Ragu

30 2 0
                                    

Kau bertanya dengan rasa ragu
Seberapa besar cintaku padamu...


💙

"Can...mau ya jadi pacarku?"

Entah sudah berapa kali Tin memohon kepada Can, mahasiswa jurusan olah raga yang super aktif itu. Tin memohon, bukan meminta lagi, apalagi bertanya. Tin diambang putus asa...

"Tiiiinnn...kita jadi teman saja ya? Kita tetap bisa dekat kok, na..na..?".

Can..dengan segala pengetahuan dangkalnya tentang cinta menjawab sebisanya, sepahamnya. Can masih awam dengan semua rasa ini, dan jawaban itu yang paling aman menurut ia saat ini.

"Aku tidak mau jadi teman mu. Ae teman mu, phi No teman mu, si lambat Good teman mu. Aku tidak mau setara dengan mereka Can, aku mau lebih. Apa yang kurang dari ku Can? Katakan..."

Tin mengacak rambutnya, andai kalian tau dia kini benar-benar frustasi. Ingin rasanya berteriak, menangis, memukul atau menendang apapun. Tapi ia tau semua itu tidak akan merubah keadaan jadi lebih mudah.

"Jika kau suruh aku begini...begitu...akan aku lakukan. Jika kau tidak mau hadiah mahal karena kau tidak bisa dibeli dengan uang, akan aku lakukan. Jika kau suruh aku mengantar dan menjemput mu setiap hari, mentraktirmu, menjadi suporter terdepan mu saat latihan atau pertandingan akan aku lakukan. Katakan Can...pleaseeeee..."

Tin berlutut di depan Can, ia benar-benar telah kehabisan ide serta kata-kata untuk meyakinkan pemuda imut yang kemeja bagian pinggangnya sedang ia remas. Hey Cantaloupe...sadarkah kau telah membuat pangeran Medthanan berlutut memohon cinta mu?

"Tiinnn...jangan begini, ayo bangun...jangan berlutut, Tiiinnnnn...". Can panik sambil melihat kanan-kiri. Ia tidak ingin Tin yang sedang merendahkan diri di depannya yang bukan siapa-siapa ini dilihat orang lain. Tidak bagus untuk citranya.

"Aku mohon Can..."

"Tin..."

"Can...aku mohon"

Lirih suara Tin menyampaikan irama sendu dipendengarannya. Melihat begitu besarnya pengorbanan Tin, Can menggali lagi perasaannya. "Ada yang tidak benar disini, tapi apa? Aku tidak mengerti..."

Can pun ikut berlutut, dipegangnya kedua pipi Tin agar ia mau mengangkat wajahnya yang sedari tadi menunduk. "Sakit...kenapa sesakit ini? Seputus asa itukah? Haruskan aku..."

"Apa yang kamu liat dari aku? Kamu tuan tampan, aku si itik buruk rupa. Kamu pangeran Medthanan, aku rakyat jelata. Kamu si jenius mahasiswa program international, aku cuma mahasiswa yang IPK nya nyerepet DO. Dan yang paling gak mungkin...aku laki-laki Tin, sama kaya kamu, kita punya kelamin yang sama. Apa yang bisa aku kasih untuk seorang pangeran Medthanan? Gak ada yang bisa kamu harapin dari orang yang punya nama Melon orange ini Tin"

Akhirnya Can menyuarakan semua keraguaannya selama ini. Sudah lama ia ingin menyampaikannya, tapi Can pikir Tin yang begitu cerdas pasti paham dengan semua ini. Makannya selama ini Can diam saja dan hanya bisa menghindar.

Akan selalu ku jawab semua keraguan mu,
Kan ku buktikan semuanya padamu,
Tak perlu kau ragu lagi cukup jalani dan rasakan,
Oh my lady...

"Cukup kamu disamping ku Can, sempurnakan langkah ku untuk menyusuri waktu. Cukup kamu di samping ku Can, berjalan bersama ku, disini, aku...kamu...kita...itu semua udah cukup buat aku. Aku bisa membeli seluruh Thailand untuk berada di kaki aku, tapi aku gak mau semua itu. Yang aku mau cuma kamu"

"Jangan nangis Tin...air mata kamu terlalu mahal untuk aku tebus", Can mengusap lembut air mata Tin yang tumpah ruah tak terbendung lagi. Tanpa Can sadari tangannya perlahan berpindah dari pipi kini melingkar manis di leher, Can memeluk Tin.

"Maaf...maaf na udah ngeraguin kamu. Aku gak paham ini perasaan apa, tapi yang aku tau hati aku sakit ngeliat kamu sebegininya buat aku. Stop Tin, dada aku rasanya sesak banget"

Can pun ikut menangis. Ia tak mengerti kenapa ia ikut menangis bersama Tin. Mereka berdua menangis bersama dalam pelukan yang syarat akan sejuta rasa. Pengharapan, bimbang, penantian berbaur menjadi dawai nada di untaian sukma.

"Semesta...untuk kali ini saja, izinkan aku mengikuti kata hatiku..."

Can melepaskan pelukan mereka, menatap mata setajam elang itu...

"Aku serahkan poros hidupku pada mata ini. Semoga ia hanya berpusat pada ku, bukan yang lain"

Can meraih tengkuk Tin, perlahan ia menyatukan bibir mereka berdua. Letupan irama syahdu menari-nari disepanjang aliran darah mereka. Persatuan yang telah lama dinanti akhirnya melebur menjadi sebuah jawaban yang paling dinanti sang pujangga. Tin menyunggingkan seutas senyum disela perpaduan manis itu. Air mata kini telah bermetamorfosis dari kelam menjadi secercah cahaya.

"Bibir ini...bisakah hanya tersenyum pada ku saja? Mata ini...bisakah hanya melihat pada ku saja? Telinga ini...bisakah hanya mendengungkan nama ku saja?". Can menyentuh perlahan tiap-tiap inci wajah Tin yang tidak pernah tidak memesona sanubarinya.

"Tangan ini...bisakah hanya menggenggam erat jemari ku saja? Dada ini...bisakah hanya berdetak seirama dengan rindu pada ku saja? Bisakah Tin...?"

Can berkata dengan lembut, sangaaatt lembut. Benarkah ini Cantaloupe si melon orange yang sedang berbisik padanya? Tin tersenyum sumringah, dadanya bergemuruh menggaungkan hanya satu nama, satu rindu...

"Hanya kamu Can, hanya nama mu, hanya dirimu. Aku bersumpah dan kamu bisa pegang janji ku"

Tin menyatukan kening mereka, berharap setiap getaran rasa ini tersampaikan pada sang tercinta.

"Aku mencintai mu Cantaloupe. Hari ini, esok, dan seterusnya. Aku..kamu..kita.."

Can menutup matanya, meresapi setiap sinyal yang Tin kirimkan padanya. "Aku tidak akan lari lagi. Aku tidak akan sembunyi. Rasa ini...aku menyukainya"

"Suatu hari nanti aku akan menjawab sama lantangnya dengan yang kau teriakan. Apa kau mau menunggu ku Tin?"

💙💚💙💚💙💚💙💚💙💚💙💚💙💚

Kau bertanya dengan rasa ragu
Seberapa besar cintaku padamu
Akan selalu ku jawab semua keraguanmu
Kan ku buktikan semuanya padamu

Tak perlu kau ragu lagi
Cukup jalani dan rasakan
Oh my lady

Cukup kau di sampingku
Sempurnakan langkah ku tuk menyusuri waktu
Cukup kau di sampingku
Berjalan bersama ku pasti kan kau bahagia

Don't you know I love you lady
Don't you know you make me crazy
Oh my lady

[Ragu - Rizky Febian]

💙💚💙💚💙💚💙💚💙💚💙💚💙💚

From: Jingga Senjani
To: 2wish

~Hatur nuhun~

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 09, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Simfoni CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang