01

658 64 39
                                    


"Karina?" Jeno masuk kedalam kamarnya, dilihatnya istri nya yang masih tertidur lelap.

"Karina, bangun .."

Tanpa menunggu lama, wanita itu bangun. Tapi, ia masih takut dengan Jeno. Padahal, Jeno tak melakukan apapun dengan dirinya.

"Karina, makan ayo sarapan udah disiapin."

"hah? eh, si-siapa yang siapin?"

Jeno tertawa kecil,"beda banget sama Karina yang gue kenal, bukannya lo orangnya kasar ya di sekolah? Kok pas sama gue lo takut gitu?"

"eh, anu engga cuman .. "

"cuman, apa? udah bersihin diri lo abis itu turun kita makan." Jeno berdiri dan melangkah kan kaki, tapi ia berhenti. Karina yang melihat nya menatap punggung Jeno dengan bingung.

Jeno berbalik badan,"kita mana ada tangga, gimana turunnya?" Jeno terkekeh geli,"abis bersihin diri, keluar kita makan."

Jeno berbalik badan dan mengangguk kepalanya, "yang benar sih gitu." Jeno tertawa kecil melihat tingkahnya sendiri yang terlalu konyol.

Karina tersenyum, lelaki yang ia nikahi memang tak salah, menurutnya Jeno adalah takdir yang benar?

***

Karina duduk di sofa, jarak keduanya cukup jauh. Jeno tidak melakukan apapun hanya bermain hp.

Karina hanya diam, matanya menatap layar besar di depan sana. Ia terlalu malas untuk bermain hp, yang pasti temannya akan bertanya.

"Kok berhenti sekolah? Kenapa?"

"Karina! Kenapa lo berhenti sekolah?"

Itu membuat dirinya malu, Karina berusaha melupakan semua kenangan nya saat sebelum dia hamil. Kini ia sudah hamil, tak ada yang spesial dari dirinya selain bayi yang ia kandungi saat ini.

Karina berpikir, jika ia sudah melahirkan bayi ini. Ia ingin Jeno menceraikan nya saja.

"Jeno .."

"hm?" Jeno sedang sibuk bermain game saat ini, Karina ingin bertanya tapi ia takut di marah oleh Jeno.

Jeno menghela nafas, menyimpan hpnya di saku belakang celananya.

"eh, kenapa?"

"kalah, gaseru mainnya." Jeno menatap tv itu, wajahnya terlihat sangat imut karna Jeno kesal saat ini.

"Jeno, boleh aku nanya sesuatu?"

"tanyain aja.."

"kalo aku udah melahirkan bayi ini—"

"gue tetap jadi bapaknya, gue gamau cerai. gue gamau nikah dua kali."

"tapi, kamu pasti ga bahagia."

"belom dicoba, kan gue belum cinta sama lo. Kalo udah cinta mah, pasti bahagia. Jadi intinya disini, kita harus sama sama mencintai, gue cinta sama lo, lo cinta sama gue." ucap Jeno, tapi matanya tetap menghadap tv yang menayangkan acara talkshow.

"bi-bisa emangnya?"

"apa yang gabisa? Coba jelasin ke gue, apa yang gabisa? Cinta itu sering datang tiba tiba, bisa aja besok lo suka sama gue .. Tapi si gua belom," Jeno menghela nafas.

Jeno menatap wajah Karina,"lo tau ga?" Jeno tersenyum kecil, matanya kembali menatap tv. "Gue suka sama orang lain, sebelum gue nikah sama lo."

Karina terkejut,"maaf Jen maaf—"

"gue udah pernah bilang,  apa yang terjadi gabisa dibalikkan lagi .. ya, walaupun gue cerai sama lo, tetap aja kan gue udah pernah nikah? gue udah janji sama diri gue sendiri, apapun terjadi gue harus nikah sekali aja. Makanya gue mau coba cinta sama lo, tapi susah ya. ya, karna gue sukanya sama orang lain."

"gue mau coba lupain orang yang gue suka, dan mencoba suka sama lo."

"gapa-pa Jeno, kalo kamu suka sama seseorang, kenapa ga diajak kencan? Kan—"

Jeno terkekeh geli,"bocil ya pemikiran lo, gue bukan lelaki sebajingan itu. Gue udah punya istri, yakali gue nikah lagi? yakali gue kencan sama orang, walaupun istri nya udah izinin, ya tetap aja gue gamau."

"maafin aku Jen, karna aku hidup kamu malah berantakan dengan apa yang kamu siapkan, kamu udah siapkan hidup masa depan kamu, kedatangan aku malah buat rencana kamu rusak."

Jeno tersenyum kecil,"udahlah, udah gue bilang. Apapun yang sudah terjadi gabisa dibalikkin lagi, kalo dibalikkan lagi tetap aja kan masa lalu itu pernah ada?"

Jeno berdiri, mengambil kunci motornya. "gue keluar dulu, udah jam 11 temen temen gue ngajak kumpul." Jeno membuka pintu apartemen nya.

Tapi, Jeno balik lagi. "Mau dibawain apa pulang nanti?"

***

"eh, gue pulang ya?"

Teman teman Jeno menatap heran ke Jeno,"tumben, cepet banget?" tanya Eric.

"istri gue nungguin."

"caela, kebanyakan mikirin si Hina jadi gini nih."

"Emma kali Chani, Jeno mah ga main yang Kawai kek gitu. Jeno sukanya yang kayak Emma, beh."

Jeno terkekeh geli,"gue udah nikah."

"ga bercanda?"

Jeno mengeluarkan dompetnya, kebetulan buku nikahnya muat ama isi dompet.

ia memberi buku nikah kepada teman temannya, Eric, Chani, Jongho, dan Hyunjin.

"Beneran ini .."

"nikah sama siapa lo?"

"Karina."

Jongho terkejut, "loh Karina?!"

***

"Karina, kok belum tidur?"

Karina tersenyum dan melihat wajah Jeno,"nungguin Jeno, katanya mau bawa makanan?"

Jeno terkekeh geli, mendekat ke Karina yang tengah duduk di sofa. Mengacak gemas rambut Karina.

"dimakan ya? gue mau bersihin badan dulu."

Karina mengangguk, ia ikut tersenyum melihat tingkah Jeno yang terlihat semakin lama semakin memperhatikannya.

Bisakah Karina mencintai Jeno? Bisa dong, suami kamu juga. Hm.





gmw~ hihi thank you !

๗. Pregnant ||  Jeno • KarinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang