PPL Hari Pertama

0 0 0
                                    

"Mas Ardan!" Ardan kaget namanya disebut guru cantik yang baru saja memasuki ruangan dan sekarang sedang berdiri di depan. Sudah agak tua sih, tapi menurut dia, hmmm... lebih fresh dari teman-temannya di kampus. Semoga aja belum punya suami, pikirnya, tapi rasanya tidak mungkin umur segitu belum punya suami, cantik lagi. "Mas Ahmad, Mas Indra, Mbak Diah dan Mbak Eni," lanjut guru tersebut. "Monggo ikut saya."

Ardan langsung tancap gas berjalan di belakang sang guru cantik. Mereka menuju ruangan di belakang ruang kepala sekolah. Ada satu meja besar dan kursi mengelilingi meja tersebut. "Duduk melingkar ya," kata guru cantik tersebut. Ardan duduk di dekat sang guru cantik yang masih berdiri. Biar dekat.

Tiba-tiba seorang guru pria datang, "Bu Ani, ada siswa sampeyan berkelahi," katanya. Nama beliau Bu Ani. Ardan mengingat-ingat namanya.

Bu Ani tampak bingung. "Tidak diurus kesiswaan, Pak?" tanya beliau pada guru tersebut.

"Sampeyan kan wali kelasnya."

Tak tahu orang lagi sibuk. Bu Ani tampak agak marah. "Bukannya kasus perkelahian sudah disepakati langsung ditangani kesiswaan?!" nada suaranya meninggi. Ardan dkk kaget menyaksikannya. Bapak tersebut tampak bingung dan gugup. Rupanya, sang guru cantik bisa marah juga, bahkan pada guru pria. Tampak tambah mempesona bagi Ardan. Manis sekali guru ini, cerdas dan berani. Ardan suka.

Bapak guru itu pun pergi sambil menggerutu tidak jelas. Masih memegang kertas, Bu Ani kemudian duduk, "Tidak tahu orang lagi sibuk," katanya. "Bapak itu memang agak anu..."

Kali ini wajah Bu Ani setara dengan Wajah Ardan, pas banget, sangat dekat. Memandangnya, terasa fresh. Tiba-tiba datang seorang guru perempuan sambil senyum-senyum. Beliau langsung mendekati Bu Ani. Bu Ani menyambutnya dengan senyum, "Bu Anita," sapanya.  Bu Anita guru BK. Beliau berdiri di samping Ardan. "Pak Rahmat," waka kesiswaan yang beliau maksud. "tidak mau mengurusi anak yang berkelahi," katanya.

Bu Ani menarik nafas dalam dan geleng-geleng kepala. "Kenapa katanya?" tanya beliau sambil menengadah ke Bu Anita. Ardan memandang wajahnya sejenak. Mempesona sekali.

"Katanya percuma diurus, ntar juga naik kelas semua," kata beliau. "Sekarang lagi ditangani Pak Salman." Beliau guru BK juga. "Nanti ya, kita bahas." Lalu beliau pergi.

Bu Ani tertawa, "Begini pekerjaan di sekolah, bertumpuk-tumpuk," kata beliau. Lalu memulai meeting dan memperkenalkan diri. "Nama saya Rindiyani Fatma. Saya guru Matematika, juga sebagai wali kelas delapan D, itu kelas super." Ardan dkk menyimak dengan seksama. "Anak baru satu, alhamdulillah suami diambil pelakor," katanya. Beliau ceritain juga kalau suaminya diambil pelakor. Lengkap. "Jadi, selama anda semua PPL di sini, saya guru pamong anda semua. Saya yang dampingi semua aktivitas anda semua. Boleh catat nomor WA saya." Wah, Ardan senang. Beliau menyebutkan nomor WA-nya.

Guru Pamong CantikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang