Reputasi atau Keluarga?

36 7 21
                                    

"Apa harga diri dan reputasi papa lebih penting daripada anak papa sendiri?"

-Aurie

Aurie berjalan malas memasuki rumah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aurie berjalan malas memasuki rumah. Ia melenggang begitu saja tanpa menyapa kedua orang tuanya. Tidak mendapat nilai sempurna adalah sebuah neraka bagi Aurie.

Namun, ketika akan menaiki tangga, tiba-tiba ayahnya memangil Aurie.

"Aurie!" panggil sang ayah.

Aurie sontak berhenti. Ia membalikkan badan. Ayahnya terlihat tengah bangkit dari duduknya. Ayah Aurie lalu berjalan menghampiri putrinya.

"Bagaimana nilaimu?" tanya sang ayah dengan nada bicara yang sama sekali tidak bersahabat.

"Papa tahu hari ini Aurie ada ulangan?" Aurie balik bertanya. Mimik wajahnya terlihat khawatir dan takut.

"Guru kamu memberi tahu papa. Sekarang, jawab pertanyaan papa. Berapa nilai kamu, Aurie?"

Aurie masih tak menjawab. Ia menundukkan kepalanya— menyembunyikan ketakutan di wajahnya. Ayahnya pasti akan marah besar jika mengetahui nilai yang Aurie dapatkan. Dia akan memarahi Aurie habis-habisan karena tidak berhasil mendapatkan nilai sempurna.

"PAPA TANYA SAMA KAMU, AURIE!" Sang ayah meninggikan suaranya.

Dengan tangan yang gemetar, Aurie memberikan kertas hasil ujiannya pada sang ayah. Betapa terkejutnya ayah Aurie melihat nilai yang didapatkan oleh sang putri.

"APA INI, AURIE! KENAPA NILAI KAMU SEPERTI INI!" teriak sang ayah.

"M-maaf, Pa..." Suara Aurie melirih. Matanya mulai memerah. Teriakan sang ayah membuat hatinya seakan ditusuk duri.

"Kamu ini anak dari seorang menteri, Aurie. MENTERI! Kamu harus bisa menjaga reputasi dan harga diri papa!" Wajah sang ayah merah padam. Amarah telah berhasil menguasainya. Aurie bahkan tak berani menatap tatapan tajam ayahnya yang kini ditujukan untuknya.

"Kamu harus bisa jadi sempurna, kamu harus jadi nomer satu! Anak dari seorang Edgar Aditama tidak bisa menjadi yang kedua! KAMU DENGAR ITU, AURIE?!"

Aurie meremas seragamnya. Ia berusaha mati-matian menahan air mata yang bersikeras jatuh dari ekor matanya. Aurie paling benci menangis. Untuknya, menangis sangat tidak berguna, membuang-buang waktu. Toh dengan menangis semua tidak akan bisa selesai, kan?

"Apa yang akan dipikirkan orang-orang kalau anak dari Edgar Aditama menjadi yang kedua? APA KAMU INGIN MENGHANCURKAN REPUTASI PAPA?! APA KAMU INGIN MEMPERMALUKAN MAMA DAN PAPA DI HADAPAN SELURUH NEGERI?!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 07, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

77 GANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang