Bahan Diskusi dengan Guru Cantik

0 0 0
                                    

Ardan butuh bahan untuk ngobrol sama Bu Ani Cantik. Malam ini Ardan ke kontrakannya Eni, tidak WA dulu kalau mau ke situ. Langsung saja berangkat. Ramai sekali kontrakannya. Ardan telefon aja dari luar. Eni pun kelur menemuinya, “Perlu apa, Dan?” tanyanya.

“Ajari aku bikin RPP,” katanya.

Eni tertawa. Ia mengajak Ardan ke teras selatan kontrakan. Di depan lagi penuh, banyak yang apelin pacar. “Aneh, sudah PPL, masih minta ajarin bikin RPP,” katanya sambil berjalan. “Kamu dapat C ya mata kuliahnya Pak Suyit?” Ardan enggan menanggapi. Sepertinya dulu dapat D, tapi ngulang lagi dan dapat B.

Ardan duduk menghadap ke barat, Eni menghadap ke timur. “Kamu ngajar kelas berapa aja?” tanya Eni. Tadi sudah dibagikan jadwal mengajarnya.

“Kelas tujuh B, tujuh D, dan delapan D.”

“Aduh…!!” Eni kaget. Dia tertawa. “Tidak apa-apa, laki-laki,” katanya.

“Memang kenapa?” Ardan tidak paham maksudnya.

“Kelas D itu kelas super.”

Ardan paham, maksudnya anaknya nakal-nakal. Ah, pikirnya itu tak masalah, yang penting kan guru pamongnya cantik. “Biar dah,” responnya.

“Kelas D itu wali kelasnya guru pamong kita ya?”

“Iya, cantik,” kata Ardan.

“Cieeee… Suka kamu? Tapi memang cantik ya, aku kaget pertama kali melihatnya, cantik banget.”

“Jadi bisa sering ketemu kan.”

Eni tertawa. “Memangnya wanita karir yang sudah sukses gitu mau sama kamu?”

“Eh, kok ngerendahin aku... Tak buktikan ya…!!”

“Ok, tunjukkan kelelakianmu.”

Ada Vina menghampiri mereka. “Sih, diapelin ya,” katanya.

Ardan menoleh. “Eh, Vina. PPL dimana kamu?” tanya Ardan.

Vina mendekat. “Aku di SMP enam belas.”

“Gimana sekolahnya?”

“Mengerikan,” katanya. Eni jadi penasaran. “Bulan lalu, katanya ada guru yang diperkosa muridnya.”

“Kok bisa?!” Eni tidak percaya mendengarnya.

“Penampilannya kayak preman siswanya.”

“Dibiarkan ya sama guru-guru di sana?”

“Ya… kayak tidak peduli gitu.”

Wah, kalau terus ngobrol, tidak selesai RPP Ardan. “Lanjut nanti dulu ceritanya,” kata Ardan memotong pembicaraan. “Ajari aku dulu bikin RPP.”

Vina kaget. “Hah, minta ajarin bikin RPP?” tanyanya.

“Aku lupa caranya.”

Eni tertawa. “Vina tu pintar bikin RPP,” kata Eni sambil tertawa.

“Aku lagi nunggu masku. Ngajak keluar dia.”

“Hayo... diajak ke hotel ya?”

“Ngawur. Aku masih suci ya.”

“Eh, ayo, ajari aku…!” pinta Ardan.

“Bentar, tak ambilin contohnya,” Eni ke dalam ambil contoh RPP.

“Download di internet kan banyak, Dan,” kata Vina.

“Tapi aku tidak paham isinya.”

“Ngapain aja lo di kelasnya Pak Suyit?”

Tak lama kemudian Eni keluar membawa contoh RPP yang sudah diprint. “Itu loh, tidak dipakai,” kata Vina.

“Cuma formalitas saja kan.”

“Betul.”

Tidak apa-apa, yang penting Ardan dapat bahan buat ngobrol sama Bu Ani yang cantik.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 24, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Guru Pamong CantikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang