Seorang laki-laki berumur dua puluh tujuh tahun itu menatap tajam wanita di hadapannya, "Hentikan ini"
Wanita yang ada didepannya menatapnya dengan mata yang berkaca-kaca, "Buk..."
"Saya tidak akan percaya lagi omongan kamu, saya benci sekali kebohongan dan penghianatan"
"Tapi memang bukan a..." Belum selesai wanita itu menyelesaikan perkataannya, tetapi laki-laki berumur tiga puluh tahun di hadapannya itu langsung pergi berlalu dari hadapannya.
Wanita itu menangis sejadi-jadinya, ia berusaha menahan sesak didadanya. Tetapi tidak bisa, baginya, semua ini terlalu menyakitkan.
.O.O.O.O.O.O.
"Apa kamu yakin?" Seorang pria paruh baya berumur lima puluh Empat tahun itu menatap laki-laki Muda yang ada di hadapannya
"Saya tidak bisa mentoleransi penghianatan" Pria paruh baya berumur lima puluh empat tahun itu
tersenyum miring, "Kamu memang bodoh sekali"Laki-laki muda yang berdiri dibelakang pria paruh baya itu
Mengeraskan rahangnya, "Saya melihatnya secara langsung! Untuk apa saya mencari bukti-bukti lagi" Jawab laki-laki muda itu dengan nada
Yang mulai meninggi."Baiklah, jangan salahkan saya jika suatu saat nanti saya menjauhkan kamu dari dia" Laki-laki muda dibelakang pria paruh baya itu terdiam.
Disatu sisi dia benci dikhianati
Disatu sisi dia takut tidak bisa bertemu dengan orang yang ia cintai
Laki-laki muda itu menatap pria paruh baya yang berdiri dengan membelakanginya itu dengan ekspresi wajah yang datar, walaupun didalam hatinya ia sedang menahan sakit.
"Baiklah"
"Rupanya kamu lebih memilih ego kamu daripada mempertahankan cinta kamu"
.O.O.O.O.O.O.
"Sudah kak, lupakan saja bajingan itu" Laki-laki dua uluh tahun itu menatap iba ke arah kakaknya, yang sedang menangis sejadi-jadinya.
"Tapi dek,hiks kakak cinta banget hiks sama dia"
"Tapi dia nggak cinta banget sama kakak, dia lebih mempertahankan egonya dari pada cintanya"
"Di-di..." Belum selesai kakaknya menyelesaikan perkataannya tetapi langsung di potong oleh perkataannya, "Udah kak, sekarang prioritas kakak bukan dia. Tetapi anak kakak, anak yang ada di kandungan kakak"
Kakaknya yang semula menangis sejadi-jadinya tadi langsung berhenti, kakaknya terdiam selama beberapa saat. Kakaknya lalu menghela nafasnya, berdiri dan menatap ke arahnya dengan ekspresi wajah datar.
"Kamu benar dek, trimakasih karna udah ngingetin kakak"
"Sama-sama kak"
Terimakasih nak, karena sudah menjadi alasan untuk mama bangkit dari keterpurukan mama. Mama akan slalu menjaga kamu nak, mama sayang sama kamu.
KAMU SEDANG MEMBACA
WINTER & SUMMER
Teen FictionSeorang wanita di tuduh berhianat oleh suaminya, suaminya menceraikan dia tanpa tahu kalau dia sedang mengandung anak kandungnya, darah dagingnya sendiri. Tak lama setelah bercerai, wanita itu melahirkan anaknya. Tanpa di dampingi ayah kandung dari...