1. Orang baik

8 4 3
                                    

Gretha turun dari motor milik Daryan, namun tiba-tiba tangan milik Daryan membantu Gretha melepaskan helm. Gretha sedikit kaget dengan perlakuan Daryan, ini saat pertama kali Daryan melakukan hal yang manis kepadanya. Daryan tidak menyadari bahwa Gretha sangat canggung waktu itu, bisa-bisanya ia merasa canggung kepada Daryan. tangan Daryan kemudian meraih tangan milik Gretha, tangan yang sangat pas menurut Daryan, ia terus menggandeng tangan milik Gretha.

Daryan mampu membuat Gretha tertawa hingga melupakan semua masalah dalam hidupnya, mendengar isak tangis Gretha semalam membuatnya sedikit kacau, pikiran Daryan terus menuju kepada Gretha. Seolah Daryan sangat ingin memeluk dan menenangkan Gretha saat itu juga.

"Temenin gue belanja dong Tha, bahan-bahan dapur di rumah udah abis." Gretha tersenyum beberapa saat kemudian Gretha mengangguk. Gretha hanya mengekori Daryan, sesekali Daryan mengajak Gretha untuk beristirahat. bahkan saat membayar pun hanya Daryan sendiri yang mengantri, sementara Gretha duduk manis sembari memainkan handphone-nya.

Meskipun demikian, Gretha juga sangat merasa kesal menunggu Daryan yang selesainya entah kapan. menunggu adalah salah satu hal yang membuat Gretha kesal, jangan sekali-kali membuatya terlalu lama menunggu.

Gretha berjalan menghampiri Daryan lalu menariknya ke dalam antrian pertama, memang Gretha adalah manusia yang sangat nekat.

"Maaf kak, antri dulu."

"Saya Gretha, tidak satupun orang yang bisa menolak," jawab Gretha tegas.

"TT--"

Gretha langsung memotong, "Lagian antrian ini tidak bisa hanya satu orang yang ngantri?"

"Udah Tha, gue bisa sendiri," ujar Daryan menenangkan Gretha. penjaga kasir itu langsung menghitung jumlah belanjaan Daryan. Kalau tidak seperti ini, Dryan tidak akan pernah selesai dengan antriannya yang panjang itu.

Setelah membayar Daryan langsung meminta maaf lalu membawa Gretha dari sana. Niat baik Gretha Daryan paham, namun sebagian orang mereka tidak akan paham apa yang mereka lakukan.

"Tha, filmnya gak ada yang romance, adanya horor. Gue tau lo gak suka horor." ucap Daryan. Gretha hanya diam tidak menjawab sepatah katapun. Daryan langsung melihat wajah Gretha. wajahnya sudah pucat. Daryan panik bukan main.

"Tha, lo kecapean. Kenapa gak bilang dari tadi Tha? Udah tau lo sendiri itu gampang kaya gini, masih aja gak denger." Daryan merangkul pinggang Gretha mencari tempat makan dan istirahat untuk Gretha.

setelah menemukannya, Daryan menarik bangku untuk diduduki oleh Gretha. Perlakuan manis yang tidak pernah Gretha dapatkan selain dari Daryan.

"Mau apa Tha?"

"Ayam penyet."

Daryan langsung berdiri lalu kembali lagi, awalnya Gretha sudah curiga dengan Daryan. Setelah menunggu pesanannya beberapa saat, Gretha menikmati makan berdua dengan Daryan. Sekali suapan Gretha tidak merasa kejanggalan sedikitpun.

"Pedas gak?" tanya Daryan.

Gretha menggeleng.

Daryan tersenyum penuh arti. "Gue ganti sambalnya,'' jawabnya santai. Gretha sedikit kaget, bagaimana bisa manusia menyebalkan di depannya ini menggantinya?

"Lo itu Magh Tha, jangan cari penyakit terus."

"Lo taukan gue suka pedes?!" bentak Gretha.

"Pedes terus yang lo inget, penyakit gak diinget," sinis Daryan.

Agar Gretha tidak bertambah marah, Daryan mengambil sedikit sambal miliknya lalu menaruhnya di atas piring Gretha.

"Jangan abisin semua!" Perintah Daryan.

***

Gretha dan Daryan berpacu dengan waktu. Keduanya sepakat untuk mengunjungi Pusgawa--pusat kegiatan mahasiswa. Namun setelah sampai Pusgawa Daryan enggan membawa Gretha duduk di sana. Daryan paham dengan otak-otak liar cowok yang duduk di sana. Daryan membawa Gretha melihat pantai menunggu sunset, mereka duduk diantara batu-batu sepanjang pantai dan bercerita panjang lebar.

"Tha, kalau mau teriak teriak aja di sini," ucap Daryan.

Gretha menarik nafasnya panjang. "COWOK BRENGSEKKKK! ANJING LO!"

Empat kata itu sudah mampu membuat Gretha tenang. Daryan memperhatikan Gretha dengan rinci. Gretha yang cantik, tinggi, pintar, public speakingnya yang bagus. Daryan sering kali berpikir, ia tidak akan mendapatkan Gretha dengan mudah atau mungkin cowok di luar sana juga tidak akan mendapatkan Gretha dengan mudah.

"Tha gue yakin, kalau tuh cowok balik lagi, ya pasti lo terima."

"Gausah aneh-aneh!"

Daryan terkekeh pelan. "Iya Tha, mantan lo itu ganteng. tapi gantengan gue sih." Gretha tidak terlalu menanggapi kalimat Daryan. ia memilih melihat pantai yang begitu tenang. Ada beberapa anak kecil yang tertawa girang dipinggiran, tampak tidak memiliki masalah sedikitpun.

"Yan, besok gue  ke kampus ada interview."

"Gue jemput besok jam 10."

Gretha menatap cowok itu heran. "Yan, gue gak ngajak lo padahal," ujar Gretha polos.

"Gausah sungkan, gue juga gabut besok kalau di rumah terus," jawab Daryan santai.

Dari pada pusing mendengar Daryan, Gretha berdiri namun saat melangkahi batu-batu kakinya terpeleset. Daryan yang melihatnya panik bukan main.

"Tha? udah tau bambu gak bisa jadi kaki."

"Sssaakiiittt-" rintih Gretha.

Daryan langsung menggendong Gretha menuju motor, tidak peduli ada berapa banyak orang yang iri ia menggendong Gretha, yang penting cewek itu tidak merasakan sakitnya lagi.

"Sorry, gue bikin lo susah mulu," bisik Gretha.

"Gapapa Tha, gue sahabat lo. Nih pake hoodie, ini udah malem." Gretha tak langsung mengambilnya, ia terlebih dulu diam. Karena respon yang lama, Daryan langsung memasangkan hoodie itu untuk Gretha, tidak lupa helm hitam milik Gretha.

Motor milik Daryan melaju meninggalkan kampus, ia menyesal telah membuat Gretha kelelahan. Seperti biasa, dari spion Daryan memperhatikan Gretha. Ekspresi Gretha selalu datar.

"Maaf Tha, pasti pinggangnya sakit ya duduk di motor ini?''

"Lo orang baik Tha, gak pantes disakitin."

***

Instagram: @_Ndiawln

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 01 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LangkahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang