Namjoon harus mengirimnya pada JaeJoong untuk membuat mentalnya lebih stabil.

Terlalu larut dalam pikirannya sendiri, total mengabaikan musik yang memekakkan telinga. Dengan Jackson yang sedang bermain main, saling melemparkan kalimat menggoda dengan tiga wanita tepat dihadapannya.

Ditambah gadis disampingnya mulai sedikit berisik dan ingin selalu mengajaknya bicara. Harusnya Namjoon menolak ajakan Jackson datang kesini, moodnya hilang.

Namjoon ingin segera bangkit tetapi keributan di ujung sana membuatnya berhenti, menaikkan alisnya bingung, "Ada apa?"

Pengawal yang berdiri disampingnya menjawab tegas dan sopan, "Sepertinya ada yang sedang berkelahi, Sir"

Pria itu mendecak, dia harus sering mengkritik Jaebum (pemilik bar) sekaligus salah satu sahabatnya yang sama tidak bergunannya seperti Jackson, mempertanyakan mengapa penjagaan begitu lemah hingga bisa membiarkan para sampah itu masuk? Sial, mood Namjoon semakin buruk.

Semua mata tertuju pada satu titik itu. Dan mau tak mau Namjoon ikut menonton.

Untuk pertama kalinya kedua mata itu bertemu.

Mata elang Namjoon ditatap dengan begitu dingin. Pemuda dengan bibir penuh itu terlihat acuh tak acuh saat menatapnya, alisnya mengkerut.

Namjoon merasa dadanya berdetak begitu kencang, seolah jantungnya ingin keluar dari tempatnya berada. Perutnya terasa aneh.

Ada apa dengan mata salju itu? Menatapnya begitu dingin? Tanpa ada rasa takut? Mengapa Tidak ada raut mendamba seperti manusia lain ketika menatapnya?

Namjoon tidak tahu.

Pemuda itu ditarik pergi dan Namjoon buru buru bangkit, menyebabkan gadis dengan pakaian seksi yang sedari tadi menempel padanya hampir terjengkang dan jatuh terduduk, pengawal botak dengan tubuh besar disampingnya hampir tertawa melihatnya.

Namjoon melangkahkan kaki panjangnya keluar dari bar, mencoba mengejar.

Tapi pemuda sudah itu tidak ada.

Siapa?

Siapa dia?






"Jimin, carikan aku seseorang."









TBC.

...

Baru punya waktu luang wkwk. Malah bikin cerita baru.

THE EYES [NAMJIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang