Yujiha

3 1 0
                                    

 Ciutan burung saling menyahut untuk menyambut terbitnya matahari. Sinar matahari menembus jendela dari kamar seorang gadis, sinar matahari menyinari wajah pucat dari gadis  itu, wajah yang diterpa sinar matahari itu membuat si empu menggeliat terganggu karena sinar mataharinya, dia membalikkan tubuhnya agar terhindar dari sinar matahari di pagi hari ini.

"Apakah kau masih belum mau bangun, Jovanka?" Werozi mendekat ke ranjang Jovanka.

"5 menit lagi mezi," balas Jovanka dengan lenguhan malas.

"Tak ada 5 menit 5 menitan, cepat bangun, kau harus berlatih denganku." Werozi menghempaskan selimut yang menutupi tubuh Jovanka.

"Kau tak sabaran, Mezi." Jovanka bangun dari ranjangnya tanpa membuka matanya.

"Akan ku tinggal jika kau tak siap dalam waktu 15 menit." Werozi keluar dari kamar Jovanka, dan membiarkan Jovanka yang masih merenung di atas ranjangnya.

"KAU KEJAM MEZI!" Jerit Jovanka.

 Werozi yang mendengar jeritan Jovanka pun tertawa kecil, dan beranjak pergi dari depan kamar Jovanka.

"Apa yang harus ku pakai untuk latihan?" Jovanka menelusuri lemari bajunya.

 Jovanka masih mencari pakaian yang cocok untuk latihan, dan nyaman dipakai olehnya. Selang 7 menit setelah dia menelusuri setiap inci lemarinya, akhirnya dia mendapatkan pakaian yang cocok dengan nya, dan cocok dipakai untuk latihan.

"Yosh, harus ganti baju sebelum Mezi marah." Jovanka bergegas ke dalam kamar mandinya.

-6 menit kemudian-

  Jovanka keluar dari kamar mandi dengan pakaian yang sudah rapih, dan juga terlihat cocok dengan nya, dia berjalan ke arah sebuah kaca yang cukup besar yang berada di kamarnya.

"Pakaian yang disediakan oleh Mezi sangat cocok untukku." Jovanka mengecek setiap inci tubuhnya untuk meyakinkan bahwa pakaian nya cocok untuknya.

"Apakah kau sudah siap, gadis kecil?" Tanya Werozi dari luar kamar Jovanka.

"Masuk saja mezi, aku sudah siap." Jovanka membereskan ranjangnya yang belum rapih.

  Werozi membuka pintu kamar Jovanka perlahan, dia melangkah masuk ke dalam kamarnya Jovanka, dan dia melihat Jovanka yang masih sibuk membereskan ranjangnya.

"Tunggu sebentar lagi ya mezi, aku hanya tinggal membereskan ranjangku saja setelah itu seterah kau mau mengajakku kemana." Jovanka masih sibuk dengan ranjangnya tanpa melihat ke arah werozi.

"Apakah kau bertambah besar, gadis kecil?" Tanya Werozi menatap Jovanka.

Jovanka menatap aneh Werozi, "Umurku sudah bertambah mezi, wajar saja jika aku terlihat seperti sekarang karena dirimu yang membantuku hingga menjadi sebesar ini."

"Kau terlihat berbeda." Werozi menatap setiap inci wajah Jovanka.

"Mungkin karena rambutku yang digerai." Jovanka berjalan ke arah Werozi yang terdiam di tempat.

"Kau sangat mirip dengan nya, gadis kecil." Gumam Werozi.

"Kau mengucapkan sesuatu, Mezi?" Tanya Jovanka yang melihat pergerakan bibir Werozi.

"Ah tidak tidak, bukan apa-apa," elak Werozi.

"Sekarang kita akan kemana Mezi? Apa kita akan berkeliling mencari mangsa lagi?" Jovanka berjalan ke arah sofa yang terdapat jubahnya di sana.

"Tidak, kita akan ke Yujiha." Werozi mengikuti ke mana Jovanka melangkah.

"Yujiha?" Tanya Jovanka merasa asing.

Weakened worldWhere stories live. Discover now