01

11 0 0
                                    

"HEH SRIKINTIL!" yang dipanggil menoleh dengan muka marah.

"Hecan sinting berhenti panggil gue srikintil." Henderson terkikik dengan geli. Memegang perutnya sembari tertawa.

"HAHAHAHA, maaf maaf. Abisnya lo nengok sih kalau dipanggil srikintil."

Memutar bola matanya, dia mengangkat dagu. Menyuruh Henderson menjelaskan apa maksud dia mengganggunya.

Henderson berdehem sebelum berbicara.

"Jadi gini Nathalie, kamu tau Renjana Bhagawanta?"

Nathalie menegakkan punggungnya. Dia mengangguk antusias. Sudut bibirnya mengangkat sempurna. Menampilkan wajah menawan pahatan Tuhan.

Siapa yang tidak tau Renjana. Designer Fashion terkenal karena ukiran tangan lentiknya di kertas-kertas. Menghasilkan segala macam baju yang stylist dan sangat indah.

Jelas saja Nathalie yang super model ini tau dia.
Apalagi Renjana bekerja di perusahaan ayahnya sendiri.
Meski begitu dia bekerja keras dan tidak manja.

"Dia abis launching baju baru di perusahaan. Sekarang dia lagi cari model. Renjana kan suaminya Jenda adiknya Mark. Aku nanti pake kekuatan orang dalem biar kamu yang jadi modelnya. Tap—"

Henderson belum menyelesaikan kalimatnya karena sudah dipotong oleh Nathalie yang bangkit dan langsung memeluknya erat.

"Hecan.." Panggilnya. Nathalie mendongak dengan mata berkaca-kaca.

Henderson mengusap rambut Nathalie. Senang sekali si manis pikirnya.

"Tapi Nana. Kamu harus ikut aku pertemuan keluarga sama mereka. Gimana? kamu mau?" Nathalie terkejap. Tapi dengan segera dia mengangguk. Apapun. Apapun akan dia lakukan untuk bertemu idolanya.

*****

"Sayang" Jenda masuk ke ruang kerja suami kecilnya.

Renjana masih berkutat di meja sambil memegang iPadnya.
Dipeluknya leher Renjana.

"Sayang, ayo tidur. Udah berapa lama kamu disini dari aku berangkat kerja sampai aku pulang lagi." Jenda berbisik di telinga suaminya. Melesakkan kepalanya. Mencium leher dan bahu Renjana tapi tidak digubrisnya.

Inilah yang dia tidak suka dari Renjana. Terlalu tidak peduli dengan sekitar apalagi Jenda.

Menghembuskan nafas. Jenda melepaskan pelukannya. Berdiri di depan meja. Membungkukkan badannya tangan Jenda terulur untuk mengangkat dagu si cantik.

"Sekarang aku tanya sama kamu. Kamu mau selesaikan pekerjaanmu sekarang atau aku hancurkan project kamu kali ini." Renjana masih diam sambil menatap wajah suaminya.

"Aku harus selesai desain bajunya hari ini." Dia menepis tangan Jenda.

Dia menatap dalam suaminya. Menyiratkan jika ia benar benar tidak bisa diganggu.

Begitulah Renjana dan dunianya. Tidak ada siapapun yang bisa mengganggunya. Termasuk suaminya.

Jenda menghela nafas berat. "Oke kalau begitu." kemudia dia keluar dari ruangan kerja Renjana sembari membanting pintu.

Manusia tampan itu masuk ke dalam kamarnya dengan lesu. Ditatapnya foto pernikahan dia dengan Renjana di atas nakas.

Dia senang sekali kala itu. Berhasil mendapatkan Renjana yang keras kepala. Ia kira ia bisa bahagia.

Jenda tersenyum sambil mengusap bingkai itu. Lalu memutuskan untuk membiarkan Renjana dan tidur saja.

Jenda merebahkan badan dan menarik selimutnya. Belum lama ia menutup matanya. Ia mendengar suara pintu kamar dibuka.

"Jenda.." Panggil Renjana dengan suara lembut.

"Jenda, besok ikut aku ya. Ke pertemuan keluarga sama Hecan dan Kak mark. Katanya Hecan juga bawa model untuk bajuku. Kamu bisa datang atau engga?" Renjana berbicara sambil melihat gerak gerik Jenda yang menyingkap selimutnya dan langsung duduk.

"Oh, ya? Modelnya udah dapat? Siapa? Super model cantik yang mana yang mau kamu ambil?" Jenda menyandarkan kepalanya ke head bed dan menepuk kasur di sebelahnya. Mengisyaratkan agar Renjana berbaring di sampingnya.

Renjana duduk di pinggir kasur dan langsung memeluk suaminya erat. Dibalas senyum oleh Jenda.

"Dia submissive. Cantik sekali kata Hecan. Besok kalau memang aku suka. Aku mau dia langsung tanda tangan kontrak. Tapi project kali ini memakan biaya yang cukup besar. Abiwangsa mau jadi investor?" Renjana menatap Jenda dengan polosnya. Membuat Jenda gemas. Gemas sekali dengan suami kecilnya ini.

"Jelas mau dong, sayang. Aku bakal jadi investor untuk project kamu kali ini dan yang lain. Anything for you baby boy" Setelah itu Jenda langsung menyambar bibir manis Renjana.

Tetapi bukannya membalas. Renjana menjauhkan wajahnya. Dia tersenyum hangat.

"Aku ngantuk ayo tidur" Renjana mengusap pipi Jenda yang terlihat kecewa. Meski begitu Jenda tidak bisa berbuat apa-apa.



Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 11, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

evanescent | NOMIN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang