1

9 1 0
                                    


Pagi itu, seorang gadis berusia 16 tahun melalui hari-harinya seperti biasa. Bangun pagi, dan bersiap-siap berangkat ke sekolah. Bersekolah di salah satu SMA negeri yang banyak diminati oleh pelajar di kotanya menjadi salah satu impian gadis tersebut, hingga akhirnya ia bisa berada di sekolah itu. Dulu ketika masih duduk di bangku SMP, gadis tersebut sudah mulai menyusun daftar SMA yang ingin di masukinya. Dan dari beberapa yang di tulisnya, akhirnya ia dapat masuk ke salah satunya.

Nama gadis tersebut ialah, Widya Hasna Nasution. Kini ia duduk di bangku kelas 2 SMA, yang mana merupakan masa yang paling ribet menurut senior-seniornya, karena dipenuhi dengan segala macam keperluan, mulai dari persiapan untuk kelas 3 hingga penentuan akan kemana setelahnya. Selain itu, berada di bangku kelas 2 atau kelas XI tentu jauh lebih berat sebab materi pembelajaran lebih padat dari pada di kelas X ataupun XII, dan tuntutan jauh lebih banyak, saat itu juga menjadi momen dimana menentukan kita akan berada di kelas yang bagimana selanjutnya. Dan saat ini ia berada di antara siswa-siswi ambisius, yang terkadang sering kali membawa dampak positif, seperti ingin menjadi lebih baik dalam setiap pelajaran. Namun, tidak jarang juga ia merasa terkucilkan dengan situasi kelasnya. Siswa-siswa terbaik yang berada di setiap kelas ketika kelas 1 SMA harus menjadi teman-teman sekelasnya di kelas 2, entah berdasarkan apa pengurutan kelas ketika ia berada di kelas 2, padahal jika diingat kembali ia bukanlah salah satu siswa 10 besar terbaik ketika di kelas 1.

Pagi itu, ia telah bersiap untuk berangkat ke sekolah diantar oleh sang ayah dengan mengendarai sepeda motor. Ia tidak pernah sarapan, bukan karena ibunya tidak masak, hanya saja ia tidak begitu suka makan disaat pagi hari, oleh karenanya ia hanya minum segelas susu setiap pagi. Dan karena itu juga, sang ibu selalu mengingatkannya untuk membawa bekal dangan maksud agar ia tetap dapat menikmati masakan yang dibuat ibunya setiap pagi dan akan di makan ketika jam istirahat pertama ataupun ketika perutnya merasakan lapar.

"Yah, Wid udah selesai nih. Berangkat sekarang yuk?" Ucapnya kepada sang ayah, pertanda ia minta diantar ke sekolah. Dan sanag ayah hanya langsung bergegas mengambil kunci motor dan berpamitan dengan sang istri.

"Ma, Wid pergi ya, assalamualaikum." Pamitnya kepada sang ibu sambil menyium tangannya.

"Iya, waalaikumsalam. Yang bagus belajarnya, dek!" Jawab sang ibu. Dan dibalas hormat olah Widya seakan ia telah siap menjalani rutinitasnya pagi itu

Dari rumah kesekolahnya hanya membutuhkan waktu sekitar 10 menit jika jalanan belum ramai, jika sudah mulai ramai akan memakan waktu sekitar 15 menit. Jarak rumahnya memang tidak terlalu jauh dari sekolah oleh sebab itu ia selalu meminta sang ayah untuk mengantar ataupun menjemputnya.

Setibanya di sekolah, seperti biasa sang ayah hanya mengantarnya sampai depan gerbang, lalu bersalaman dan berpamitan dengan sang ayah. Dan seperti biasanya juga ia kan mendengar lantunan musik-musik jika datang lebih awal, atau mendengar teriakan para guru jika terlambat. Dan beruntungnya pagi ini ia datang lebih awal, dan masih dapat menikmati lantunan musik yang biasa diputar sebelum jam masuk sekolah.

'Selamat pagi semua, kunantikan dirimu, di depan kelasku menantikan kamu. Guruku tersayang, guruku tercinta tanpamu apa jadinya aku, tak bisa baca tulis, mengerti banyak hal, guruku terima kasihku........'

Perjalanan dari gerbang menuju kelasnya cukup membuatnya mengelilingi hampir separuh sekolah, sebab letak kelasnya berada cukup jauh dari gerbang utama dan berada tepat di pojok sekolah, untuk itu setiap pagi ia harus melewati lapangan yang cukup luas, sama seperti siswa-siswi lain yang letak kelasnya berdekatan dengannya. Ia pun mulai berjalan menyusuri lapangan, mulai dari lapangan basket, lapangan futsal, hingga lapangan voli. Saat itu, situasi masih belum begitu ramai, karena masih pukul 07.00 WIB, yang mana hanya siswa-siswi yang sedang bertugas piket atau memegang kunci kelas saja yang datang lebih awal.

CARAKU MEMBENCIMUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang