Semarang

4.8K 512 92
                                    

Sebuah bis melaju menyapu jalanan yang juga dilalui berbagai kendaraan, padahal sudah nyaris tengah malam namun jalanan masih ramai orang-orang. Sopir bus menyetir sambil menyenandungkan lagu dangdut, sedangkan para penumpang ada yang tidur karena merasa perjalanan masih panjang, ada pula yang terjaga. Kondektur memandang jalanan sambil mengetukkkan jarinya, kadang juga mengajak sang sopir mengobrol. Mulai melihat sebuah swalayan, kondektur pun sigap berteriak:

"SUKUN! SUKUN!"

Teriakan kondektur bus itu sontak membangunkan orang-orang, tak terkecuali seorang pria yang kepalanya bersender pada kaca bus. Dia memang tipikal yang gampang bangun, dan seingatnya ia akan turun dari bus di Sukun.

"Mas Jaemin," pria itu mulai membangunkan lelaki di sebelahnya yang masih mengarungi mimpi. "Mas Jaemin, bangun."

"Hmm..." wajah Jaemin berkerut, tapi masih tetap menyamankan lelapnya di bahu pria lainnya. "5 menit lagi, Dek..."

Renjun mendengus, "bangun oi, Mas. Katanya tadi turun di Sukun,"

Mendengar kata 'Sukun' Jaemin memaksakan matanya untuk terbuka lebar, kemudian melihat daerah sekitarnya dari jendela.

"Eh iya udah sampe,"

Jaemin segera berdiri kemudian mengambil beberapa barang bawaan, begitupun suaminya. Mereka pun turun dengan beberapa orang, saling bergantian menuruni tangga bus dengan barang bawaan yang banyak.

Biarpun agak kesulitan membawa tas laundry di tangan kiri dan kardus di tangan kanan, ketika kakinya menapak tanah Semarang, pandangan Renjun memperhatikan sekitar dengan takjub. Renjun memang pernah ke Semarang sebelumnya, menemani sang ibu mengunjungi Lawang Sewu bersama ibu-ibu PKK lainnya. Tapi Renjun tidak pernah ke daerah atas Semarang, daerah Semarang yang berada di bukit.

"Kita bisa belanja bulanan disini!"

"Padahal udah jam segini tapi masih rame banget,"

"Kita ada di Semarang!"

Dengan wajah agak mengantuk, Jaemin tersenyum gemas. Melihat wajah antusias Renjun, Jaemin tidak sabar membawa Renjun ke rumah kontrakannya dan membawanya tidur dalam pelukan.

"Bentar ya Mas mau pesen taksi online dulu,"

"Oke,"

Mereka berdua pun duduk di kursi depan sebuah kedai rokok. Biasanya kalo sudah berdua Jaemin dan Renjun ini bertukar cerita, tapi untuk kali ini Jaemin lebih memilih memejamkan matanya sambil merebahkan kepalanya di bahu Renjun. Renjun yang gabut, meminjam ponsel Jaemin dan memperhatikan bagaimana animasi mobil bergerak di atas peta.

"23 tahun hidup di dunia, ini pertama kalinya aku tinggal di luar kota," gumam Renjun, ia tidak peduli jika Jaemin mendengar atau tidak. Toh, justru karena Jaemin-lah ia bisa tinggal di luar kota seperti yang pernah ia impikan. "Makasih, Mas Jaemin."

Biarpun mata Jaemin memejam, ia tersenyum dan menautkan jari jemari mereka.

"Utututu cama-cama, cayang~"

"Argh! Jangan cium disini!"

Kisah kehidupan pasusu kesayangan kita, Mas Jaemin dan Dek Renjun, akan kita mulai dengan datangnya sebuah mobil pesanan Jaemin.

Welcome to Mas & Adek fanfiction!





~~~
Hai hai hai
Miu balik dengan versi rombakan😚
Gimana nih? Kalian merasa beda banget ya? Wkwkwkwkwkw

Semoga kalian gak bosen nungguin aku yang kalo nulis kadang suka bilang "nanti ah" wkwkwkwkw

Aku tau beberapa diantara kalian udh ada yg masuk sekolah lagi wkwkwkw
SEMANGAT~♡

Maaf kalo gaje
Sorry for the typos
See ya~♡

Mas & Adek [JaemRen]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang