Plakk
Suara tamparan begitu keras sehingga orang yang ada di dalam rumah dapat mendengar dan menyaksikan kejadian itu
"Dasar anak sialan kamu, bisa bisanya menghina kakak mu sendiri hah sudah berani iya?!!". Bentakan itu sangat mengerikan' gejolak amarah membara membuat sang anak ketakutan
"A-aku tidak berbicara seperti itu ayah". Sambil berlutut dihadapan sang ayah membela dirinya sendiri, rasa takut selalu menyelimutinya.
Entahlah mengapa bisa seorang ayah begitu benci terhadap putri kandungnya sendiri, sangat menyakitkan bukan?
Ayah yang seharusnya memanjakan putrinya tapi malah menghina nya, melukai fisik, hati dan mentalnya"Dia bohong ayah, dia mencaci maki ku dihadapan teman temanku, dia menghina ku dan mempermalukan aku di depan banyak orang, hukum saja dia ayah". Sambil menatap sinis kepada sang adik menjambak rambut sang adik nya kuat tanpa ampun sehingga beberapa helai rambut itu rontok lalu membenturkan kepala adiknya ke meja yang ada di sampingnya
Melihat darah keluar dari kening adik nya diapun melepaskan cekatan tangannya di rambu adik tirinya, menjauh dari ruangan itu dengan memendam kemarahan nya dan melenggang pergi menuju kamarnya
Orang rumah tidak ada yang berani membela sang anak yang malang itu, karena mereka yang akan terkena imbasnya.
"Aku berani bersumpah ayah, aku tidak melakukan itu semua, semua yang kakak ucapkan itu tidak benar ayah hiks". Sambil menangis menahan rasa sakit di kepalanya berharap ada yang membela nya dan memohon ampun kepada ayahnya
"Stop!! saya muak dengan tingkah kamu yang selalu menyalahkan kakak kamu, ayo ikut saya" . Rasa tidak peduli dengan keadaan sang anak membuat darah yang ada di kening nya terus mengalir deras, sambil dikuasai oleh kemarahannya pria itupun menyeret anaknya hingga membuat darah itu mengotori lantai hingga ke dalam gudang yang gelap dan kotor lalu menguncinya dari luar
Dia menangis sambil memukul-mukul pintu gudang itu "ayah buka pintunya ayah aku takut hiks, ayah jangan hukum aku, ayahh buka". Sambil menangis menahan rasa pusing karena luka di kepalanya ia berteriak sekencang mungkin berharap agar ayahnya membuka pintu gudang itu
Pria itupun pergi menjauh dari ruangan yang kotor nan gelap itu, terus berjalan keluar rumah tanpa mempedulikan sekitar sambil mengambil kunci mobil yang ada di atas mejanya, dia berjalan menuju ke bagasi dan bergegas masuk kedalam mobilnya menghidupkan mesin mobilnya dan keluar dari pekarangan rumahnya, mobil itu terus menjauh sampai tidak terlihat lagi dari pekarangan rumah, tak peduli jika putrinya menderita.
Disisi lain, di tempat yang kotor seorang gadis terduduk di balik pintu dengan lantai yang dingin dan berdebu tanpa pencahayaan gadis itupun menangis mengerutuki nasib nya
"Tuhan apakah bumi marah kepadaku? Bumi terlalu kejam untukku Tuhan aku tidak sanggup hikss, Tuhan sangat rindu pada bunda ya?, sampai sampai Tuhan harus mengambil bunda dan tidak mau untuk mengembalikannya? Kenapa bunda tidak kembali Tuhan, aku juga rindu bunda""Tuhan aku ingin bersama bunda, kenapa Tuhan tidak memanggilku juga? Tuhan tidak rindu padaku?". Tidak ada yang peduli lagi kepadanya, jadi percuma saja dia berteriak meminta tolong kepada siapapun tidak akan ada yang menolongnya
Tiba tiba rasa pusing itu menyerang kepalanya terasa begitu sakit, sambil memegang kepalanya dia berusaha untuk menghilangkan rasa sakit itu tapi bukannya semakin membaik malah membuat semakin pusing, penglihatannya perlahan memudar seketika badannya lemas, kegelapan merenggut begitu saja.
🤎🤎🤎🤎
Hai semuanya
Gimana penasaran bagaimana kelanjutan? Pantengin terus ya
Jangan lupa follow akunnya author biar author lebih semangat lagi nulis ceritanya
Oke bye bye seu next time🤗🤗
kayyyy1604
KAMU SEDANG MEMBACA
'NAYA'
Teen Fictionini kisah seorang Naya, gadis yang cantik tapi hidupnya tidak secantik itu bahkan berbanding terbalik dengan itu, hidupnya berubah setelah bundanya meninggal. sekarang yang hanya dia tau adalah menderita dan menderita tapi nanti entahlah apakah dia...