'cling'
Nyaring terdengar lonceng pintu Coffee Shop penanda adanya pengunjung datang. Terlihat gadis berbaju mint polkadot dengan rambut panjang yang terurai.
"Mas, matcha lattenya satu ya"
Tanpa membuka buku menu, gadis itu langsung mengatakan apa yang ia inginkan.
"Itu aja kak?", Tanya pelayan
"Emm, nanti dikabarin lagi, tunggu teman saya datang".
Tanpa menunggu waktu lama, matcha latte pesanan gadis berbaju mint polkadot itupun jadi. Bau harum teh hijau membuat selera minumnya meningkat. Ditengah menikmati manis dan pahit sensasi matcha latte, tiba-tiba...
"Oi bocah", sapa seseorang yang baru saja datang.
"Uhuk, uhuk.. kan jadi keselek", kesal gadis itu
"Salah siapa gak nungguin gue", protesnya.
Gadis berbaju mint polkadot itu menggulirkan matanya, jengah dengan gadis yang sedang duduk dihadapannya saat ini. Bagaimana tidak kesal ? rencananya mereka akan berangkat ke Coffee Shop bersama, nyatanya gadis yang baru saja datang itu membatalkan secara sepihak dan sekarang malah datang bersama laki-laki yang ntah siapa.
"Matcha latte lagi May?", tanya gadis yang baru datang itu.
Maysa, gadis berbaju mint polkadot itu penyuka rasa matcha.
"Masalah?", Masih dengan perasaan kesalnya.
"Ya ampun May, maaf ya. Nih gantinya, kenalin abang sepupu gue".
Maysa menatap Tia dengan tajam, mana bisa meminta maaf dengan cara seperti itu. Setidaknya traktir satu gelas matcha latte pun cukup.
"May, kok malah bengong sih?, Iya tau kok Abang sepupu gue ganteng".
'plakk'
Satu pukulan kecil melayang di tangan Tia."Kok dipukul sih May", kesal Tia.
Maysa hanya tersenyum kecut dan segera memanggil pelayan."Kalian mau pesen apa?", Tanya Maysa lembut.
"Chocolate milk", Tia menggeser buku menu itu agar Abang sepupunya juga bisa memilih.
"Cappucino", Maysa yang sedang meminum matcha lattenya kembali tersedak. Kaget dengan suara berat yang berasal dari hadapannya.
'•'•'•
"May, dibonceng abang gue ya?", Tanya Tia.
Mata Maysa terbelalak mendengar pernyataan sahabatnya. Pasalnya mereka membawa motor sendiri, sedangkan Maysa berangkat dengan ojek online.
Sesuai rencana semalam setelah dari Coffee Shop tempat selanjutnya yang akan dituju adalah pusat wisata & wahana.
"Kok ga bonceng kamu aja si?" Protes Maysa.
"Kan gue harus jemput Wawa, masa abang gue yang jemput sih, mana tau rumahnya", jelas Tia.
"Tapi kan-"
"Ga usah protes, cepetan naik". Suara berat itu kembali membuat protes Maysa terhenti.
Angin kencang membuat mood Maysa semakin buruk, Abang sepupu sahabatnya inipun membawa motor dengan kecepatan yang lumayan tinggi, membuat Maysa yang tidak berpegangan terhuyung kebelakang, membuat tangannya tidak sengaja memegang jaket kulit orang yang tengah membocengnya saat ini.
"E-eh maaf bang, ngga sengaja", dengan gugup Maysa segera melepaskan tangannya dari jaket kulit itu.
Tangan yang lebih besar menarik paksa tangan Maysa agar kembali memegang pundak berbalut jaket kulit.
"Pegang aja, gue mau ngebut." Entah apa yang Maysa pikirkan sampai membuat jantungnya tidak karuan mendengar dan merasakan perlakuan orang di depannya itu.
'•'•
"May, cemberut mulu", sedari tadi Tia dan Wawa berusaha membuat mood Maysa kembali, namun hasilnya nihil.
"Kalian tau kan, aku ga bisa masuk kerumah hantu kaya barusan", Maysa yang penakut ditambah paksaan dari Tia dan Wawa untuk masuk kedalam bersama.
Apalagi saat didalam Maysa seperti tidak dianggap, Tia dan Wawa selalu jalan berdampingan sambil memegang satu sama lain, sedangkan Maysa hanya di tinggalkan dengan manusia es, siapa lagi kalo bukan abangnya Tia.
Maysa kembali tersenyum kecut saat mengingatnya, tak sadar dirinya ditarik paksa 'lagi'.
"Abang mau apa?", Tanya Maysa jengah.
"Ikut gue cari buku", jawabannya singkat dan jelas."Tapi Tia sama Wawa gimana?"
"Biarin aja, ayo May", jantung Maysa kembali berdebar tidak karuan saat mendengar Abang sepupu Tia memanggil nama yang bisanya hanya diperuntukkan orang terdekatnya.
'•'•
Entah mengapa mood Maysa kembali dengan cepat setelah melihat novel yang berjejer dirak. Senyum Maysa mengambang hingga sekilas memerlihatkan deretan gigi putihnya.
"Suka?", Suara berat itu sukses memecahkan senyum Maysa.
"Hmm, iya"
"May, duduk", titah Abang sepupu Tia, seraya menunjuk salah satu kursi yang ada di perpustakaan kota tersebut.
"Maysa", ucap maysa sambil mengangkat tangannya, berniat untuk mengajak berkenalan, karena jujur Maysa belum mengetahui nama Abang sepupu sahabatnya.
Tia memang sering menceritakan abang sepupunya, tapi sekalipun Tia tidak pernah menyebutkan siapa namanya.
"Udah tau May", jawabnya sambil menepis pelan tangan Maysa .
"Tapi aku belum tau nama abang", cicit Maysa yang masih bisa di dengar jelas oleh lawan biacaranya.
'•'•
"Dicka"
Jantung Masya serasa tidak aman jika mengingat nama abang sepupu Tia. Apalagi saat mengingat wajahnya.
Dicka memiliki tubuh tinggi, kulit yang lumayan putih, rambut hitam legam, suara beratnya, dan ada satu hal yang menarik atensi Maysa, tahi lalat di bawah matanya, membuat daya tarik tersendiri.
Selisih umur mereka juga tidak terpaut jauh, Dicka lahir dibulan Desember dan Maysa lahir bulan Mei ditahun berikutnya, walau hanya selisih kurang lebih 5 bulan, tetap saja tidak sopan jika langsung memanggil nama.
"Eh, kok jadi mikirin bang Dicka sih", monolog Masya sambil bercermin.
Jika ditanya siapa yang mengantar Masya pulang, tentu saja Dicka. Tidak tanggung jawab jika sudah mengajaknya di toko buku hingga pukul 7 malam tapi tidak mengantarnya pulang.
'°'°
Cahaya matahari pagi disertai nyaring dering ponsel membuat Masya memilih untuk tidak melanjutkan mimpi indahnya.
"Halo"
terdengar suara dari seberang sana."Kenapa Tiaaa, masih pagi ini",
"Titip absen ya hehe, gue lagi demam"
"Iya deh, cepet sembuh Tiaa"
'tut'
Setelah percakapan singkat itu Masya Segera bangkit dan bersiap ke kampusnya.
Iyap..
Maysa dan Tia menempuh ilmu di Universitas yang sama, bedanya Masya adalah orang lokal dikota Yogyakarta, sedangkan Tia berasal kota Bogor yang melanjutkan studi di universitas Yogyakarta. Mereka berada di jurusan yang sama, Psikologi. Sedangkan sahabat mereka yang lain, Wawa, mengambil jurusan ilmu kedokteran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Like a Matcha : 🍵
Любовные романыSeorang gadis yang terjebak dalam pahit dan manisnya hubungan asmara