HPT

10 1 0
                                    


Tap…

Tap…

Tap…

Ku buka mataku secepatnya, ketika bunyi ketukan sepatu yang berbenturan dengan lantai kembali ku dengar dengan sangat jelas.

“Sampai kapan dia akan seperti ini?” pertanyaan itu terdengar dengan sangat jelas dari sini. Yang kutahu itu adalah suara Karina, kakak perempuanku.

“Mereka mengatakan dia baik-baik saja kan? Lalu, kenapa dia masih saja seperti ini? Apa dia bermimpi indah dan tak ingin kembali?” Kali ini ibu tiriku, yang bersuara. Aku tahu, ibu dan kakakku itu tak menyukaiku.

Bukannya aku sok tahu, tapi aku mengerti dari cara mereka berbicara yang selalu saja sinis.

Dan juga, bukannya aku tak ingin pergi dari sini dan kembali, seperti yang selalu mereka katakan. Hanya saja, diriku siapapun aku tak tahu, apalagi jalan keluar dari sini. Tempat yang sangat luas, hanya warna putih yang telihat, dan tak ada satupun pintu ataupun jalan untuk keluar dari sini.

“Hah! Aku muak melihatnya seperti ini. Kenapa dia tidak mati saja, sih?” Aku tersenyum kecut mendengar ibu tiriku bersuara lagi.

Aku juga bukannya tak ingin mati. Tapi bukankah setiap kali aku akan mati, dia dan temannya selalu membuatku tetap hidup dengan keahliannya. Dan mungkin juga, Tuhan belum mau memanggilku .

“Ibu, jangan berkata seperti itu. Apa ibu tidak sayang pada kak Mytha?”  itu suara laki-laki, mungkin dia adikku, karena dia selalu memanggilku dengan embel-embel ‘Kak’.

Dari setiap ucapan dia-lah aku mengetahui apa yang tidak ku tahui, ibu tiriku, kakak perempuanku, dan namaku sendiri. Dia selalu memanggilku ‘Kak Mytha’, jadi kupikir namaku adalah Mytha.

~~~000~~~

Aku tak tahu kenapa aku ada disini, terkurung ditempat yang aku tidak tahu ini dimana, entah sudah berapa lama dan seorang diri. Saat ku tebangun yang ku ingat hanyalah sederet angka yang tak ku mengerti ’20 dan 30’ , selebihnya aku tak ingat lagi. Bahkan diriku sendiri pun tak tahu. Aku ini apa? Manusia? Hantu? Atau Malaikat?

Tapi setahuku, malaikat dan hantu bukan dari manusia yang sudah mati. Lalu apakah aku manusia? Apa aku sudah mati? Tapi, mereka selalu mengatakan “Kenapa dia tak mati saja?” kepadaku, itu artinya aku belum mati kan?

Dan yang kutahu jika manusia mati, pasti berada di ‘Surga’  yang katanya banyak sekali kenikmatan dan yang kita inginkan selalu ada, atau di ‘Neraka’ tempat pembalasan dosa-dosa yang manusia perbuat. Bukan ditempat asing dan sepi seperti ini.
Dan yang bisa kulakukan disini hanya mendengar suara, ber-suara sendiri, mengatakan suara hati sesuka-ku, dan bergerak.

Tapi anehnya, aku tak pernah merasa lapar ataupun haus. Dan lagi, setiap saat, selain suara-suara mereka yang sering terdengar, suara lainnya yang juga selalu kudengar adalah suara ‘tes… tes… tes…’ seperti suara air yang menetes dengan kecepatan kura-kura. Lambat.

“Tuhan, tolong aku. Kumohon. Jika kau menghendaki, aku ingin kembali!” Kalimat itu, selalu ku katakan setiap saat, tapi sampai sekarang pun aku masih berada disini. Ditempat yang sangat-sangat asing bagiku.

Sejujurnya, dulu aku merasa sangat takut disini, karena aku sendiri. Aku tak suka sendirian, dan disini membosankan. tapi, aku bisa apa? Jalan keluar dari sini saja, aku tidak tahu.

~~~000~~~

“Hallo sweety, Long time no see, right? Hahahah. How are your, dear? Wow, kenapa selalu tepat 20.30 ?”

Halp Past TwentyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang