"Grooaaarrghhh!"Ups?
"Kukuruyuuuk!"
"Tanam tanam ubi tak perlu dibaja, orang ber-"
Aku segera mematikan alarm, kubuka mataku dan kubangun dari posisi tidurku dengan malas. Seperti anak jaman sekarang pada umumnya, aku langsung mengecek handphone yang ada dimeja yang ada disebelah kasurku.
"Ah shit!" Aku membanting pelan hp ku ke bantal di sebelahku dengan kesal. Kelas 9 sungguh kelas yang menyebalkan merepotkan dan aarrgghh.... Bikin kesel! . Baru saja aku menerima pesan dari Farizi sahabatku kalau Minggu besok akan diadakan Kemah selama tiga hari tiga malam di sebuah hutan yang katanya pemandangan nya indah. Katanya(!?).
Aku pun mengambil lagi hp ku untuk mengetahui detail acara yang dilaksanakan Minggu besok ini dan lalu bergegas. Ini adalah hari Minggu, tentu saja aku bergegas bersiap-siap untuk pergi ke Alun Alun kotaku untuk melakukan rutinitas Minggu ku.
Karena bingung mau pakai apa, aku hanya menggunakan celana putih pendek, kaos putih pendek, kaos kaki, sepatu, topi, dan yang paling penting duit, handphone, dan earphone ku.
"Good morning bi." Sapaku pada Bi Retno, pembantu rumah tangga yang sudah ku anggap ibu sendiri.
"Mau kemana den?"
"Biasa, menikmati dunia tipu tipu, harumnya trotoar penuh tai, dan semyuman² bocil epep." Jawabku girang. Bi Retno hanya tersenyum sambil geleng².
"Good noning den." Sapa Mas Tejo, supir pribadi ku sekaligus temanku. Ugh, senyuman nya masih saja manis. Mas Tejo berumuran sekitar 20 tahun nan, anak Bi Retno, belum nikah, berparas khas Jawa banget, badan nya sixpack dengan dada bidang, kulit kecoklatan dan wajah yang bisa melelehkan hati orang yang melihatnya.
"Bukan good noning, tapi good morning!" Kritik ku sambil memasang wajah kesal. "Ahaha, maaf den, A'a lupa." Ketawanya sambil menggaruk kepalanya.
"Emang mau kemana den?" Tanya Mas Tejo dengan senyuman hangatnya.
Degh!
Perasaan ini lagi!?
Ini perasaan yang sama saat aku bersama Mas Fawas dulu, dan entah kenapa, beberapa Minggu ini bayang² saat aku dan Mas Fawas bersama terus menghantuiku.
Ya, setelah aku dan Mas Fawas berhubungan intim malam itu, hubungan kami jadi makin dekat dan...romantis (?). Aku juga semakin sering menginap ditempatnya. Bahkan saat aku sedang tidak diperbolehkan menginap, justru ia yang menginap di tempatku. Kami juga selalu berhubungan dengannya setiap ada kesempatan.
Sayangnya itu tak berlangsung lama. Hubungan kami diketahui oleh kakak laki-laki Mas Fawas, sebut saja Abang Ginanjar, aku memanggilnya Abang Gin. Malam itu adalah malam yang sangat sangat buruk. Abang Gin mengancam akan memberitahu mama dan papa jika aku mengulanginya lagi, ia juga memukuli Mas Fawas dan aku malam itu. Tapi beruntung nya, ia tak menceritakan tentang itu pada siapapun. Jadi, hubungan ku dan Mas Fawas hanya Abang Gin yang tau.
Malam itu, aku berlari dibawah hujan, seolah-olah langit ikut menangisi ku. Air mata terus mengalir deras bagai hujan dan menyatu dengan dinginnya hujan. Malam itu juga hati dua anak lugu dan polos yang saling mencintai dihancurkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
EL : Lingkungan Kepuasanku °•°
Teen Fiction"Wah, punya Mas Fawas besar ya?" "J-jadi aku ini....." "Aaaarrgghh...Masshh..Bagasshh..." "I-ini...nik math..." "Indra, terus ndra.. aaaahh" Iniiii....kenapa aku tak pernah tertarik pada wanita, kenapa pria justru terlihat menarik. Kenapa, kenapa b...