Aku yang lain tenang,
Saudaraku riuh,
Berlari pelan, lalu terbentur.Palung siapa yang paling kejam mengunci setiap ingat?
Tenang siapa yang mampu melelap kota yang bahkan terus menolak untuk tidur?Tepat adzan subuh dikumandang, empat orang dengan satu motor,
Celana yang hampir seperti kancut dengan sehelai kain tipis,
Tertawa terbahak padahal ada khawatir yang mendesir disetiap pojok rumahnya,
Khawatir harus diisi dengan apa bakul nasi ibu.Dunia ini akan selalu merawat kekhawatiran itu,
Kamu dan isinya hanya perlu percaya,
Percaya bahwa hidup akan melulu soal kekhawatiran,
Alasan-alasan klise,
Dan sedikit kuat yang bahkan butuh dikuatkan juga.Aku yang hampir terhapus,
Oh
Nyatanya aku memang sudah lama dihilangkan,
Samar,
Melihatmu menuju layumu.Aku yang dihilangkan olehmu,
Aku yang kini bersama si keras dan lampu gang yang mulai dipadamkan oleh pemiliknya,
Samar,
Melihatmu mendayu,
Merayu,
Sok kuat tapi terlihat seperti mengiba,
Kadang terlihat kejam tapi kadang juga memadam.Aku akan selalu melihatmu seperti itu,
Kamu yang sekali-kali tersungkur,
Tersapu,
Terhimpit menuju pusaramu yang baru.