Jangan Marah Ya

1.7K 144 37
                                    

Kakak kedua ku memiliki kebiasaan yang khas. Mungkin karena ia terlalu sering mendengar omelanku, dan terlalu sering membuat masalah..

Ia sering sekali mengawali perkataannya dengan "Gem, jangan marah ya.."

Ya, kata-kata itu sudah cukup untuk merebut atensi dan terfokus akan perkataannya yang biasanya bukan kabar baik, dan tidak jarang membuatku naik darah..

°•°•°•°

Hari ini pun, dia sedari tadi terduduk, seakan berdebat dengan diri sendiri untuk membuat keputusan.

Raut wajah yang seakan tidak tenang itu, Gempa sudah mempersiapkan diri untuk mendengar sesuatu yang dapat membuatnya naik darah.

Kakak keduanya itu mengangguk seraya mengepalkan tangannya, mengumpulkan keberanian untuk mengeluarkan kata-katanya.

Ia berjalan menghampiri Gempa, mata safir terlihat ragu untuk menatap manik emas sang adik.

Gempa menatapnya, menunggu sang kakak mengeluarkan kata-kata itu.

Senyuman canggung terlukis di wajah Taufan, sambil menggaruk tengkuk nya yang tidak gatal bibirnya perlahan bergerak, "Gem, jangan marah ya.."

Yap, benar, kata-kata itu. Gempa menghela nafas dan menyandarkan dagunya di gagang sapu, "kali ini apalagi, Taufan?"

Taufan tersenyum, "hehe, sebenarnya..."

.

Mata emas Gempa membelalak saat mendengarnya. dengan sigap ia menarik tangan Taufan, memeriksa jam di tangan kakak nya itu.

Wajah Taufan memucat, "hehe...tapi aku masih bisa kok, jangan khawatir ya.." ucapnya sambil tertawa.

Gempa mencengkram tangan sang kakak, jika berita yang biasa keluar dari mulut Taufan membuatnya naik darah, berita kali ini justru sebaliknya.

Berita kali ini membuat ia merasa bahwa ia tak lagi memiliki darah yang mengalir dalam tubuhnya, semua seakan hilang begitu saja.. karena itu tangannya terasa dingin.. karena itu..jantungnya berdegup kencang.

Karena itu ia merasa sangat takut.
.
.
.
.

Cahaya yang menerobos masuk lewat jendela, menyinari wajah seseorang yang terbaring lemas di kasurnya.

Sudah satu minggu setelah ia mengatakan sesuatu kepada sang adik.

Dan sudah satu minggu pula ia tak lagi diperbolehkan untuk keluar.

Ia periksa jam di tangannya,

Jam tangan Taufan memang sedikit berbeda.

Jamnya sengaja di modifikasi oleh Solar dan Ochobot untuk selalu merekam kondisi kesehatannya.

Yang sayangnya selalu menurun, tanpa mereka sadari.

Taufan tersenyum, mata safir nya menatap langit-langit kamarnya.

Biasanya, setelah ia mengatakan "jangan marah ya", hanya ada dua reaksi dari sang adik.

Yang pertama, dia akan mengomeli Taufan hingga telinga Taufan panas.

Dan yang kedua, dia akan menghela nafas panjang sambil menggelengkan kepala, menunjukan kepasrahan dirinya atas tingkah Taufan.

Ini pertama kalinya, Gempa bereaksi diluar dari kedua reaksi itu.

Raut wajah yang penuh rasa panik itu.., mungkin Taufan terlalu meremehkan saudara-saudaranya, ia tak pernah menyangka mereka akan sekhawatir itu kepada dirinya yang tidak berguna.

"Jika tahu kalian akan khawatir begitu.. harusnya tak perlu ku beri tahu.." gumam Taufan pelan, sedikit mengernyitkan dahinya karena rasa sakit yang terus-terusan datang.

Boboiboy oneshots (mostly Taufan Angst) - IDNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang