1/3

1.2K 27 1
                                    

Homophobic harap menjauh, jangan sibuk nge report kalo ga suka konten bxb.
⚠️ Mengandung adegan dewasa, yang merasa masih dibawah umur lebih baik tidak usah baca⚠️
⚠️Mengandung kekerasan sexual, BDSM, budak seks⚠️

DIMOHON UNTUK BIJAK DALAM MEMILIH BACAAN VERSI KALIAN ✖️

.

"Terima kasih."

Suara lembut dari seorang laki-laki yang berdiri di belakang meja kasir terdengar sangat sopan masuk ke telinga siapa saja yang mendengar.

Dia, Kim Seokjin, si perangkai bunga di salah satu toko bunga di kota Seoul. Senyumannya yang manis mampu memikat siapa saja baik laki-laki mau pun perempuan.

"Jin-ie!"

Si lelaki cantik itu menoleh ke asal suara, kedua sudut bibirnya tertarik. Ia keluar dari meja kasir dan mendekati salah satu kawannya yang sedang merangkai bunga di salah satu meja. Berhubung belum ada pelanggan, pria Kim itu menghampiri kawannya dan membantu merangkai bunga.

Seokjin sudah menjadi florist sejak dirinya lulus SMA, oleh karena itu tangannya sudah terampil sekali merangkai bunga. Hasil rangkaiannya paling rapi dan cantik dari karyawan lain, oleh karena itu Seokjin suka mendapatkan gaji tambahan dari atasannya.

"Nanti malam kau ada acara, Jin?"

Seokjin menoleh. "Nanti malam sepertinya tidak. Ada apa?"

"Aku ingin mengajakmu nonton."

.

Jam 5 sore Seokjin baru sampai apartemen kecilnya, yang hanya ditinggali oleh sang ibu yang suka mabuk-mabukan dan juga sering memukuli kalau Seokjin tak punya uang.

Dengan tangan yang menggenggam sekantung plastik makanan, Seokjin tersenyum senang. Ia akan makan bersama ibunya setelah ini. Ia sudah memindahkan makanannya ke piring, lalu pergi ke kamar sang ibu untuk mengajaknya makan bersama.

"Eomma?"

Seokjin mengetuk pintu kamar ibunya beberapa kali. Tak ada jawaban.

"Kau di dalam?"

Lagi-lagi tak ada sahutan.

"Eomma?!" Seokjin menggedor pintu lebih keras, ia khawatir ibunya kenapa-kenapa. Ia mencoba membuka pintu. "Tumben tidak terkunci?" Tanpa basa-basi ia pun langsung masuk ke kamar.

Berantakan sekali. Banyak bekas botol alkohol berserakan di mana-mana. Tapi, di mana sang ibu? Ia melihat lemari kecil nan usang sedikit terbuka, dan dengan tak sabaran Seokjin mendekatinya.

Namun apa yang dilihatnya saat ini benar-benar membuat mata Seokjin berkaca-kaca. Semua baju milik sang ibu sudah tidak ada, hanya tersisa selembar kertas yang tertempel di sana. Seokjin mengambilnya.

Hai, Jinie. Maaf Eomma pergi mendadak. Eomma sudah mendapatkan apa yang Eomma mau, jadi Eomma pergi, ya? Nanti malam akan ada orang yang datang menjemputmu. Bersiap-siaplah, Sayang. Jangan takut, kau akan bahagia bersamanya.

Air mata Seokjin meluruh, kedua tangan yang memegang selembar kertas itu bergetar.

"Tidak... TIDAK!!"

Seokjin berteriak, ia mengacak-acak apa saja yang ada di dekatnya. Terakhir, ia menjatuhkan dirinya di lantai dan menyembunyikan wajahnya di lipatan lutut.

"Hiks. Eomma. Kenapa kau meninggalkanku sendiri? Aku-hiks, aku tak apa mendapatkan pukulan dari Eomma, tapi kumohon kembalilah. Aku tidak mau dengan siapa-siapa."

Seokjin menangis, menumpahkan semua kesedihannya dengan air mata. Sampai akhirnya pandangan matanya buram, kepalanya pusing dan ia kehilangan kesadaran.

Daddy • NamjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang