Langit begitu cerah, lumayan terik. Tapi angin sepoi-sepoi bertiup sopan memberikan hawa mengantuk seakan ingin langsung berguling pada hamparan rumput hijau di halaman villa seluas setengah lapangan bola itu. Pemandangan hijau sekeliling, dan bangunan kayu berbentuk panggung membuat mereka seakan berada di dunia lain. Menjadi tempat yang pas untuk melepas beban kepala di penghujung minggu.
Sekitar 20 orang total keseluruhan mereka semua. Kelas 12 IPA 2 dulu, berkumpul melakukan reuni. Niatannya ingin melakukan barbeque agar tidak ribet. Tapi sampai pukul dua siang itu pun masih belum ada dari mereka yang bergerak. Masing-masing sibuk berbincang-bincang, saling usil, ada juga yang mencuri waktu untuk membicarakan satu sama lain. Benar-benar, padahal terpisah hampir 7 tahun setelah lulus, tapi kelakuan mereka tak ada bedanya dengan anak SMA.
Hyunjin menempeli Heejin ke mana-mana. Gadis itu menunjukan gelagat tidak nyaman saat Heejin mengajak dirinya untuk menemui Jake --kekasih Heejin-- yang sedang berbincang dengan Nicholas dan K perihal entah-apa-itu.
"Gak usah ke sana elah Jin, di whatsapp aja kan bisa?" Hyunjin menahan Heejin yang membawanya semakin dekat pada ketiga pria di sana.
"Kalau ada jaringan juga udah gue whatsapp dari tadi," tolak gadis itu.
Hyunjin pasrah saja dalam gandengan Heejin. Ia juga tak tahu akan seperti apa jika tidak bersama Heejin. Ia tidak terlalu dekat dengan teman kelasnya dulu. Datang ke sini pun dipaksa Heejin karena orang tua gadis itu tak mengijinkannya pergi bila tak ada kawan.
Gadis dengan celana jin selutut dan kaus putih bertuliskan 'Hello' itu berdecak, harusnya memang ia bersikeras saja pada Heejin untuk tak ikut. Ujungnya ia harus bertemu mantan seperti ini. Bukannya ia gagal move on. Hanya saja bertemu mantan itu memunculkan banyak resiko yang tak mau ia hadapi. Seperti CLBK contohnya. Apalagi dalam posisi Hyunjin sudah bertunangan.
Senyum canggung ia lemparkan saat K menyapanya. Dalam hati Hyunjin mengutuk Nicholas yang sedang tersenyum licik ke arah mereka berdua. Sementara Heejin dan Jake santai saja berkomunikasi, Hyunjin, K, dan Nicholas sedikit dalam situasi rumit. Di mana Hyunjin ingin mencincang Nicholas menjadi menu barbeque nanti dan K yang melirik-lirik Hyunjin membuat gadis itu semakin tidak nyaman.
Hyunjin langsung menarik Heejin kabur dari sana. Meninggalkan Nicholas yang cengengesan sambil membisikkan sesuatu pada Jake dan diacungi jempol oleh pria itu.
Dalam hati Hyunjin berdoa pada tuhan agar mereka tidak merencanakan sesuatu yang macam-macam. Walau 90% gadis itu yakin Nicholas pasti akan membuatnya makin berapi lagi pada hari itu. Pria tengil itu benar-benar.
"Udah tua juga!" umpat Hyunjin.
"Siapa?" Heejin bertanya kepo.
"Ulat."
Jawaban Hyunjin mengundang decakan kesal keluar dari mulut Heejin. Keduanya memang selalu tidak akur, tapi juga tidak bisa dipungkiri sahabat sehidup semati. Walau saat Heejin berkata demikian Hyunjin selalu membalas dengan, "gue yang idup, elo yang mati." Dan diakhiri dengan pertengkaran lainnya. Bocah.
***
Hingga pukul 4 pun tak ada yang mulai untuk memanggang daging yang sudah dipersiapkan. Heejin mengeluh lapar pada Nicholas. Akhirnya lelaki itu memutuskan untuk mengundur barbeque-an sampai malam dan sore itu mereka mengisi perut dengan mie instan yang dimasak di dapur oleh para gadis. Banyak yang melayangkan protes tapi mau bagaimana lagi. Tanggung sekali rasanya. Lagipula mereka akan bermalam sehari di sana.
Pukul 7 malam. Semuanya berdiskusi membagi tugas. Nicholas selaku ketua dadakan menengahi karena keadaan lumayan cekcok akibat semuanya mau mengambil tugas-tugas yang mudah.
Hyunjin memperhatikan pria itu membagi tugas. Ada yang bertugas untuk membuat salad sayur, ada yang menata tempat, membuat minuman, mencuci piring. Terakhir pria itu tersenyum miring lalu mengkomando, "yang bakar nanti kasihin ke K sama Hyunjin ya-"
"Interupsi!" seru Hyunjin. "Gak setuju, gue gabisa bakar-bakar ganti aja."
"Tanya ke yang lain ada yang mau tukeran apa enggak," jawab Nicholas.
Ia meminta ke sana kemari untuk tukar bagian tapi tak ada yang mengindahkan. Seolah semua sudah sepakat dengan Nicholas untuk membiarkan Hyunjin dan K malam itu bersama. Tolong, Hyunjin tidak mau merepotkan diri sendiri untuk dekat-dekat dengan mantan. Mengingat betapa panjangnya proses move on yang ia lewati.
"Babi!" umpat Hyunjin.
"Gak suka ya, Jin?" K dari belakang bertanya.
Hyunjin menunjukan gelagat tidak nyaman. Menggelengkan kepala, lalu berjalan ke arah pembakaran daging. K dari belakang membuntuti punggung gadis itu dengan wajah terlipat.
K langsung mengambil alih pekerjaan dari gadis itu. Saat melihat dumelan-dumelan tidak ikhlas keluar dari bibirnya.
"Gapapa Jin, gue aja yang bakar. Lo istirahat aja atau bantu bikin salad."
Hyunjin melirik galak ke arah K. Ia langsung bergeser dari tempat pembakaran, memberikan tempat untuk K.
"Lo bakar aja. Ntar kalau perlu apa bilang gue biar diambilin. Gaenak juga masa lo kerja sendiri," kata gadis itu sambil mengambil tempat duduk di atas rumput sekitar satu meter dari tempat pembakaran dan K.
K mengempas napas putus asa. Canggung sekali. Belum lagi perlakuan tidak suka Hyunjin secara terang-terangan padanya. Sepertinya memang tidak ada lagi kesempatan untuk kembali seperti semula.
Sedih sekali mengetahui Hyunjin sudah bisa fokus pada hidupnya sementara dirinya masih saja terus menoleh ke belakang mencari kesempatan-kesempatan yang sebenarnya sudah tidak ada lagi. K terkekeh. Sedikit bodoh rupanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Boundaries (End)
FanfictionBertemu mantan adalah salah satu keadaan tak terduga paling dihindari oleh Hyunjin. Bukannya belum move on, hanya saja ia takut jatuh ke dalam lubang bernama CLBK saat ia sendiri baru saja mengikat diri dengan orang lain. Di sisi lain sang mantan, K...