" ... alasan, supaya punya kesan khusus untuk Ichi-san ^^ ... "
...
"Ichi-saaaaannnnnn"
...
"Terima kasih!! Happy birthday Ichi-san ...,"
... "** doakan yang terbaik bagi Ichi-san"
...
Haku ...
Maaf ...
_
_pov Ichi_
...
Beberapa hari terakhir aku merasa sesuatu yang aneh. Perasaanku selalu gelisah, ada rasa samar yang terasa begitu tak nyaman seolah ... akan terjadi sesuatu ...
Dan hari itu ...
"Rasanya kek kemaren baru bercanda bareng dan baru aja gabung di In TKP tapi kok tiba-tiba ..." ujar Iko-san sendu.
Dari ruang dapur, aku memperhatikan. Tak sedikitpun aku memiliki kemampuan untuk bergabung ketengah ruang keluarga yang kini mereka diami, karena sesungguhnya air mata sudah tak terbendung. Aku menengadah menatap langit-langit, beberapa kali menyapu pelan sudut mata menghilangkan sebuah jejak yang luruh tak tertahan.
Ucapan duka sama sekali tak bisa ku dengar dengan jelas, mengingat emosional ku benar-benar di ujung batas. Aku menulikan pendengaran ini karena tak sanggup ... menerima kenyataan.
Aku tak sanggup ... dia yang di tunggu justru tak kembali.
Bisa kudengar mereka yang berada di ruang keluarga mulai melenggang pergi kembali pada urusan yang tak habis-habisnya. Ada Haru, Tata, Yuuki, Ori, Oki dan yang lain
Hari itu ... kos ini terasa berbeda, aku sendiri tak bisa berkata apa-apa. Hanya diam memperhatikan bagaimana riak wajah mereka yang merasa syok, kehilangan dan sebagainya.
Di sana iko-san masih diam, satu diantara yang berusaha tegar. Aku ingin menghampiri dan mengadu, mengatakan tentang betapa aku tak merelakan semua yang terjadi,
Tentang diriku yang terlambat datang dan sadar sehingga aku harus merasakan perkenalan singkat namun dengan rasa sayang yang sama sekali tak sedikit.
Iko-san bangkit dari duduk dan melangkah tenang menuju kamarnya. Bahu Iko-san yang selalu kuat itu dan kerap menjadi sandaran dan canda itu kini nampak turun, goyah dengan kenyataan.
Di sini aku mengikutinya, mulanya aku diam tak berani mengganggu ia yang tengah menyimpan duka, aku diam bersandar di samping pintunya mendengarkan isakan kecil dari dalam sana.
Ketika isakan kecil dari dalam kamar itu hilang kuberanikan diri mengetuk kecil pintu kamarnya.
"Iko-san ..."
"Kenapa malah gini,"
"Ichi belum sempat minta maaf sama dia ..."
Aku terduduk, luruh dengan wajah yang sudah terlungkup dalam kaki yang di tekuk. Cukup lama respon Iko-san, pasti dirinya tengah mengingat banyak kenangan yang menghanyutkan ....
"Hah... " Dari dalam Iko-san menghela nafas. Aku yakin kini dirinya ikut duduk, bersandar pada dinding yang sama.
"Inilah jalan yang Tuhan pilih, mungkin Allah sangat menyayanginya dan tidak ingin dia sakit lagi."
Iko-san terus berusaha untuk tegar. Membawa cahaya penenang kecil ke dalam hatiku. Benar apa kata Iko-san.
Mungkin bukan aku yang ditakdirkan untuk mengenalnya lebih jauh karena Tuhan memiliki rencana yang jauh lebih baik. Aku menunggunya namun dia tak kembali. Aku berusaha berfikir rasional, tidak kekanakan dengan berharap semuanya ini tidak sungguh-sungguh terjadi. Berusaha untuk merelakan.
"** pasti udah tenang ... dia pasti bahagia ...," ucapku.
"Iko-san, iko-san harus semangat ya ..." ucapku, lagi.
"Selalu... Karena aku sebatang pohon." jawab Iko-san. Ia tertawa kecil.
Aku mengulum bibirku dalam, aku sudah merasa tenang setelah mengadu kecil pada Iko-san.
Jika Iko-san sebatang pohon ... bolehkah aku menjadi awan dan ku bawakan kamu air agar selalu berdiri tegap dan rindang? Sehingga siapapun yang bersandar di bawahmu bisa merasa nyaman ...
_
Sebelumnya...
"Oh ya Iko, ada kabar soal **?" -ichi
"..."
"Moga ** cepet balik...moga dia gapapa..." -ichi
"Aamiin..." -iko
Dia beneran balik, balik kepangkuan Tuhan yang maha esa ...
"...alasan, supaya punya kesan khusus untuk Ichi-san ^^ ..."
Kamu jauh lebih dari kata berkesan ...
(Curhat time?)
Pertama, Ichi bener-bener minta maaf karena Ichi akhir-akhir ini diam dan gk bisa bantu hibur.
Untuk Book USKH, Ichi kehilangan ide sama seperti Iko-san yang kehilangan ide buat bikin bts nya...
Satu pesan dari ku ... jujur lagi gak mau inget-inget kesana karena bener-bener bikin terpuruk.
Semangat ayok! Kalian kesayangan ichi, kalau ada masalah dan butuh bantuan atau sekedar butuh sandaran. Ichi ada, Iko-san juga ada ...
Tapi ... Iko-san juga ... jangan capek-capek, beban hidup juga udah berat belum lagi sekolahnya ...
Iko-san kuat, tapi Ichi gak mau Iko-san naggung sendiri. Untuk apa hubungan keluarga kita kalau Iko-san justru harus nanggung semua.
Berat sama dipikul, ringan sama di jinjing. Gitu bukan ya?
Pokonya, jangan diam. Kalau kamu gak ada bicara, aku gak ngerti. Ini berlaku untuk semua.
Kita bareng, kita keluarga ...
Semangat!
KAMU SEDANG MEMBACA
Daily life In TKP
Randomkehidupan sehari-hari yang sungguh somplak bin komplak bin sengklek. pokoknya astagfirullah... semoga kalian bisa menikmati cerita yang random ini. sebelum itu siapkan diri kalian untuk menghadapi betapa absurd nya project ini... sekian Terima d...