Prolog

82 8 9
                                    


Aku tidak tahu keberanian ini datang dari mana. Ciuman pertama yang ku jaga untuk suami ku kelak , kini telah kuberikan pada sahabatku sendiri.

Sadar bahwa hal ini salah, aku harus mengakhirinya. Tapi ketika aku melepaskan bibirku. Rafael semakin mendekap bibirnya ke bibirku. Seperti tidak membiarkan aku menyudahi ciuman itu. Aku terkesiap akan responnya. Satu tangannya telah memeluk pinggangku dan satu lagi menarik tengkuk ku agar mendekat kepadanya. Semakin menyapukan bibirnya ke bibirku. Memberikan pagutan - pagutan yang lembut tetapi seolah menekan ku.

Pikiranku yang tadi ingin mengakhiri ini , tiba - tiba saja menghilang. Aku hanya bisa menutup bibirku menerima semua perlakuannya.

Disela sela ciumannya Rafael berkata "Buka bibir lo Dir." Dan bodohnya aku mengikutinya. Seakan terhipnotis akan dirinya. Aku membuka bibirku perlahan. Rafael pun tersenyum ketika aku melakukan perkataanya.

Kembali ia memagut bibirku. Mengecap seluruh sela bibirku memberikan sensasi lembut dan basah diantar pagutannya. Tindakannya itu membuai ku membuatku semakin kehilangan akal sehatku , dan membalas ciumannya dengan canggung.

Ternyata responku membuat Rafael semakin bergairah. Dia melesakkan lidahnya memagut lidahku , yang membuatku mengerang. Akupun meletakkan kedua tanganku dibahu nya dan memegang rambutnya.

Aku mendengar desahan napasnya , ketika ia semakin menekan tengkuk ku mendekat kepadanya. Seolah tidak ingin memberi sedikit celah diantara kami.

Ciuman lembut ini kemudian menjadi agresif. Dia terus memagut bibirku , bermain dengan lidahku seperti tidak ingin memberi jeda terhadap ku , meskipun diriku sudah hampir kehabisan napas.

Berciuman dengannya merupakan pengalaman pertama yang luar biasa bagiku. Manis dan memabukkan. Sehingga membuat perasaan yang lama itu kembali kepadaku.

Perasaan yang berusaha ku hilangkan
itu membuatku terbangun dan mengembalikan akal sehatku. Mengumpulkan semua kesadaran , aku kembali berpikir untuk segera menghentikan ini semua.

Mendorong dadanya dengan kedua telapak tanganku menjauhkan dirinya dariku. Tindakanku yang tiba - tiba itu membuat Rafael terkejut dan bingung akan perlakuanku.Aku menghirup napas sebanyak - banyak.

"Yang kita lakuin ini salah Raf. Maaf , seharusnya gue enggak mencium lo tadi."ujarku menetralkan kembali pikiranku

Dia diam menatapku dengan kening berkerut semakin bingung dengan perkataan ku. Aku melihat bibirnya. Basah akibat ciuman tadi. Membuat pikiranku berkecamuk. Di satu sisi aku masih menginginkannya tapi disisi lain aku sadar semua ini salah.

Ketika dia ingin mengatakan sesuatu. Aku langsung bergegas pergi meninggalkannya. Aku tidak siap mendengar perkataannya. Dia memanggilku sambil mengejarku , tetapi  ku hiraukan dan semakin cepat berjalan meninggalkan apartemennya

Aku keluar dari gedung apartemennya dan segera pulang menggunakan taksi. Perasaan lega ketika kulihat dia tidak mengikuti sampai keluar.

Tetapi selama perjalan pulang aku hanya memikirkan bagaimana aku mengatasi perasaan itu lagi. Perasaan suka ku kepadanya. Aku pernah merasakan lebih kepada Rafael sahabatku sendiri. Tapi itu dulu ketika aku berpikir bahwa itu hanya perasaan suka biasa karena telah berbuat baik padaku. Aku masih bisa memendamnya karena aku tahu dia tidak merasakan hal yang sama kepadaku. Setelah ciuman itu aku sadar perasaan ini akan semakin membesar. Aku dilanda kebingungan. Bagaimana aku menghilangkannya kembali seperti dulu ? Bagaimana aku bertemu dengan Rafael nanti? Karena yang ku tau menyukai nya sama saja seperti aku menyakiti diriku sendiri.

⭐⭐⭐

HAI SEMUANYA !!!

MAAF BILA MASIH KEBANYAKAN SALAH ATAU TYPO SOALNYA INI CERITA PERTAMAKU.

TAPI AKU SENANG BILA KALIAN MEMBERI KRITIK ATAU SARAN DI SETIAP KESALAHAN CERITAKU.

KARENA DENGAN HAL ITU MEMBUAT AKU SADAR DAN DAPAT MEMPERBAIKINYA KEDEPAN 😆.

AKU HARAP SEMOGA KALIAN MENYUKAINYA CERITAKU YA 🤗.

JANGAN LUPA VOTE DAN KOMENNYA !!!

Aware Of FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang