An Empty Vase

84 15 38
                                    

暗い病棟 繋がれた糸

In a dark hospital ward, a connected string

多量の白のメンタルで

With an excessively blank mental state,

まだ未完成な人生を歩む気でいる

I'm still walking through an unfinished life

•°𝑳𝒆𝒏𝒕 𝑳𝒊𝒍𝒚•°

"Kasihan anak itu..."

"Dia masih muda, tapi sudah mengidap arteri koroner.."

"Umurnya...pasti tak lama lagi."

Ruangan bercat serba putih itu hening, di dalamnya hanya ada seorang pemuda tengah terduduk diatas ranjang serba putih juga. Kulit pemuda itu pucat, surai kuningnya perlahan tertiup angin dari jendela ruangan itu. Pemuda itu hanya menatap hampa vas bunga kosong di jendela ruangan penuh serbak bau obat-obatan itu. Tangannya kurusnya yang terinfus itu meraih vas itu, lantas menjatuhkannya hingga pecah.

Prang!!

"Panggilan darurat harap menuju pasien ruangan 421, atas nama Senra!" Seorang perawat lantas memasuki ruangan pemuda itu. Perawat itu menghela napas lega melihat hanya vas bunga yang jatuh, bukan hal serius. "Ah, kau ingin mengambil vas itu tadi? Senra-san, lain kali lebih hati-hati, ya." Ujar perawat itu sembari membersihkan bekas pecahan kaca vas itu. Senra tersenyum tipis, "baik, saya akan lebih berhati-hati.." Ia mengepalkan tangan kirinya erat, menyembunyikan luka berdarah akibat pecahan kaca tadi.

Usai membersihkan pecahan kaca vas, perawat itu pun pamit pergi, meninggalkan Senra sendiri lagi di ruangan itu. Senra beranjak berdiri, hendak mengobati lukanya sendiri. Bertumpu pada tiang infus, pemuda itu jalan terhuyung. Tangannya yang dipenugi bercak darah hingga menempel di tiang infus itu mulai melemah, badan Senra pun roboh.

"Ah--sialan.." umpatnya sembari tersenyum masam.

Pemuda itu tertunduk, lantas menyadari ada bayangan orang selain dirinya di ruangan itu.

'Ah, gawat. Perawat tadi?' Batin Senra.

"Woe, lu gapapa?" Senra mendongak, suara yang ia dengar bukanlah suara sang perawat melainkan suara berat seorang pemuda.

Pemuda bersurai terong itu menggunakan gips di tangan kanannya, dengan beberapa perban pula di wajahnya. 

"Sini gue bantu berdiri." Pemuda itu hendak mengulurkan tangan kanannya,  tapi dia lupa kalau tangannya sedang di gips dan malah berakhir nyangkut.

'..geblek...' batin Senra sambil berusaha bangkit sendiri.

"Woe, ntar, tangan kiri lu itu berdarah loh!" Tegur sang pemuda terong. 

"Lah tangan elu malah patah, parah siapa?" Timpal Senra. Pemuda itu terdiam, memasang tampang 'iya juga, ya'

"Udah ah sini gue bantu." Berhasil membetulkan gipsnya, Pemuda itu membantu menopang tubuh Senra dengan tangan kirinya. Senra pun berhasil bangkit, namun pemuda itu mengembalikan Senra ke ranjangnya.

"Lu duduk situ aja, gue yang ambil kotak P3Knya." Ujarnya. 

"Elah gue bisa sendiri--"

"Ntar jatuh lagi gips gue rusak."

"Lah kan tinggal pake tangan kiri bego."

"Sunnahnya kan mendahulukan tangan kanan." Pemuda itu kembali membawa kotak P3K, "siniin tangan lu."

𝑳𝒆𝒏𝒕 𝑳𝒊𝒍𝒚 |Shimasen|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang