Sepatutnya kamu tau, menunggu dan menahan rindu sudah tiap hari berlalu. Membuang ketidakyakinan meski tak mampu dan berhatap kau menjaga satu konsekuensi setia dahulu.
Rindu itu egois, mematuk pikir menjadi miris. Bagaimana tidak, karna jarak aku dihadang sesak. Kuberharap kau menyapa agar kuyakin tatapmu tetap sama, tak mengoyahkan rasaku di dada.
Konspirasi ini berat, tapi kutahan agar tetap kuat. Melawan segala bentuk penusuk berbagai macam bentuk tuntuk menjaga kesatuan rasa yang masuk. Sayang, kumampu lelah jika kau tak pernah merasa bersalah, menggantungkan harapan tanpa ada kejelasan.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEKLARASI HATI
PoetryBerisi tetesan air mata kata-kata tanpa makna yang menjadi bukti bahwa luka tak perlu dibicarakan. Untuk dia, terimakasih telah menjadi tokoh utama dalam catatanku, pula hatiku. Salam Syahdu -Nur Fadlilah