[ 2 ] Rival

2K 177 17
                                    

"simpan saja chocopie ku di sana Hyung, aku akan membuatkan mu teh"

Jisung melenggang pergi ke dapur. Meninggalkan pria jangkung itu dalam lamunan. Matanya menyusuri setiap sudut Jisung, seolah itu adalah tontonan menarik yang tidak boleh di lewatkan.

"Tidak banyak berubah ternyata" Ia tersenyum kecil.

Jisung kembali, membawa nampan berisi secangkir teh dan beberapa toples cookies di di atasnya.

"Ini, Hyung. Aku mengganti gula nya dengan madu seperti biasa"

Pria itu mengangguk, kemudian meneguk teh tersebut. Selalu enak, buatan Jisung-nya. Ia mulai membuka suara. "Apa kau tidak merindukanku Ji?"

Jisung yang semula hanya menunduk kemudian menegakkan tubuhnya, menatap pria itu dengan tatapan datar. Entahlah, perasaannya bercampur aduk saat ini.

"Apa aku nampak merindukanmu, Sungchan Hyung?" Jisung mengalihkan pandangannya menuju arah lain, melipat kedua tangannya di depan dada. "Kau itu menyebalkan sekali, tiba-tiba datang tanpa di undang. Aku jadi ngeri, apakah kau semacam Jelangkung?"

Sungchan terkekeh, ia berdiri kemudian merangkul Jisung yang memang sedari tadi enggan untuk duduk.

"Katakan saja kau merindukanku, benar kan?"

Jisung mendengus, melepaskan rangkulan lelaki Virgo itu. Kemudian berlari menuju kamarnya. Kemudian ia berteriak "Kenapa kau selalu percaya diri begitu sih, kepedean!"

Brakk. Jisung sengaja membanting pintu,Ia tidak bisa bersikap santai saat ini. Ayolah, hanya wajahnya yang datar, tapi jantungnya saat ini sedang berdisko ria. Sopan kah begitu?.

Ia menyentuh dadanya, merasakan jantungnya berdetak sangat cepat seolah-olah ia sedang maraton. Wajahnya sekarang nampak seperti kepiting rebus.

"Astaga ada apa dengan jantungku? Apakah waktuku sudah tidak lama lagi? Aku masih ingin hidup. Eomma, bagaimana ini"

Sedangkan di luar sana Sungchan dengan santai kembali menyesap teh nya. Dan memasang senyum bodohnya, yang sialnya sangat tampan.

Sungguh, rasanya ia ingin melompat-lompat seperti anak kecil. Hanya karena ia mendapati wajah Jisung-nya bersemu saat bersamanya tadi. "Hei apakah dia menyukaiku? Astaga beraninya aku berfikir begitu"

"Yak, Park Jisung aku a-" itu Jeno, ia masuk ke dalam rumah Jisung seolah itu adalah rumahnya. Namun atensinya teralih pada pria jangkung yang juga balik menatapnya.

Mereka terus bertatapan, menimbulkan aura permusuhan yang kentara. Sungchan lah, yang pertama melepas kontak mata mereka.

"Jangan menatapku begitu, kau tidak ingin terpesona dengan ku kan?"

Jeno mengerutkan alisnya. Hei, dia itu seme sejati! Mana bisa dia terpesona dengan pria di depannya ini. Narsis!.

"Aku mencari Jisung, apa kau temannya? Aku akan mengajaknya ke suatu tempat"

Kini berganti, Sungchan yang mengerutkan alisnya. Ck, tidak suka!. "Jika kau ingin mengajaknya ke supermarket, ia sudah pergi dengan ku tadi" Sungchan tersenyum, namun nampak seperti seringaian di mata Jeno.

"Omong-omong, aku Jung Sungchan" Sungchan mengulurkan tangannya, berniat berjabat tangan dengan Jeno.

"Jeno" ujarnya tanpa membalas jabatan tangan Sungchan. Membuat si empu menarik tangannya dan mengangguk.

Jeno berlalu pergi, berniat mencari keberadaan sang pujaan hati. Awalnya ia mencari dengan penuh semangat. Tapi Jisung tak kunjung ia temukan. Dimana sih bocah itu?.

Chocopie [ Nosung ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang