Kunjungan.

8K 1.3K 146
                                    

Masih dalam keadaan mengantuk, Haechan sedikit mengernyit ketika merasakan sisi lain tempat yang dia tiduri terasa kosong.

"Mungkin jatuh," mulutnya bergumam dengan mata yang masih tertutup ketika tidak merasakan tubuh mungil yang seharusnya masih tertidur pulas disampingnya.

Pemuda bernama asli Donghyuck itu lantas berniat melanjutkan kembali mimpinya yang indah, sebelum dengan kecepatan cahaya matanya terbuka lebar ketika menyadari sesuatu.

Renjun tidak ada.

Seketika Haechan merasa kantuknya menghilang. Ia segera bangkit dan dengan panik mulai mencari-cari keberadaan Renjun di sekitar ranjang. Berpikir mungkin saja bayi itu sedang memainkan sesuatu di bawah kolong sana.

Sayangnya, tidak ada tanda-tanda apapun yang membuat Haechan dengan terburu-buru membuka pintu kamar dan mulai menggeledah seluruh ruangan dorm. Dia bahkan mengabaikan ucapan selamat pagi dari Jisung yang baru saja keluar dari kamarnya.

"Kau melihat Renjun?!" tanya Haechan cemas. Tak lagi berpikir dengan keadaan Jisung yang belum sadar betul, karena mata sipit member termuda itu bahkan masih membengkak, ciri khas dari seseorang yang baru bangun tidur.

"Renjun hyung?" balas Jisung bingung. Dia lalu menatap linglung lantai dorm dengan wajah kusut. Karena jujur, Jisung merasa belum bisa memikirkan apapun saat ini.

Haechan mengerang tertahan. Ia pun mulai mengetuk-ngetuk pintu kamar member lain berharap salah satu diantara kamar itu berisikan bayi mungil yang telah menghilang dari sisinya. Hingga Jaemin, Jeno dan disusul Chenle keluar dari kamar masing-masing, Haechan tetap tak menemukan keberadaan Renjun disana.

"Kau sedang mencari apa?" Jeno bertanya ketika main vocal di dream itu sibuk menggeledah bagian kolong ranjang mereka.

Haechan masih berupaya keras dengan pencariannya, sebelum dengan putus asa menatap wajah-wajah bangun tidur milik member grupnya dengan raut yang hampir menangis.

"Renjun tidak ada dikamar. Dia hilang!"
.

.

.

.

.

.

Rasanya sangat sia-sia untuk bisa berpikir jernih dikeadaan seperti ini. Waktu sudah nyaris menunjukkan tengah hari, tapi tidak ada satu orang pun yang mengetahui dimana Renjun berada.

"Lebih baik hubungi manager hyung," Jisung akhirnya memberikan usul. Setelah nyaris dua jam mereka berkeliling bahkan menjelajahi lorong dorm untuk bisa mencari buntalan hidup itu.

"Tidak, tidak," Chenle menggeleng. Merasa tidak setuju atas masukan Jisung yang ia rasa cukup merugikan. "Jika manager hyung tau Renjun-ge menghilang, bisa habis kita."

Dalam diam, Jaemin dan Jeno menyetujui ucapan Chenle. Bukannya mereka tidak ingin bertanggung jawab, tapi Renjun yang menghilang tiba-tiba disaat kondisinya yang masih belum berubah membuat mereka harus lebih berhati-hati dalam mengambil langkah.

Haechan menggeram kesal. Kepalan tangannya berulang kali memukul keningnya sendiri hingga terlihat memerah. "Aku yang bodoh! Bagaimana bisa aku tidak sadar apapun!" erangnya tak terima. Haechan bahkan semakin tidak bisa tenang ketika mengingat bayi gemuk itu masih dalam kondisi tubuh yang belum cukup sehat.

"Aku akan coba periksa cctv," putus Jeno.

Saat ini, sepertinya hanya dirinya yang bisa sedikit berpikiran lebih tenang dibandingkan rekan-rekan bandmate-nya yang lain. Mengandalkan Jaemin atau Chenle untuk turun ke ruang penjaga keamanan tidak akan mungkin, mengingat dua orang itu pasti akan menceploskan sesuatu yang berkaitan dengan keadaan Renjun. Jisung pun juga pasti akan terlihat gugup dan tentunya memancing kecurigaan.

Terlebih lagi Lee Haechan, yang saat ini terlihat sangat kalut dan emosional. Tidak ada yang bisa menjamin pemuda fullsun itu tidak akan mengamuk disana.

Jeno sudah mengenakan hoodie serta maskernya dan sudah bersiap untuk menuju ruang keamanan, sebelum dering dari salah satu ponsel mereka terdengar.

Itu milik Haechan. Layar ponselnya saat ini menampilkan sebuah panggilan video dari manajer hyung yang berhasil membuat mereka semua menahan nafas.

Suasana disekitar entah kenapa terasa jadi mencekam, terlebih ketika Haechan membawa jarinya untuk menerima panggilan itu.

"H-hai hyung," sapaan kaku Haechan tujukan pada sang manajer yang saat ini sedang tersenyum lebar.

"Lee Haechan~ kau masih ingat dengan kronologi berubahnya Renjun, kan?"

Keringat dingin mulai mengalir di pelipis mereka saat mendengar ucapan dari manajer hyung. Rasa takut mulai bermunculan ketika para member dream membayangkan bagaimana reaksi dari pria itu jika dihadapkan dengan fakta bahwa Renjun saat ini sedang tidak jelas keberadaannya. Menghilang entah kemana.

"H-hyung..." Haechan menarik nafas dengan berat. Saat ini penyesalan yang amat dalam terasa membelenggunya, membuat dadanya sesak dan sakit. "Sebenarnya.. Renjun..."

Ucapan Haechan harus terhenti ketika gelegar suara tawa yang gaduh terdengar begitu ribut.

Manajer hyung yang masih tersenyum lebar dari seberang panggilan akhirnya memutar kamera hingga keadaan dibaliknya terlihat. Memperlihatkan suatu ruangan kantor, serta member lain NCT dan juga Lee Sooman sajangnim yang saat ini memangku sesosok bayi yang sedang sibuk mengunyah mainan karet berbentuk buah strawberry.

"Cucunya terlihat tidak asing," celetuk Chenle pelan karena takut akan menyinggung hati pemilik agensi tempatnya bernaung itu.

Keheningan yang canggung dengan tiba-tiba melingkupi, sebelum sesuatu seperti menghidupkan lagi sisi lain otak mereka. Butuh setidaknya sepuluh detik, hingga pekikan heboh kali ini berbalik terdengar dari mulut para member dream yang berhasil membuat wajah manajer hyung berkerut bingung.

"Hyung! Bagaimana bisa dia ada disana?!" tanya mereka dengan nada tak percaya.

Kali ini kamera kembali berbalik pada wajah manajer hyung. "Bukannya kau tahu aku akan membawa Renjun untuk bertemu sajangnim?" tanyanya pada Haechan.

Pemuda fullsun itu pun terdiam dengan mulut yang sedikit terbuka. Otaknya mencoba untuk mengingat sesuatu hingga akhirnya ia terpekik dan menatap sang manajer dengan sebuah pelototan.

"Jadi itu bukan mimpi!?" tanya Haechan tak percaya.

Bagai kepingan puzzle, ia mengingat lagi sesosok lelaki yang samar-samar mengajaknya berbicara dengan figur bayi yang sedang digendong.

"Ternyata itu dirimu, Hyung," cengir Haechan tanpa merasa bersalah yang kemudian dihadiahi sebuah toyoran pelan di kepalanya dari Jaemin.

Manajer hyung hanya bisa menghela nafas lelah. Pandangannya kali ini menatap pada Renjun yang sedang bertepuk tangan riang karena sedang dihibur oleh member NCT yang lain.

"Sebentar lagi kami akan kesana. Jadi lebih baik kau persiapkan dirimu untuk menjelaskannya, Lee Haechan." tegur sang manajer sebelum akhirnya menutup panggilan itu.

Oh Baby! Baby!; ╰NCT DREAM╮Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang