.....

83 5 0
                                    

"Memang apa untungnya memelihara anak seperti dia? "

"Apa yang kau katakan Luwis, dia adalah anakmu sendiri! Tega sekali kau"

"Bukan dia bukan anakku, dia adalah pembunuh yang sudah merenggut nyawa istriku! "

Plak!

"Sadarlah! Semua ini sudah menjadi garis takdir Tuhan, anggaplah sebagai penebusan dosa yang selama ini kau lakukan! "

"Hahaha, Tuhan? penebusan dosa? Dimana Tuhan saat aku membutuhkan Dia? Ha! "

"Oee.. Oee"

"Stttt, tenanglah sayang hmm.. jangan menangis lagi okey? Anak cantik tidak boleh cengeng"

"Bawa dia pergi jika kau memang ingin merawatnya, aku tidak sudi melihat wajahnya! "

"Lewis! "

"Bahkan sejak dia dalam kandungan bayi itu sudah menampung dosa dalam dirinya"

"Brengsek! Ayah macam apa kau ini? "

"Bawa dia, jauhkan dia dariku! "

"Kau... "

"Sudahlah Antonio, kita pergi dari sini aku yang akan merawat dan membesarkan bayi ini seperti anakku sendiri"

Antonio pada akhirnya mengangguk menyetujui ucapan istrinya, karena percuma hati keras milik Luwis tidak akan pernah sama lagi, tidak akan pernah mencair lagi.

"Ayo kita kembali, dan kau Luwis! dimasa depan jika kau mengemis padaku meminta anakmu, ingatkan aku untuk menendang wajahmu! "

"Cih, tidak akan! "

Luwis menatap penuh amarah kearah dimana pasangan suami istri itu pergi.

Telinganya masih mendengar suara tangis dari sosok yang sangat ia benci.

Karena bayi itu, ia kehilangan istri yang sangat ia cintai.

🍂🍂🍂

4 years later,

"Apa maksudmu sialan? 2 tahun lalu kau tega ingin membunuhnya dan sekarang kau meminta aku mengembalikan Aluna? "

"Aku mohon, kembalikan putriku aku membutuhkannya"

"Omong kosong! apa kau lupa pada apa yang ku katakan dulu ha? "

"Aku tau aku salah Antonio, tapi kumohon kembalikan putriku! dia satu-satunya harta berharga yang ditinggalkan Alena padaku"

Antonio menatap dendam pada pria tak tau malu di depannya.

Jika bukan mengingat pesan adiknya, dengan senang hati dia akan menembak kepala pria menyedihkan yang tengah menumpukan tubuhnya pada lutut.

"Apa kau benar-benar menyesali perbuatanmu Luwis? "

"Ya, aku sangat menyesalinya Antonio! saat itu pikiranku sedang kalut"

"Baiklah.. "

"Tidak! Tidak akan kubiarkan putri kesayanganku diambil oleh pria jahat sepertinya! "

"Lumia... "

"Tidak Antonio! sekalipun darah lebih kental dari pada air tidak akan aku biarkan dia mengambil putriku! "

"Lumia.. "

"Dan kau Luwis! apakah wajahmu benar-benar setebal kulit badak ha? tidak ingatkah kau menyakiti putrimu sendiri dengan perbuatan mu dulu? kau.. kau.. Asshole! "

"Sayang tenanglah.. "

"Mommy.. "

Oh tidak!

Mereka terlalu larut dalam emosi pribadi mereka hingga melupakan sosok mungil yang tengah menatap dengan polos kearah merek dari depan pintu rumah.

Aluna : MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang