Part 2 - Warung Apung

3 1 0
                                    

Warung Apung
Kemusu, 27 Desember 2020.

...

Beberapa hari setelah konferensi di kecamatan kami (Wonosegoro & Wonosamodro), kecamatan lain pun mengadakan konferensi pula. Beberapa undangan masuk untuk menghadiri acara tersebut, seperti PAC Karanggede melangsungkan acara sehari setelah PAC kami yaitu pada 20 Desember 2020, PAC Andong nanti tanggal 10 Januari 2021, dan hari ini PAC Kemusu, 27 Desember 2020.

Setiap surat undangan hanya mengundang 2 orang perwakilan, sebagai mandataris ketua aku dan ketua putra, sebutlah namanya Venus–berangkat untuk mengindahkan acara tersebut. Di undangan tertera acaranya jam 12 siang. Saat kutanya Venus hendak berangkat jam berapa, dia mengajak setengah satu siang. Begitulah orang Indonesia, diundang jam berapa maka akan berangkat jam itu juga, atau malah lebih lama dari jam yang ditentukan. Ah, maaf aku melabeli orang Indonesia melakukan pemoloran itu. Tidak tidak, maksudku bukan begitu, anggap saja hanya aku. Haha.

Sehari sebelum hari itu aku dan beberapa temanku berkunjung pada acara semacam Diklat kemiliteran, itu diselenggarakan oleh lembaga yang memiliki status dan kedudukan sebagai perangkat semi otonom organisasi. Dipungkiri atau tidak, hal itu menjadi cukup urgent dibutuhkan untuk acara-acara besar yang tentu memerlukan keamanan lebih ketat.

Aku dan Venus berangkat ditengah cuaca yang sedang panas-panasnya, di Kecamatan kami yang biasa dikatakan daerah Boyolali Utara menjadi kecamatan yang lebih panas dibanding kecamatan yang lain. Sebab cukup jauh jarak dari sini menuju daerah pegunungan, pun jua sering kekeringan.

Setelah menempuh perjalanan sekitar setengah jam lebih, kami pun nyasar. Shareloc? Tentu saja ada, tapi aku tidak bisa baca map, dan disana sangat susah memperoleh signal dengan provider yang kami miliki. Sebab disana kami seolah menerobos jalan yang sangat sepi, rusak dan seolah masuk ke ranah hutan-hutan.

Namun, kami tenang-tenang saja. Jika tidak menemukan tempatnya, yasudah pulang lagi. Gitu aja kok repot. Lagipula disana selain bertujuan menjalin silaturahmi, kami tidak mempunyai tanggung jawab apa-apa.

Di undangan tertera acaranya diselenggarakan di Warung Apung, setelah beberapa kali bolak-balik kami pun sampai. Namun tidak ada tanda-tanda ada acara, kami jajan es teh dan istirahat disana sembari menunggu ada signal untuk mengabari Pengurus dari PAC tersebut atau Pengurus Cabang.

Tak berselang lama, kami berjumpa dengan sepasang suami istri yang juga termasuk Pengurus Cabang. Yang menarik dari acara ini adalah untuk menuju tempat acara kami harus naik kapal. Kapal dan pengemudinya pun seolah sudah paham dengan kehadiran kami, sebab kami datang dengan jas almamater organisasi. Kami diminta naik kapal dan menyusuri danau untuk sampai ke lokasi.

Ku kira ini adalah strategi panitia, agar peserta yang datang tidak melarikan diri. Bagaimana bisa melarikan diri coba? Acaranya saja ditengah danau dan tidak ada kapal yang stay untuk digunakan bolak-balik, hanya ada satu kapal yang digunakan untuk berangkat. Dengan begitu seluruh yang datang pada acara itu mau tidak mau harus mengikuti serangkaian acara sampai selesai.

Cuaca yang semula sangat terik pun perlahan menjadi gelap, tak berselang lama hujan pun turun. Tak tanggung-tanggung hujan kali ini disertai angin kencang, badai dan mati lampu. Hampir seluruh panitia & peserta sidang yang ada di acara tersebut bajunya basah sebab hujan yang terbawa angin memenuhi ruang terbuka ini. Warung Apung ini goyang-goyang pelan, hujan diluar benar-benar sangat deras. Air yang tenang pun seolah seperti ada ombak yang bergemuruh. Beberapa sandal sampai hanyut terbawa arus.

Tidakkah ini begitu menarik? Ditengah angin dan hujan deras diluar, ada sekelompok manusia ditengah danau tengah menyelenggarakan konferensi yang berusaha tetap fokus. Udara memang dingin tapi seolah bersama-sama disini menjadi penghangat yang secara tidak langsung kami rasakan.

3 sidang sudah terlaksana, dibanding dengan acara di kecamatan ku, disini sangat cepat prosesinya. Presidium menggunakan metode peserta sidang dipersilahkan membaca draft sendiri, dan jika tidak ada perubahan langsung disepakati. Sedangkan di kecamatan ku kemarin presidium membacakan draft sidangnya, sehingga memakan waktu yang cukup lama. Bagaimanapun caranya yang penting ini atas kesepakatan bersama.

Acara selesai hampir petang, hujan mulai reda. Kini hanya ada rintik-rintik kecil, kami berjalan menuju belakang Warung Apung, disana ada kayu-kayu yang tersusun rapi yang menjadi jalan sekaligus penyekat antar tempat berkembangnya ikan-ikan. Ikan-ikan begitu riuh dan menggemaskan. Aku kira jenis ikan disana ada ikan mas, ikan nila dan bawal. Atau entah apa, aku tidak begitu mengenal jenis ikan dengan baik.

Kini, kami menikmati senja di tengah danau. Indah sekali. Tidak peduli dengan rintik yang semakin lama menghujami kami, toh baju kami sudah basah sedari tadi.

Kami berfoto-foto ria, menikmati udara dingin dan pemandangan yang epic. Kapan lagi bisa menikmati suasana sedamai ini. Sebagai kabupaten yang tidak memiliki pantai tentu suasana ini sangat langka kami jumpai, perlu melakukan perjalanan cukup jauh hingga sampai ke tempat ini. Dan, yang menjadi point tambahan menuju kata menyenangkan adalah acara ini gratis, kita makan nanti pun gratis. Hehe.

***

Acara selesai sekitar pukul 20.00 malam. Semua bersiap pulang dengan gantian menaiki kapal. Dan tentu saja bentukan kami sudah tidak dapat terdefinisikan, diantara kami banyak yang bajunya basah, jilbabnya basah, rok dan celana yang di cincing-cincing dan sandal yang hilang karena terbawa angin.

Tidak disangka sebelumnya, pulang dari sana, aku dan pak ketum alias Venus ketinggalan rombongan, mesin motor yang entah terlalu banyak kemasukan air, atau memang ada yang rusak menjadikan motornya Venus sering mogok dijalan.

Jika motor dibiarkan gas nya habis akan mati sendiri, dan jika digas terlalu dalam juga akan mati. Aku berulang kali turun dari motor dan menunggunya baik kembali. Tapi sepertinya sama saja, motor ini tetap mati.

Kalau mogoknya siang, oke oke saja, masih banyak bengkel yang buka. Ini sudah malam, lagipula sangat sepi disini, kanan kiri hanya ada pepohonan dan yang lewat hanya ada satu dua kendaraan.

Sementara Venus berusaha menyalakan motornya, aku hanya bisa bersholawat tiap jalan, hp mati sebab lowbat, mau nyari bantuan juga kiranya tidak mudah. Pelan dan hati-hati kami menyusuri jalan, hingga sampai juga kami dirumah. Alhamdulilah dengan selamat.

***

Selang beberapa hari, saat aku bertemu Venus kutanyakan sesuatu padanya.

"Nyesel ngga, kemarin berangkat ke Kemusu?" tanyaku.

"Nggak, soalnya unik si, malah pengen lagi ke Warung Apung" jawabnya sembari diiringi tawa ringan.

Ah, benar, meski mogok, kedinginan, dan basah-basahan serangkaian acara di sana sangat unik dan mengesankan. Ya, di Warung Apung.






Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 19, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sebuah PerjalananTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang