Cerpen

25 0 0
                                    

"Mengagumi seseorang dalam diam memang tidak memberi jawaban atas perasaan yang kita rasakan. Tetapi Tuhan tau mana yang terbaik untuk hambanya."

.
.
.

Bell istirahat pertama berbunyi nyaring di seantero sekolah. Murid-murid yang semula mengikuti pelajaran dalam kelas langsung saja berhamburan keluar menuju kantin untuk mengisi perutnya yang sudah kelaparan sejak tadi. Sedangkan Anggi dan Lisa memilih untuk duduk dibawah pohon ketapang yang rindang sambil membaca novel teen fiction kesukaannya.

Saat sedang membalik lembaran novel selanjutnya, tidak sengaja mata Anggi melirik ke arah koridor dan melihat Arka juga Gladys sedang berjalan beriringan sambil sesekali tertawa riang. Lisa yang awalnya larut dalam ceita pada novel langsung menghentikan bacaannya ketika mendengar teman sebangkunya menghela napas berat. Perlahan, Lisa melihat ke depan dan mengikuti arah pandang Anggi.

Perlu diketahui, Arka Prameswari adalah first love Anggi Maharani. Laki-laki yang dia kagumi semenjak masa orientasi siswa. Sifatnya yang ramah terhadap semua teman-temannya membuat Anggi selalu memperhatikan Arka ketika berpapasan. Dan secara kebetulan, Anggi memasuki eskul yang sama dengan Arka sehingga mereka bisa saling mengakrabkan diri.

“Sebenarnya kamu suka sama Arka nggak sih?” Tanya Lisa sambil terus memandangi sepasang remaja itu hingga hilang dibelokan koridor menuju perpustakaan.

Anggi menggelengkan kepala sambil menutup novelnya. “Aku nggak tahu Lis.” Lalu menopang dagu menggunakan tangan kiri, bingung dengan perasaannya sendiri.

Lisa menghela napas, lelah dengan Anggi yang plin-plan. "Perasaan kamu setiap lihat Arka sama Gladys, gimana?" Anggi yang mendapat pertanyaan itu hanya bisa terdiam ditempat.

“Gi, kalau kamu suka sama Arka, apa salahnya sih kalau coba dekatin dia dulu." Kata Lisa mencoba memberi solusi kepada Anggi yang saat ini masih belum bisa mengontrol perasaannya.

“Aku kan cewek Lis, masa’ aku maju duluan?” Protes Anggi lalu cemberut.

Lisa mengangkat kedua bahunya acuh. “Daripada dia malah jadian sama Gladys.”

Anggi meletakkan novel ditangannya ke atas meja kayu didepan Lisa. "Kalau jadi aku, kamu akan ngelakuin apa?"

Lisa diam sebentar lalu menatap Anggi yang sedang menunduk memainkan gelang biru ditangan kirinya. "Kalau aku jadi kamu, aku bakal dekatin Arka dan jauhin dia dari Gladys." Jawabnya mantap tanpa ragu.

Anggi terdiam mencerna ucapan Lisa. Menurutnya, itu pendapat yang kurang tepat. Apa salahnya jika Gladys berteman dengan Arka? Memang jika melihat kedekatan mereka berdua, Anggi merasa cemburu. Tapi tetap saja, Gladys dan Arka mempunyai hak untuk menentukan dengan siapa mereka ingin berteman.

"Ah udah nggak usah dipikirin. Aku ke kantin dulu ya, Gi.." Kata Lisa lalu melangkah pergi.

Setelah Lisa tidak tampak lagi dari pandangannya, Anggi melangkah menuju kelasnya sambil menenteng novel yang tadi dia baca. Ditengah langkahnya, tidak sengaja dari arah belakang seorang murid laki-laki menabraknya hingga membuat novel yang dipegang Anggi jatuh dilantai.

Anggi yang baru saja ingin menunduk mengambil novelnya, dikagetkan dengan kehadiran Arka yang tiba-tiba saja berdiri disampingnya sambil mengulurkan novelnya yang tadi terjatuh dilantai. "Nih novel kamu."

Anggi diam menatap Arka dengan perasaan canggung. "Makasih, Ar.."

Arka tersenyum sebagai respon. Mereka berjalan beriringan menuju kelas masing-masing. Lama terjadi keheningan, hingga akhirnya Anggi mengeluarkan suaranya.

"Kamu.. sama Gladys, pacaran?" Tanya Anggi dengan spontan.

Arka tertawa kecil mendengar pertanyaan Anggi lalu memperbaiki letak dasinya yang sedikit miring. "Pacaran sama Gladys?"

Anggi mengangguk kaku lalu mengedarkan pandangannya ke arah lain, berusaha untuk tidak menatap Arka yang masih tertawa. Rasanya malu sendiri dengan pertanyaannya yang terlalu mencampuri hubungan orang lain.

"Aku sama Gladys itu nggak pacaran. Gladys sepupuku." Kata Arka sambil tersenyum.
Anggi terlihat tidak percaya. "Sepupu?" Ulangnya untuk meyakinkan.

Arka menganggukkan kepalanya lalu menatap Anggi yang juga menatapnya. "Kenapa?"

"Eh.. nggak kok. Yaudah, aku duluan ya." Setelah mengatakan itu, Anggi langsung berjalan cepat meninggalkan Arka yang masih berjalan santai dibelakangnya.

Semenjak memasuki kelasnya, Anggi tidak berhenti untuk tersenyum. Bibirnya terus menciptakan lengkungan manis. Novel yang tadi sempat dipegang oleh Arka terus saja dipeluknya dengan perasaan senang. Mengabaikan keadaan sekitar, Anggi tidak menghiraukan orang-orang yang menatapnya aneh. Dia tetap larut dalam rasa bahagianya setelah mendengar fakta sebenarnya tentang Arka dan Gladys.

Hari-hari terus berlanjut, Anggi tetap menjalani kesehariannya di sekolah seperti biasa dengan perasaan yang masih sama. Sejauh ini tidak ada hubungan yang terjalin diantara mereka hingga hari kelulusan tiba.

"Happy graduate, Anggi.." Ujar Arka yang hari itu tampak rapi memakai jas hitam dan dalaman kemeja putih sambil mengulurkan tangan kanannya memberi selamat.

Anggi tersenyum manis lalu menyambut uluran tangan Arka. "Thanks, happy graduate for you too.."

Mereka terdiam sambil menatap ke arah panggung yang menampilkan sebuah grup band sekolah. Alunan suara gitar yang dipadukan dengan piano mengalun dengan indah, lalu disusul suara salah satu anggota band yang bernyanyi dengan merdu. Angkatan siswa kelas 12 yang sekarang sudah melewati masa tersulit, ikut bernyanyi riang mengikuti lagu dan sesekali bersorak penuh kemenangan.

Anggi yang semula ikut bernyanyi langsung berhenti ketika Arka mengulurkan sebuah kotak biru berukuran sedang dengan motif bunga-bunga ke depannya. "Buat kamu."

"Bu.. buat aku?" Tanya Anggi gugup sambil mengambil kotak itu.

"Iya. Sebagai hadiah kelulusan." Jawab Arka tersenyum manis.

"Makasih Arka.." Balas Anggi speechless lalu kembali menatap ke arah panggung dengan perasaan berbunga-bunga.

Kisah cinta Anggi memang tidak seindah drama Korea dan novel romantis. Tapi setidaknya, dia pernah merasakan bagaimana bahagianya ketika bertemu dan bercanda gurau dengan orang yang dia sebut sebagai cinta pertama.

Meskipun Arka tidak mengetahui perasaannya yang diam-diam mengagumi laki-laki itu, Anggi tetap berusaha mempertahankan keinginan hatinya untuk tidak melakukan tindakan aneh seperti yang teman-temannya lakukan kebanyakan. Karena diam adalah cara Anggi mengagumi Arka.

Anggi lebih memilih mendoakan Arka dalam sujudnya, dibanding mengungkapkan perasaannya secara terang-terangan. Karena dia yakin,  bahwa semua sudah diatur oleh Tuhan, baik itu jodoh, rejeki, maupun umur.

Biarlah semua mengalir sebagaimana mestinya. Anggi hanya akan menunggu waktu yang tepat untuk sebuah akhir yang bahagia.

🌻🌻🌻

Love in SilenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang