Ra, Je n Dra (1)

7 2 0
                                    

" Gimana mau move on ?! Hati kamu itu cuma buat masa lalu kamu! Terus aku ini apa?!"

Ah, cewek ini. Dia mulai lagi.

Aku tidak suka terikat seperti ini, terkekang dengan perilakunya, tertahan oleh ucapannya. Terkadang aku berfikir, aku adalah hewan peliharaaannya. Yang terbiasa menggonggong dan menuruti majikannya. Ia yang tak pernah mau mengerti dan aku yang sudah terlanjur letih dengan hubungan ini. Aku hanya ingin membisu di waktu yang tersisa ini.

Namaku Rajendra Anggana, dan bagaimana jika kita berpisah saja?

***

Dering telepon ini membuat telingaku mendesis. Rasanya tidur panjangku terhenti, entah kenapa rasa di hatiku bercamuk, seakan dering telepon ini adalah suara yang candu.

"Halo?" Aku mengangkatnya. Dengan perasaan campur aduk ini, kutebak dia yang ada di ujung telepon ini adalah orang yang spesial untukku. 

'Hai, kapan mau bayar utang ?'.

"AAAAAAAAAA!!!!!!"

Aku terbangun, benar - benar terbangun. Aku terduduk, tanganku gemetar, kakiku terasa amat dingin. Aku berusaha menenangkan diriku dan melakukan segala cara untuk melupakan mimpi yang sangat busuk itu. Apa?! Kau kira ini cerita cinta?! Ya, benar sih. Tapi, ah taulah aku mau cari solusi bayar hutang ku dulu!

Sebelumnya salam kenal, aku Kaori. Btw aku bukan pemain biola ya. Namaku ini ku dapat dari ayahku, dia adalah seorang wibu sejati yang masih tidak bisa move on dari anime shigatsu apalah itu dan akhirnya menamai anak pertamanya dengan nama Kaori, lucu tapi keciri wibu.

Mumpung lagi bahas ayah. Keluargaku itu terdiri dari 5 orang ; ayah, aku, ibu, dan juga 2 adik kembarku. Umurku 15 tahun dan aku baru saja lulus SMP. Kupikir, aku sudah cukup matang untuk memilih dimana tempatku untuk menimba ilmu. Tapi, sepertinya aku salah.

'Kenapa soal kemasukannya sesusah ini sih? Apa soal ini lagi kemasukan setan yang lagi kemasukan ya? Apa jangan - jangan aku yang tolol?' Batinku, ngawur.

Pagi ini aku sedang test masuk SMA. SMA fav yang banyak orang jual jajanan, tepatnya SMA yang sudah ku dambakan sejak 2 tahun lalu. Aku memilih sekolah ini karena 2 alasan, yang pertama karena banyak yang jual jajanan dan yang kedua karena ada dia. Cowok ganteng yang duduk dibaris kedua di depan sana, namanya entah lah, ku tak tau. Opsi ke 2 ini baru saja ku tetapkan setelah melihat parasnya yang menawan. 

Aku suka segalanya tentang dia. Kulitnya yang sawo matang, rambutnya yang gemesin, kelopak matanya yang besar juga kacamata ber frame bundar yang singgah di pangkal hidungnya dan tentu aja senyumannya itu loh, manis banget. Kalo sifatnya yang aku lihat saat ini sih, dia itu friendly. Mungkin saja ia akan menjadi ketos (?), entahlah yang pasti aku merasakan jatuh cinta pada pandangan pertama dengannya. 

Dan ternyata, nama cowok itu adalah Rajendra. Catat, Ra, Je n Dra.

***

Dugaan ku meleset. Jendra bukan jadi ketos, melainkan menjadi ketua pmr.

Sudah setahun aku seperti ini, menjadi apa namanya? Secret admirer? ya pokoknya sebatas pemuja rahasia lah. Satu tahun ini kupikir sudah cukup untuk mengumpulkan informasi terkait dirinya. 

Ku akui ia cukup pandai dalam pelajaran, atau mungkin sangat baik?

Ya, yang jelas nilainya berbeda lah denganku, yang merahnya semerah kebun cabai. Ia juga orang yang teliti, terkadang ia sadar bahwa aku selalu mengikutinya, Eh. Maksud ku memperhatikannya.

Tapi, sayangnya aku hanya bisa berjalan di belakangnya. Tepatnya 15 langkah dari tubuhnya. Aku tak berharap banyak, senyumnya saja mungkin sudah cukup untuk membuatku bahagia walaupun aku berbohong. Ya, aku mengharapkan sesuatu yang lebih dari ini.

"WOI WIBU!" Padahal yang wibu itu ayahku, kenapa jadi aku yang kena sih?

Mereka adalah Dewi dan Yuli, kakak kelas yang menemaniku dari awal mpls. Ngomong - ngomong mereka itu anggota osis loh.

Beberapa teman sekelasku menyapa mereka, ada juga yang hanya melengos melewati mereka. Ya akhlak sangat sulit ditemukan disini. 

"Kak, please. That's not me, that's my father" Jawabku melengos,

"What? Yuli, translate please. I can't speak english" Balas Dewi merangkul tubuhku yang sudah tergeletak malas di atas meja kelas,

"Dew parah lo mah, udah kasian dia butuh asupan Jendra" Timpal Yuli yang sepenuhnya adalah fakta.

Dewi mengusap puncak kepalaku seperti biasanya, sedangkan aku hanya diam saja memperhatikan keduanya. Ini kebiasaan kami, mereka mengobrol sambil mengusap pucuk kepalaku dan aku ikut mendengarkan apa yang mereka bahas. Sampai akhirnya 1 pertanyaan dari Yuli pun melesat sampai ke telingaku, itu tentang Jendra.

"Ri, lo kapan mau pdkt beneran sama Jendra?" Itu menusuk, jujur. Dia kan tau kalo aku selama ini hanya berani memperhatikannya, kenapa bahas - bahas pdkt sih?

"Kak?! Really?! Aku juga mau sesuatu yang lebih sama Jendra. But you know, i can't" Jawab ku memangku dagu.

"I punya solusi buat u sih Ri" Ucap Dewi membuat ku tertarik. Tapi Tuhan tidak mengehendakinya, bel istirahat kembali berbunyi, tanda waktu istirahat telah habis-otomatis Dewi dan Yuli akan cepat - cepat kembali ke kelasnya.

"Ga cukup lanjut part 2 ya Ri, bye" Timpal Dewi, lalu pergi dengan langkah besar. Diikuti Yuli di belakangnya menyisakan aku dengan beberapa anak lainnya di  kelas.

Aku menghela nafas. Kira - kira sampai kapan ya aku dan Jendra begini terus?

Mungkin tuhan mendengar ucapanku. Mungkin juga tuhan mengiyakan setiap doaku. Kami akhirnya bertatapan langsung, mata kami terkunci. Bahkan di saat dan tempat yang tak pernah ku bayangkan. Seorang Rajendra, datang menghampiriku.

"Kamu, Kaori?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 17, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KANDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang