tak peduli seberapa dinginnya diluar sana kanaya membuka jendela kamarnya, semilir angin beserta percikan rinai hujan bekas semalam menerpa wajahnya,
dingin, apalagi dia baru selesai mandi tapi gadis itu mencoba menahannya.
baskara beranjak naik menyinari bentala, masih malu-malu bersembunyi dibalik awan tetapi sinarnya masih benderang,
tok
tok
tok
"kak naya, bangun sayang kita sarapan dulu" ucap bunda dari balik pintu,
karena tidak mendengar jawabannya dari kanaya, bunda perlahan menggenggam gagang pintu namun urung,
hesa mendahului sang bunda untuk membuka pintu kamar kanaya, dia ingin mengadu perihal rasa sakit dikepalanya pada kanaya yang kemarin mengajaknya hujanㅡhujanan.
"naya! curang banget kalo lo ga sakit"
matanya berpindah pandangan, menatap bingung pada sosok hesa yang tibaㅡtiba marah, "ga paham gue sama maksud lo"
langkah kaki nya dengan cepat datang ke arah kanaya dan duduk dipinggir ranjang kanaya, lalu bertatap mata dengan kanaya dengan jarak antar wajah mereka kurang dari sejengkal,
tangannya menggambil tangan kanaya kemudian meletakkan telapak tangan kanaya di dahi nya, "gue sakit, lagian lo ngajak hujanㅡhujanan kemaren" menghembuskan nafasnya berat.
"lah, yang ga bawa jas hujan kan lo? ajak atau ga ajaknya gue juga tetep hujanㅡhujanan kita"
ah sialnya hesa tidak membawa jas hujan kemarin, harusnya yang marah marah memang kanaya bukan dirinya.
kanaya bergantian meletakkan telapak tangan hesa di dahinya, "kata siapa gue curang?" sambil mengerutkan wajahnya kesal.
"adil ternyata hehe" hesa ketawa pelan, padahal didalam hatinya seperti sedang diterpa ribuan panah cinta, lebay memang, tapi itulah kenyataannya.
"udah ah mau bobo lagi" ucapnya sembari ancang ancang mengambil selimut dan tidur lagi.
"gue tau lo bego nay"
alis kanaya menyatu bingung didalam selimut, ia tak paham apa maksud temannya tersebut.
"pertama, lo mandi padahal lagi sakit dan lagi dingin dinginnya, kedua, lo tidur dalam keadaan rambut basah" jelas hesa seraya mengelus anak rambut di dahi kanaya, setelah kanaya menampakkan wajahnya dari balik selimut untuk melihat hesa.
dengan segera gadis itu bangkit dari kasurnya, mengambil hairdryer kemudian menyalakan dan memakainya kesususahan,
harusnya dia memotong rambut tapi karena pacarnya menyukai rambut panjangnya, jadi dia urung memotongnya.
"sini" tanpa basaㅡbasi hesa langsung merebutnya, menekan tombol on, dan kembali ke tempatnya duduk tadi dengan hairdryer ditangannya,
kanaya duduk dibawahnya dan membiarkan hesa mengeringkan rambutnya, "lo ga papa?"
"kalo buat anak kecil mah ga papa nay" ledeknya.
langsung dicubitnya kaki hesa oleh kanaya, "apanya anak kecil"
"loh ini, kayak anak kecil, atau lo modus?" ledeknya lagi, sambil meragakan seakan dia menahan tawanya agar tidak meledak begitu saja.
kanaya memutar bola matanya lelah dengan hesa, "kalo sakit, lo ternyata masih sama ngeselinnya" cibir kanaya malas, kalau kali ini dia membalasnya dengan teriakan atau sebuah cubitan, bisaㅡbisa dia di yakini memang modus oleh hesa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baskara dan Rembulan
Romanceada kala rembulan memilih menangis menurunkan hujan dan menyembunyikan dirinya dibalik awan, mengintip buminya yang hancur karena kehilangan sang baskara. "hesa, rembulan dan baskara itu memang sejak awal tidak pernah bisa bersatu" "bisa naya, kalau...