prolog

2.5K 316 5
                                    

Tanpa disadari sembilan tahun telah berlalu sejak perpisahan mereka. Masa depan yang dimiliki terlihat begitu jelas perbedaannya.

Meski matahari bersinar begitu terik di atas, tak sekalipun ada orang yang mengeluh kepanasan. Mereka begitu ramai berkerumun, memenuhi pinggiran jalan demi bisa menyambut sekaligus melihat rupa para pahlawan perang.

Namun diantara sekian banyak kegirangan, ada satu orang yang paling terlihat tidak suka. Charlina tak henti berdecih kesal sembari menggerutu sejak tadi.

Dia tengah melakukan perjalan panjang sehingga baru sampai di Ibukota. Melihat begitu banyak dan padatnya aktifitas penduduk untuk merayakan penyambutan kepulangan para pahlawan usai perang panjang membuat Charlina spontan mengumpat.

Tanpa sadar dan hanya lengah sedikit, Charlina tiba tiba saja terseret dan berdiri di barisan paling belakang lautan rakyat yang menunggu kepulangan para Pahlawan.

Dia bahkan sampai terpisah dan kehilangan jejak rombongannya sendiri.

Para kesatria yang menunggangi kuda paling awal sebagai pemimpin mulai berdatangan. Semua orang berteriak kegirangan dan semakin heboh.

Terutama pekikan para gadis yang penuh semangat tanpa sebab membuat telinga Charlina berdengung. Beberapa orang diantaranya Charlina tatap tajam sampai langsung diam karna ketakutan.

Ingin sekali ia pergi ke tengah jalan saat itu juga demi bisa membubarkan penduduk.

Lalu diantara sekian banyaknya kesatria, terdapat satu penunggang kuda wanita yang nampak begitu mencolok. Rambut peraknya bersinar begitu terang, berkilauan memantulkan cahaya matahari sembari bergerak mengikuti hembusan angin.

Semua orang ramai bersorak memanggil nama si penunggang kuda wanita itu dengan penuh rasa bangga sembari melemparkan begitu banyak bunga kepadanya sebagai bentuk rasa terima kasih.

Nona Saintess yang baru. Putri dari Dewa agung yang terhormat. Semua julukan khusus untuk Elina itu terdengar nyaring masuk ke telinga Charlina.

Sejauh ini semua sesuai dengan alur novelnya. Elina si tokoh utama perempuan yang baru pulang dari peperangan adalah awal mula kisah cinta rumitnya terjadi.

Charlina berhenti menggerutu. Ia terdiam menatap nyalang dan penuh amarah kehadapan di mana terdapat Elina yang tengah melambaikan tangan ramah sembari tersenyum lebar. Membalas semua sapaan rakyat tanpa menyadari salah satu dari mereka ada yang menatapnya penuh kebencian.

Ah, rasanya lucu sekali sampai Charlina merasa muak dan ingin tertawa terbahak bahak. Para rakyat dengan polosnya memuja Elina tanpa mengetahui masa lalu kelam yang dilaluinya.

Elina yang mereka kenal mungkin seorang pahlawan karna berhasil melindungi banyak kesatria di medan perang sehingga begitu sedikit angka kematian prajurit di sana sampai berhasil meraih kemenangan.

Namun Elina yang Charlina kenal jauh berbeda. Gadis itu begitu bengis dan licik menutupi semua dosa di balik wajah polos dan kasih sayang rakyat Negara lain ini.

Beberapa tahun sebelum pindah ke Ibukota, Elina pernah tinggal satu atap di rumah yang sama dengan Charlina. Memberinya arti dari kehancuran dan rasa perih lalu pergi begitu saja setelah membunuh dua manusia tak berdosa yang adalah orangtua Charlina sendiri.

Rasa dendam itu masih membara dan utuh seperti waktu itu. Bisa bisanya setelah melakukan kesalahan tak termaafkan begitu Elina malah hidup dengan santai dan tidur di atas pemujaan banyak orang kepadanya.

"Nona, akhirnya saya menemukan anda!" Seorang wanita dengan tudung hampir menutupi seluruh wajah dan tubuh itu datang menghampiri Charlina.

Maria membungkuk memegangi lututnya kuat berusaha istirahat sejenak setelah berlarian kesana kemari mencari sang majikan.

"Maaf membuatmu hawatir." Charlina menoleh sebentar sembari menjawab santai.

Dia kemudian menunduk meraih satu kerikil batu kecil di tanah dan melemparnya begitu saja ke depan. Tepat melewati belakang kepala Elina yang masih menunggang kuda di depan.

Merasakan sekelebat angin menggelitiki tengkuknya, Elina menoleh ke samping. Tubuhnya seketika terpaku begitu terkejut melihat eksistensi yang dikenalnya dengan baik tengah tersenyum penuh arti kepadanya.

Tatapan yang saling bertemu pandang membuat tubuh mereka terkunci selama beberapa detik. Dengan sengaja Charlina langsung mengalihkan perhatian dan menarik tudung di belakang agar menutupi wajahnya.

Charlina memang akan balas dendam. Itulah tujuannya datang kemari tapi tidak akan melakukannya sekarang juga. Membuat Elina menyadari bahwa dirinya ada di Ibukota sudah lebih dari cukup mengancam agar dia tidak bisa tidur dengan nyenyak.

"Kita hampir terlambat Maria, ayo pergi." Ajak Charlina berlalu dari sana.

Maria yang masih mengumpulkan tenaga menoleh. Langsung mengikuti Charlina dibelakangnya tanpa menyadari ada orang yang menatap mereka penuh rasa takut di tengah pusat perhatian.

How Do Villains Get Their Revenge?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang