SOLO°1

17 3 0
                                    

Enjoy the story😊








Tak ada yang tahu takdir akan membawa kita kemana, entah harus mengarungi Samudra atau malah melewati gurun Sahara. Begitu pula hidup Yoongi, lengkapnya Lee Yoongi lelaki keturunan asli Korea.

Kali ini ia memutuskan untuk rehat sejenak dari rutinitas yang mencekik leher dan hidupnya, kota Oxford menjadi pilihan untuknya mendapat sunyi yang diidamkan. Hari pertama ia mendarat di London.

Ia memutuskan untuk melihat-lihat dan menginap semalam di salah satu hotel yang terkenal tarif per malamnya sangat tinggi, demi sebuah kenyamanan pikirnya. Bersepeda dan menjajal berbagai jajanan yang ditawarkan, tak lupa buku lirik yang selalu ada dalam tas kecil hitam pemberian sang ibu.

Lelah mengayuh setelah dua jam penuh, akhirnya ia memilih untuk duduk di salah satu bangku taman, udara sejuk menyapa serta keadaan lengang membuatnya betah. Memasang earphone dan mulai mendengar music klasik karya Mozart yang terkenal. Mencari inspirasi untuk kelanjutan lagu yang digarapnya kala waktu kosong menyapa.

Inginnya rebah sejenak namun fokusnya terdistraksi oleh sebuah sticky note hijau berisi sederet tulisan yang membuatnya tertegun.





"Give me your love and I will give you the whole world"




Manusia mana yang mampu menggenggam dunia? Pikirnya, lantas tersenyum seraya berusaha mencerna isi kalimat tadi. Matanya menjelajah setiap kata hingga akhirnya menghela napas, ia menyerah, tetap tak habis pikir. Disimpannya sticky note itu dalam buku lirik, ia memutuskan kembali ke hotel dan mengistirahatkan penat yang sudah tak tertahan.

Esoknya ia menuju Oxfordshire dengan kereta di pagi buta, tak terasa langkahnya telah tiba di tujuan. Mengambil nafas lalu dihembuskan, sekedar mencicip udara yang belum tersentuh keramaian.

List panjang sudah tersedia agar liburan kali ini tidak sia-sia, ada harga yang ia keluarkan demi dapat jauh dari tanah kelahiran.

Ia sudah tiba di Oxfordshire, mendadak ia merasa jauh lebih pintar mengingat di sinilah letak Universitas tertua di Inggris yaitu Oxford University. Dulu ia bermimpi untuk bisa masuk dan menjadi bagian dari salah satu Universitas Ternama seperti Oxford, namun itu hanya menjadi sebuah bunga tidur.

Ia memutuskan untuk berjalan dan menyusuri kota yang baru pertama kali ia pijak, setelahnya mencari restoran yang mendapat banyak ulasan positif di internet. Menikmati menu makan siang dengan kopi hitam adalah salah satu hal yang ia suka.

Selepas makan siang ia memutuskan untuk beristirahat sejenak dan menuju hotel yang akan ia tempati. Sejenak terduduk di kursi dengan jendela terbuka yang menampilkan keadaan kota Oxford di siang hari.

Baginya banyak sekali hal yang sulit ia ungkap dan berakhir tenggelam di dasar pikirannya. Ia hanya ingin memiliki hidup yang sederhana, kalau bisa hidup di desa kecil dengan jumlah penduduk yang sedikit. Namun Tuhan tak setuju dengan hal itu, hidupnya ramai, seperti jalanan di ibukota kelahiran. Terlalu banyak soal yang harus ia pecahkan, mencari rumus dan mengaplikasikan hingga menjadi sebuah metode baru yang nantinya bisa ia terapkan jika kasus serupa terulang.

Ia tak suka jika terlalu banyak tangan terulur untuk sekedar mejadi penopang dalam masalah yang sedang dihadapi, baginya banyak kepala artinya lebih banyak lagi ide dan rumus abstrak yang tak berkesudahan. Membuatnya pusing hingga tak dapat melihat jalan keluar.









Ddaeng..

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 16, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SOLO°Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang