Gemuruh suara rintihan hujan kini menyergap, bulan pun enggan memberikan cahaya. Satu persatu air langit mengalun deras seakan tidak akan ada habisnya.
Malam telah habis setengahnya, disertai dua kelompok remaja yang saling menyerang. Satu persatu lumpuh, berjatuhan bersamaan dengan hujan yang semakin deras. Teriakan dan rintihan kini terdengar, agak samar tetapi tetap terdengar jelas dikalahkan oleh suara hujan tentu saja.
Entah mengapa dan untuk apa, namun semua ini terlihat menyeramkan. Teriakan demi teriakan, darah pun bercucuran, yang kalah akan berjatuhan entah akan hidup ataupun mati namun semuanya nampak tidak baik.
Seorang gadis dengan darah dikepalanya terlihat kehabisan tenaga, ia terbaring lemah pada jalanan yang tergenang air. Apa yang dilakukan seorang gadis ditengah tengah kekacauan ini?
Ia meraih ponsel pada kantong jeans nya, menekan 110 dan...
...
Suara sirine samar terdengar, yang masih punya kekuatan berlarian menghindar. Samar dan kini terdengar jelas. Silau, itulah yang gadis ini rasakan, yang mampu ia tangkap hanya cahaya terang yang entah berasal dari mana, bersamaan dengan derap langkah tegap yang menghampiri.
"Tawurannya berhasil kami hentikan, namun setengahnya berhasil melarikan diri. Dan ada seorang gadis disini"
Hanya suara itu yang tertangkap oleh indranya, matanya telah rapat tertutup namun telinganya masih bisa mendengar walaupun samar. Ia tidak lagi mempunyai tenaga untuk melarikan diri, untuk duduk pun ia tidak mampu.
Sepasang tangan kokoh mengangkat tubuhnya, ia dapat merasakannya. Hangat ditengah hujan, aman dikala bahaya. Entah siapa dan bagaimana, ia berusaha membuka matanya walaupun samar dan kabur ia berusaha melihatnya. Aneh bukan, waktu sekaratpun ia merasa selamat ketika memandang wajah itu.
"Kita kerumah sakit sekarang!" Perintahnya ketika ia telah menduduki tubuh gadis itu pada kursi mobil.
Beberapa helai rambut gadis itu menutupi wajah cantiknya, bulu mata lentik, kulit putih, dan juga hidung yang tidak terlalu mancung seakan telah diciptakan khusus terukir indah pada wajah itu.
"cantik" Kata itu yang pertama kali keluar ketika seseorang dengan name tag Reygan itu memandangnya.
flashback :
"Kel lo ngapain Kel?" Tanya seorang cowok yang nampak sama tak berdaya sepertinya.
Setelah menekan nomor 110, dengan suara gemetarnya ia berusaha melaporkan kejadian ini kepada Polisi. Tidak peduli ia dan teman temannya akan tertangkap, akan lebih baik tertangkap daripada menjadi bangkai karena kekalahan.
"Saya mau melaporkan, bahwa telah terjadi tawuran di jalan Angkasa..." Matanya melihat sekeliling mendapati sebuah cafe yang sudah tutup. "Didepan I Tee Caffe" Dengan sekuat tenaga ia melontarkan kalimatnya, walaupun sulit ia mencobamya, dengan perhitungan yang matang memang.
"Kami segera kesana terimakasih atas info nya!" Balas seseorang dengan suara tegas.
"Pak, saya mendapat laporan telah terjadi tawuran di jalan Angkasa, depan I Tee Caffe!" Lapornya pada seseorang laki laki muda dengan seragam kepolisiannya.
"Kita kesana sekarang!" Balasnya sambil memberitahu anggota yang lain.
flashback off
...
"Pak, gadis itu juga terlibat?" Tanya seseorang dengan seragam kepolisiannya. Beberapa anggota Polisi masih berada dirumah sakit, untuk memulihka. beberapa pelajar yang sekarat karena tawuran.
"Sepertinya begitu, kita harus memastikan mereka benar benar pulih untuk bisa mengintrogasi" Tegasnya pada seseorang didepannya.
"Cantik ya Rey..." Laki laki dengan name tag Rega mencoba menggoda sahabatnya itu. Reygan hanya memalingkan wajahnya datar.
"Gaya lu Rey, ntar naksir berabe lo"
Reygan dan Rega, dua orang sahabat yang hampir menghabiskan seluruh hidup mereka bersama. Reygan yang pendiam dan dingin, Rega sosok yang ceria dan hangat. Keduanya saling melengkapi, walaupum disertai perbedaan semuanya tidak akan menjadi masalah, pada mereka yang mengerti dan mau memaklumi. Sahabat bukan berarti sama, melainkan saling melengkapi dan berbagi untuk tujuan yang sama yaitu, selamanya.
Tiba tiba seseorang dengan seragam yang sama menyampirinya. "Pak, gadis itu sudah siuman" Lapornya.
Tanpa kata dan juga alasan, Reygan melangkahkan kakinya menuju ruangan gadis itu.
Gadis itu terlihat lemah diatas bangkar rumah sakit, wajahnya pun memucat. Tidak ada alasan untuk tidak cantik, dalam kondisi seperti inipun gadis ini masih terlihat cantik.
Reygan yang hendak duduk disingkirkan oleh Rega yang nampak sumringah.
"Hai cantik! bisa liat om ganteng ini?" Ujarnya sambil melambai lambaikan tangamnya." Hai, hai, hai, cantik!"
Reygan yang merasa gerampun membalas perbuatan orang yang terlihat sangat norak itu. Ia menarik baju Rega dan menjatuhkannya kelantai. Begitulah keduanya walaupun sudah berusia 25 tahun, namun masih saja bertingkah kekanak kanakan. Anggota lain yang menyaksikan hanya terkekeh pelan, mereka sudah tidak asing dengan kejadian itu.
Reygan duduk pada kursi yang sebelumnya diduduki Rega. Rega yang terkapar dilantaipun mengumpat kesal. Sedangkan gadis yang terbaring lemah itu masih kebingungan apa yang telah terjadi, ia masih lemah dan tidak kuat untuk bangkit.
Reygan memandang gadis itu dengan teliti, ia tidak asing dengan wajah ini.
"Mana handphone nya?" Tanya Reygan pada anggota Polisi lainnya. Reygan telah mengambil ponsel gadis itu sebelumnya, namun ia tidak bisa membukanya.
Seseorang dengan sigap memberikan ponsel itu kepadanya. Lalu, ia mengambil jari telunjuk gadis itu menempelnya pada layar ponsel itu, dan click tugasnya telah selesai. Gadis itu hanya menurut tak berdaya ia tidak mempunyai kekuatan untuk melawan.
Ia memeriksa sesuatu disana mencari cari asal usul gadis itu, keluarganya, dan apa hubungannya dengan tawuran.
Ia menemukan sebuah nama disana, Nakela Naurelia Agethra. Tentu saja tidak asing, gadis ini berurusan dengan masa lalunya.
...
KAMU SEDANG MEMBACA
110
General Fiction-Karena aku menemukanmu dibawah derasnya hujan, tepat pada Angkasa.