Ketidaksengajaan yang disengajakan
-Nelita Zhafira
"Ahhh, beres" Ucap Neli selesai membereskan rumahnya pagi itu.
Ia langsung merebahkan diri disofa ruang tamunya.
"Ngapain lagi ya? " tanyanya dalam hati
"Udah Shalat dhuha Belom? " Tanya ibunya beberapa menit kemudian yang sedang mengangkat satu box yang entah apa isinya.
Neli membuka mulut dengan giginya yang rapat.
"Belom mak" Sahut Neli.
Neli bangkit dari posisi rebah. Ia taruh handphonenya dan berjalan menuju tempat perwudhuan dirumah.
"Selesai Shalat doa ya neng, Moga dapet laki yang sholeh, gitu" Ucap Ibunya saat Neli selesai wudhu dan menggelarkan sajadahnya.
"Hmm, Apa si Mak bilang gitu" Ucap Neli diselingi cengiran khasnya.
Ibu Neli menghela nafas ringan. Ia memalingkan badan lalu mengambil salah satu pigura didinding dan disitu terlihat potret bayi yang tengkurap dengan kepala mendongak sambil menangis.
"Kamu dah besar, Neng. Umur kamu dah beranjak 18 Tahun. Berarti, mungkin ada waktu 4 tahun lagi setelah Kuliah". Papar Ibunya sambil melap bagian pigura yang berdebu.
"Kawin maksudnya, Mak? " tanya Neli
Ibunya mengangguk,sedangkan Neli tak terlalu begitu memikirkan perjalanan yang mungkin akan dilewatinya nanti.
"Kamu dapetin yang sholeh, ya. Jangan sama orang yang biasa aja agamanya". Ibu Neli kemudian menoleh ke Neli dengan tatapan penuh harap dan makna.
Neli terdiam sejenak. Ucapan ibunya tersebut menyuruhnya seakan-akan ia harus menikah besok.
"Doain aja Mak" Tutur Neli.
"Ga disuruh juga udah tiap hari mak doain nya. Makanya kamu juga ibadahnya dibenerin lagi, ngajinya dirajinin, doanya juga ditekunin. Semoga qabul doa kamu yang baik-baik"
Neli mengangguk tanpa menyahut. Kemudian ia memasang mukenanya dan mengangkat takbir diiringi niat dalam hati, setelah lafal niat sebelum takbir.
🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
Sore hari, setelah hari yang penuh nafas. Nafas penuh bicara, nafas penuh canda, nafas penuh tawa, nafas penuh janji dan banyaknya kalimat-kata yang membentuk menjadi ungkapan melalui lorong suara.
Neli keluar sore itu bersama teman Se-Aliyahnya, sederajat Sekolah Menengah Atas.
"Lo yang bawa" Kata Kia yang baru sampai didepan rumah Neli.
"Salam dulu kek" Ujar Neli
Kia mengangkat alisnya pelan.
"Religius kali temenku ini.
Assalamua'laikum ukhty". Dengan nada candanya."Wa'alaikumussalam, ya elah ga pas guru maksud kelas doang kali ngucapin salam ketemu temen juga". Sahut Neli.
"Bener si lo, Tapi ni kok tumbenan gitu, ya elonya?" ujar Kia lagi
"Ditegor emak gue, lo ga tau aja dikaca dalem emak gue mantau,kaca rumah gue gelap soalnya".
"Anjirr, Keren emak lo ngedidik Anak nya" Kia berdecak kagum.
Sedangkan Ibu Neli terus memantau anaknya didalam.
"Iye-iye, Ayok ah. Ntar empek-empek bang cimol abis"
"Kok bang cimol si?" Kia bingung.
"Lo ga tau,profesi awal abang yang jual empek-empek yang sering kita beli dulunya jual cimol".
"Iya tau, tapi lo manggil bang cimol telinga gua janggal tau. Biasanya juga lo manggilnya abang ganteng, abang cakep, apa lagi? abang keren, Noh"
"Jangan kenceng-kenceng kedengeran mak gue didalem".
"Mak Neli, katanya abang yang Jual Empek-empek demen ama Neli. Cak..... Mmm phss, pluh,piuhh" Teriak Kia yang langsung disekap mulutnya oleh Neli.
"Buset tangan lo bau apa barusan, maksud gue kaya bau kapur barus. Lo habis ngurusin jenazah, Nel?" Ucap Kia Kaget
"Ga Kok, gue habis naburin kapur barus digudang" Jawab Neli.
"Pantesan baunya kaya bau-bau mayat. Gue kira lo habis dapet korban mutilasi kaya diflim The Invisible Guardian atau Mrs. Serial killer". Jelas Kia merinding.
"Lebay lu, sampai mana gue gituin orang. Cepetan ah elo ngomong mulu"
"Lah kan lo yang bawa, ya tinggal gas" Ucap Kia
"Oh iya lupa"
« »
KAMU SEDANG MEMBACA
Nelita
RomanceBerapa kali putaran dunia pun,jika tetap nama mu yang bersisian dalam takdir ku. Mustahil untuk tidak ditemukan kembali dan lagi Obsesi oleh seorang cewe labil yang sibuk dengan penelusurannya sebagai stalker. Ia menemukan salah satu teman masa keci...