Chapter 2

11 4 1
                                    


Percayalah! Semua hal yang terjadi di sekeliling kita berkaitan antara satu dan lainnya.

~oOo~

"Kak Abim, nanti berangkatnya pakai mobil siapa?" Jingga bertanya dengan mata yang masih fokus menatap layar handphone.

Abim yang tengah melakukan rutinitas malam nya, yaitu scrolling berita di youtube, langsung menjawab pertanyaan adik tercintanya tersebut.

"Siapa lagi kalau bukan pake Elf si tajir Riksa."

Jingga hanya ber-oh ria dan tetap melanjutkan bermain handphone. Tiba-tiba, Abim ternyata baru saja mematikan laptop miliknya, mengambil handphone dari tangan Jingga. Sontak, Jingga terkejut dan raut wajahnya seketika berubah seperti benang kusut.

"Kak Abim!!! Balikin Hp ku!!!" Jingga merengek kepada Abim yang malah tertawa kegirangan.
"Lagian kamu tuh dek! Ngapain sih main hp sampe malem? Udah fokus banget lagi. Kek emak-emak waktu mecahin telor." Abim kini duduk di samping Adik kesayangannya Jingga.

Jingga tidak merespon dan malah membalikkan wajahnya. Muka nya masam seperti seorang anak kecil yang menangis meminta permen. Abim yang tidak tega, langsung mengembalikan handphone milik Jingga. Dengan senang hati, Jingga merampas handphone miliknya dari tangan Abim.

"Aku lagi liat-liat di google nih kak. Tentang ritual terkenal ituloh." Jingga kembali menatap layar handphone sambil berbicara kepada Abim.
"Ritual apa? Ngepet?" Abim menjawab dengan sedikit candaan.
"Bukan lahh... Ritual Jailangkung tuh. Ama yang no yes no yes ituu." Jingga menghadapkan matanya ke atas sambil mengingat nama ritual yang dimaksudkannya.
"Owh itu... pernah denger permainan Hitori Kakurenbo nggak?" Abim bertanya dengan nada acuh tak acuh.

Jingga beranjak dari sofa untuk mengambil segelas susu hangat. Jingga menjawab pertanyaan Abim dari kejauhan.

"Nggak pernah," kata Jingga.
"Emang itu permainan asalnya dari Jepang? Namanya kek anime-anime gitu." Lanjutnya sambil cengengesan.
Abim menyusul adiknya ke dapur. Mungkin agar suaranya bisa terdengar lebih jelas. Dan juga agar Jingga membuatkan susu untuk dirinya.

"Kurang tau, yang pasti itu mainnya pake boneka,"
"Kayaknya nggak ada di indonesia sih." Jelas Abim dengan terputus-putus.

Jingga menaruh 2 buah gelas di meja. Tidak lupa, ia juga menyiapkan susu sapi asli dan menghangatkannya di kompor.

"Kalau arwah tuh kan bisa ada dimana aja kak," Jingga menghentikan kalimatnya sejenak.
"Berarti, dia bisa dong datang ke Indonesia." Jingga melanjutkan kalimatnya dan berbalik ke arah Abim.

Jingga menatap tajam mata Abim dengan wajah yang sepertinya penasaran. Abim memegang bahu Jingga dan berkata :

"Arwah mereka memang ada di mana-mana. Tapi, kunci agar mereka tidak mengganggu kehidupan kita adalah, kita jangan mengganggu kehidupan mereka. Tidak lupa, kita juga harus percaya dan berdoa kepada yang maha kuasa. Jadi, Jingga mulai sekarang jangan belajat tentang hal begituan lagi ya...." Abim menjawab pernyataan Jingga dan memberinya sedikit petuah.

"iya kak." Jingga menurut kepada kakak tercintanya.

***

Seperti yang di rencanakan sebelumnya, hari ini adalah We Time bagi sekelompok manusia yang telah bersahabat sejak lama itu. Siapa lagi kalau bukan Haikal, Piandi, Riksa, Laras, Rysta, Sabrina, Abim dan adiknya Jingga. Mereka berkumpul di rumah Riksa yang bak istana.

Semua keperluan untuk camping tingkat sultan telah disiapkan. Mulai dari Makanan, Minuman, Snack, Piring, Gelas dan tidak lupa, Kompor beserta gas elpiji 3 kilogram.

Who's The Killer?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang