9

223 35 10
                                    

Jungkook perlahan melepaskan sebelah tangan Chaeyeon dari tubuhnya, melepaskan diri dari pelukan sang kekasih yang tak lagi menghangatkan. Jungkook merasa tak berdaya, hidupnya seperti bukan lagi miliknya. Dia meraih benda pipih itu dari atas nakas dan gurat kesedihan nampak jelas diwajahnya, kecewa. Tidak ada balasan dari seseorang yang paling diharapkannya, membuat hatinya kembali gelisah. Dilihatnya Chaeyeon tengah tertidur lelap disampingnya, namun matanya tertuju pada perut kekasihnya yang masih rata. Jungkook menjambak rambutnya frustasi, tanpa pikir panjang dan tanpa menimbulkan suara sedikitpun, dengan hati-hati Jungkook meninggalkan kekasihnya disana. "Mianhae" lirihnya, sebelum akhirnya benar-benar pergi.

***

Membelah jalanan ditengah malam tak lagi menakutkan baginya, yang ada dibenaknya saat ini adalah segera bertemu dengan pujaannya. Jungkook tahu dia salah, memilih pergi menemui perempuan lain dibanding menjaga ibu dari buah hatinya namun dia tidak bisa membohongi perasaannya, hatinya merasa tidak tenang sebelum melihat jika Jiyeon baik-baik saja. Jiyeon tengah terbaring sakit, dan dia sendirian disana. Bukankah Jiyeon jauh lebih membutuhkannya, pikirnya. Berkendara dengan kondisi jalan yang lengang, hanya memakan waktu kurang lebih 20 menit perjalanan kini mobil Jungkook telah sampai didepan pelataran Rumah Sakit dengan cepat dia melaju menuju parkiran dan memakirkan mobilnya disana. Langkah kakinya menyusuri lorong rumah sakit yang begitu sunyi, tadi dia hanya melihat beberapa perawat disekitaran lobby. Mengingat kini sudah pukul 01.15 dini hari, dan sudah pasti pasien-pasien tengah beristirahat diruang inapnya masing-masing termasuk sang pujaan hati. Jungkook sudah didepan pintu kamar yang ditempati Jiyeon saat ini, dengan perlahan dia membuka pintu itu dengan sangat hati-hati tidak ingin membangunkan Jiyeon yang mungkin saja tengah terlelap. Jungkook cukup terkejut ketika matanya bertemu tatap dengan mata jelitanya yang masih menyalang "Kau belum tidur?" anggukan pelan dari Jiyeon ia dapatkan sebagai balasan
"Keㅡnapa?" tanyanya kembali dengan ragu

"Aku menunggumu." lirih Jiyeon, mendengar itu membuat hatinya tercubit. Tanpa keraguan kakinya melangkah pasti kearah Jiyeon yang sedang duduk diranjangnya, direngkuhnya tubuh mungil itu kedalam dekapannya.

"Mianhae." sesal Jungkook, dan lewat anggukan kepalanya Jungkook anggap Jiyeon telah memaafkannya. Tanpa Jungkook tahu dibalik kehangatan yang tengah ia rasakan, Jiyeon justru menunjukkan smirknya.

"Aku tahu kau akan kembali padaku. Ini belum apa-apa, ini hanya awal dari permainan itu sendiri. Aku, akan kubuat perubahan besar dalam hidup kalian, akan kutunjukkan pada kalian apa itu rasa sakit dan kehilangan."

Walaupun sebenarnya Jungkook tidak rela namun pada akhirnya dia melepaskan rengkuhannya dari tubuh Jiyeon, mengingat Jiyeon tetaplah seorang pasien yang butuh istirahat agar bisa lekas pulih. Namun bukannya melepaskan diri, Jiyeon justru mengalungkan kedua tangannya dileher Jungkook membuat nya terheran-heran. Tatapan matanya begitu dalam dan Jungkook merasa sedang di uji "Jiyㅡ" bibir Jungkook mengatup rapat kala telunjuk Jiyeon menyentuh bibirnya, Jiyeon mendekatkan wajahnya kearah Jungkook. Reflek Jungkook menutup kedua netranya, namun matanya seketika terbuka lebar saat Jiyeon membisikan sesuatu ketelinganya dengan suara lembut miliknya.

"Aku merindukanmu." ucapnya

Jungkook menatap Jiyeon dengan tidak percaya. Dan ketika sepasang netra itu kembali dipertemukan membuat jantung Jungkook tiba-tiba berdetak cepat, darahnya berdesir. Tidak, akankah Jungkook bisa bertahan? Sungguh tatapan Jiyeon membuatnya goyah.

Jiyeon memberanikan diri, memulainya lebih dulu. Menghapus jarak melabuhkan bibirnya kepermukaan bibir Jungkook yang terasa dingin akibat udara malam, dan Jungkook sepertinya masih dalam mode terkejut terbukti dari dirinya yang hanya diam saja. Jungkook makin terkejut ketika belah bibirnya tengah dipermainkan, dengan adil Jiyeon tengah mencecap bibir atas serta bibir bawahnya bergantian. Tak mendapat respon kini bibirnya beralih keleher putih Jungkook, bibirnya tak berhenti mengecup bulatan yang menonjol pada batang lehernya membuat sang pemilik berusaha kuat menahan hasratnya.

[M] We Were In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang