◇20 Awal

1.7K 299 31
                                    



"Pass!"


Bola basket berwarna jingga itu kemudian terlempar pada tangan lain.


Derap kaki terdengar makin menggebu mengikuti bola yang melambung itu. Diantara mereka seorang pemuda melompat dan menggapai bola itu untuk dirinya. Pemuda itu adalah Jeno.


Sorakan dari tribun juga pemain-pemain yang sedang bermain semakin menggila karena sisa detik-detik yang makin menipis.


Jeno berlari dengan dihalau team lawan. Detik makin menipis dan dia tak dapat lagi mengoper bola pada teman-temannya karena semua sudah dihalang. Angka di papan skor menunjukan hasil imbang, dan mungkin lima 10 detik terakhir ini akan menjadi penentunya.


Teriakan makin terdengar namun itu tak membuat Jeno gugup karena sebaliknya, Jeno menyukai atensi yang dia dapat. Jeno kemudian melompat dari tempat dia dihalau, di ujung luar lapangan.


Begitu bola itu terlempar dari tangannya, keadaan lapangan basket itu menjadi sepi menanti.


Tak butuh berapa detik sampai keramaian kembali muncul sebab bola yang Jeno tembakan berhasil memberikan 3 poin untuk teamnya. Ribut dan gaduh mencuat.


Teman satu team Jeno memberi dia selamat, begitu juga team lawan yang sebenarnya adalah teman-teman satu ekstrakulikulernya.


Sore ini ekskul basket melakukan latihan dengan membagi anggotanya menjadi dua team. Latihan ini dimaksudkan untuk melatih anggota ekskul yang akan menghadapi sekolah lain di Sport Cup yang akan diadakan saat Festival Dream High School nanti.


Untuk hasil sore ini sendiri team Jeno-lah yang menang.


Tentu banyak yang bersorak karena banyak siswa-siswi yang mengagumi Jeno sebagai pemandangan alam yang indah.


Hanya mengagumi karena tak berani mendekati. Mereka masih sayang nyawa.


Begitu gerombolan anak basket memecah, Jeno sendiri langsung pergi ke bangku samping lapangan dan mengambil tas-nya yang dia sampirkan ke bahunya.


Tak seperti teman lainnya yang lebih dahulu mandi dan berganti sebelum pulang, Jeno langsung saja berjalan untuk menghampiri tribun.


Di tribun sana, di ujung dimana tak banyak penonton yang berkumpul, ada Renjun yang sedang menggambar dengan Beibei menemani di sampingnya sambil menunjuk-nunjuk kertas gambar Renjun.


Mereka terlihat menikmati kegiatan sederhana itu disela-sela mereka menunggui Jeno. Hal ini membawa sebuah perasaan hangat pada hati Jeno.


"Ini minumnya," kata Renjun sambil memberikan minuman botol pada Jeno yang menghampiri mereka.


Jeno menerima botol itu dan segera meneguknya lahap. Tapi dia tidak sempat atau berniat membalas senyuman Renjun yang masih ada sembari menatapnya.

Arrogation of 23 ≡ NoRenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang