00

989 61 17
                                    


Jeno menghela nafas, "kenapa gue Karina? Kenapa harus gue?"

Jeno duduk di atas kasur, duduk di sebelah Karina yang kini tertunduk menangis. Mata Jeno menatap langit langit kamar, kedua tangan nya menepuk nepuk paha menahan amarah.

"kenapa gue?"

"ma-maaf."

Jeno menghela nafas panjang,"dahlah, gausah, gaperlu minta maaf. Ini semua udah terjadi, kalo pun lo minta cerai tetap aja identitas gua udah pernah menikah."

Jeno berdiri, menatap wajah Karina  yang masih tertunduk menangis.

"sekarang gue udah ga bebas, tapi lo gaboleh larang larang gue apapun itu. Jangan terlalu ngatur gue." setelah mengatakan itu, Jeno keluar dari kamarnya.

Karina semakin menangis, kedua tangannya menutup matanya.

Bagaimana bisa Lee Jeno lelaki yang tak ia kenal, tidak dekat, hanya anak teman papanya. Selain itu, Jeno adalah murid seangkatan nya.

Ia tak pernah dekat dengan lelaki ini, bahkan berbicara sedikit pun tak pernah.

Dirinya kini sudah tinggal bersama Jeno setelah satu hari dirinya tinggal di rumah orangtuanya sehabis mereka menikah.

Karina bingung, ia sangat jahat  karena menyeret orang yang tak bersalah.

***

"Lijen! idih, tumben kesini?" tanya Jongho, ia bergerak menepuk bahu Jeno.

"haus, minum!"

"dih, ini bukan bar mo minum minum lo." Soobin menggelengkan kepalanya,"Eric, bagi dia air."

Eric membawa satu botol air mineral dingin, mungkin mereka memang agak nakal. Tapi, maaf. Yang namanya air keras, ga ada dikamus mereka.

"gue males balik, tapi gue takut diusir."

Jongho, Soobin dan Eric menahan tawa,"yaela, kayak yang gapernah kabur dari rumah aja."

"Ric, Jeno emang gapernah kabur dari rumah."

"iyakah? gue gatau.."

"kenapa emangnya si Jen?"

"gaada apa apa, problem yang big."

"besar banget?"

Jeno hanya mengangguk, dirinya ia rebahkan di lapangan basket yang tengah mereka duduki saat ini.

°°°

"Jen, pulang ngumpul dilapanga basket!" seru Yangyang, Jeno mengangguk.

"okei!" Jeno berdiri, baru beberapa langkah ia berhenti,"ah, maaf Yang—"

"ish, dibilangin jangan manggil Yang! Manggil Yangyang!"

"dih, gue juga jijik kali!"

"kenapa emangnya?"

"gue pulang dulu, gue gabisa ikut ngumpul. Maaf ya."

"tumben?"

"mo pulang cepat gua, rindu ama orang rumah."

Yangyang terkekeh geli,"iya, entar gue kasi tau sama anak lain."

Jeno sedang mengendarai motornya, selama di perjalanan dirinya berpikir. apakah Karina sudah makan? Mengingat wanita itu tak bisa memasak.

Akhirnya, Jeno berhenti dan membeli makanan yang kebetulan lewat.

Jeno membawa makanan itu kerumah, ah, apartemen. Jeno tersenyum kecil, biasanya apartemen nya sepi, kini apartemen nya berisi.

Tiap hari di diamin ama Karina, apa gasepi tuh?

Jeno membuka pintu apartemennya, Karina tersentak kaget. Ia melangkahkan kaki menuju Jeno.

"Je-jeno."

"lo udah makan?"

"ah, udah. tadi, mama bawain makanan buat aku, eh engga buat kamu juga ada."

Jeno mengangguk, tangan kirinya melepaskan tas selempang nya dan melemparkan benda itu diatas sofa. Kaki nya melangkah menuju meja makan.

"anu, Jeno ..."

"hm? bilang aja, gausah takut takut gitu. Gue bukan harimau kok." Jeno terkekeh geli menatap wajah Karina yang ketakutan.

Karina tersenyum kecil, ia melangkahkan kaki nya untuk mendekat ke Jeno.

"Jeno, kamu bawa apa?"

"makanan, lo mau?"

Karina mengangguk malu.

"yaudah makan aja, oh iya ya. Biasanya kalo lagi hamidun suka ngidam gitu ya?"

Karina menatap wajah Jeno,"hamil Jen, bukan hamidun."

"plesetan nya, sengaja."

Karina hanya mengangguk memahami, Karina duduk di atas kursi menatap Jeno yang masih mengeluarkan makanan dari plastik.

"Bersihin badan dulu ga si Jen? Badannya pasti lengket."

"bentar, abis makan. laper."

Karina hanya mengangguk lagi, dia tak bisa terlalu mengatur Jeno.

"makan, abisin. Besok gue beliin lagi, eh tapi gabisa. Lo hamidun, gue harus beli makanan yang sehat."

Entah kenapa Karina tak menerima itu,"ta-tapi Jeno, aku suka makan ini."

"boleh, tapi ga tiap hari."

Karina tersenyum kecil menanggapi.

"ah ya, besok gue ga sekolah. jadi, lo harus periksa ke Dokter besok ya? Sekalian gue pengen tau apa apa yang boleh dan gaboleh buat ibu hamil." kata Jeno sambil menyuapkan makanan di dalam mulutnya.

Karina menunduk,"tapi gue belum jadi ibu ibu." Ucap Karina pelan.

Jeno terkekeh,"ya terus? wanita hamil?"

Karina hanya diam.

"gue abis ini mau keluar, gapa-pa kan?"

Karina menegakkan kepalanya menatap Jeno, bukankah malam tadi Jeno bilang tidak boleh mengatur nya? Tidak boleh melarangnya? Kenapa sekarang Jeno berkata seolah olah dirinya adalah anak yang harus ada bimbingan orangtua.

"Karina?"

Karina tersentak kaget, ia mengangguk kecil,"em, boleh kok. tapi, jangan kemaleman ya?"

Jeno mengangguk, tangan nya terulur untuk mengacak rambut Karina.

"Jeno, makasih ya."











pfffff... apaan wkwk, aku emang gitu .. Kalo chap 1 ga seru, tapi chap dua atau selanjutnya InsyaAllah seru kok ㅠㅠ

    tiba tiba dapat ide buat crita beginian, hehe.  

๗. Pregnant ||  Jeno • KarinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang