Awal Pertemuan

2 0 0
                                    

Desiran angin begitu menenangkan, tetesan embun pagi hari begitu indah, serta kicauan burung menjadi pelengkap indahnya dipagi hari. Suasana desa yang sangat sejuk dengan dikelilingi bukit yang menambah kesan damai. Ku berjalan ditengahnya perkebunan teh ditemani dengan buku catatan yang selalu ku bawa untuk menulis segala hal yang aku temui selama ini dan kamera untuk mendokumentasikan hal unik yang aku temui. Di perjalananku menikmati indahnya hamparan kebun teh, aku bertemu dengan buruh pemetik teh yang sedang asik memetik daun teh. Mereka menyapaku dan tersenyum sangat ramah, ku mengambil foto mereka saat sedang berbincang sambil memetik daun teh, sungguh pemandangan yang unik, dan tak akan bisa ditemukan di kota-kota besar.

Saat sedang asik menikmati perbincangan dan kegiatan para buruh pemetik teh, aku melihat tak jauh dari tempatku berdiri ada danau kecil di ujung sana. Dan kata buruh pemetik teh tadi danau itu biasa disebut dengan danau batu cinta. Danau yang terkenal di kota Bandung ini, konon katanya yang datang ke Danau itu dan menulis sebuah nama disana akan segera menjadi sepasang kekasih nantinya, sedangkan yang datang bersama pasangan, maka hubungan mereka tidak akan langgeng. Dan entahlah nyata atau tidak, yang pasti danau ini sangat indah.

Aku memilih untuk duduk di pinggir danau dan ku tulis beberapa kata yang mewakili perasaanku hari ini. Aku sangat bahagia berada ditempat ini, walaupun dengan kesendirian. Bahkan selama ini aku selalu berteman dengan sepi, dan aku nyaman dengan itu semua. Bukan berarti aku tak memiliki teman atau sahabat, aku sama seperti yang lain yang berteman dengan siapapun, bahkan aku memiliki sahabat yang selalu ada disaat aku membutuhkan mereka, tetapi saat liburan seperti sekarang aku memilih untuk menghabiskan waktu sendiri dan mencari tempat - tempat yang nyaman, seperti kota bandung contohnya.

Waktu tak terasa sudah menunjukkan pukul 10 dan waktunya untuk aku pulang, sebelum nanti siang aku akan ke kawah putih. Sebelum pulang tak lupa aku memotret beberapa pemandangan yang ada di danau batu cinta ini, untuk nanti aku jadikan feed di sosial media ku.

Di perjalanan pulang aku menemui beberapa pemuda yang sedang bermain sepedah diperkebunan teh. Mereka terlihat pemuda setempat yang mungkin sudah biasa bermain sepeda disini. Aku pun berusaha mengabaikan mereka dan melanjutkan perjalananku menuju pulang, tetapi tanpa sengaja sangking tidak hati - hatinya aku tidak melihat bahwa ada jalan yang licin sehingga membuatku terjatuh dan pergelangan kaki ku terkilir. Malu rasanya dijadikan tontonan oleh pemuda-pemuda tadi, ya walau salah satu diantara mereka membantuku.

"Hay nona, kamu gak papa?" tanya salah satu pemuda sambil memperhatikan aku yang sedang kesakitan.Dan tanpa sengaja Dia memegang pergelangan kakiku yang terkilir.

" Aw, Kak sakit. Kayaknya kakiku terkilir, boleh bantu aku buat bediri? " minta ku, karena kakiku sangat sakit.

" Boleh, kalungkan tanganmu kebahuku biar aku memapahmu untuk berjalan dan duduk di bawah pohon sana" ucap pemuda itu, sepertinya dia pemuda yang baik.

Setelah itu dia membantuku untuk duduk dibawah pohon tak jauh dari tempatku terjatuh tadi, Dia juga memijat pelan pergelangan kaki ku.

" Kalo boleh tau dimana kamu tinggal? Biar nanti aku antar kamu pulang, " tanyanya dan dengan baik hati menawarkan untuk mengantarku pulang.

" Sebelumnya aku ingin berterimakasih sama kamu dan teman-temanmu sudah baik sekali mau membantuku, dan maaf akan merepotkanmu juga karena akan mengantarkanku ke villa glamping, disana tempat aku akan pulang," ucapku dengan rasa tidak enak, karena merepotkan orang asing yang tidak aku kenal.

" Tenang aja sudah sewajarnya kami membantu. Okey akan aku antar kamu ke villa glamping, dan Jo kamu sama yang lain pulang duluan aja ya, bilang ke ibuku kalo aku ada perlu sebentar," ucapnya dan berbicara pada salah satu pemuda sekaligus temannya agar mereka duluan untuk pulang. Sedangkan aku dengan pemuda yang belum aku kenal pun menuju villa.

"Emm, apa boleh aku mengetahui siapa namamu? karena selama kamu membantuku aku tak mengenal siapa namamu, " tanyaku dengan hati-hati.

"Namaku Dava, kalau kamu? " jawabnya sambil fokus menggayuh sepedahnya.

" Namaku Clara, dan panggil aja aku ara, " ucapku memperkenalkan diri. Setelah itu kami berbincang-bincang di sepanjang jalan dan ternyara Dava juga bukan orang asli Bandung, hanya saja karena kakeknya sakit jadi saat SMA dia harus pindah ke Bandung. Pantas saja dia tidak pakai bahasa sunda sejak tadi.

Tanpa terasa ternyata sudah sampai divilla yang aku tempati selama di Bandung, tak lupa Dava mengantarku sampai kedalam villa dan membantuku untuk membaluri pergelangan kakiku dengan balsem serta mengurutnya pelan. Aku memperhatikan setiap perlakuan Dava terhadapku, sangat lembut dan baik, padahal kami baru kenal.

" Oh ya Ara, setelah ini kamu istirahat ya, aku mau pulang dulu, besok aku akan kemari lagi untuk melihat perkembangan kakimu, atau mungkin aku akan izin ke ibu untuk menemanimu di sini biar ada yang bisa bantu kamu buat ambilkan sesuatu yang kamu butuhkan, " ucapnya panjang lebar.

" Eh, gak usah Dava nanti aku bisa panggil pelayan villa saja, dan terimakasih ya, kamu gak usah repot-repot gitu.. kamu baik sekali, padahal aku orang yang baru banget kamu kenal. Sekali lagi terimakasih Dava." aku benar-benar tidak enak pada Dava, Dia sangat baik padaku.

" Kamu gak ngerepotin aku kok Ra, yaudah kalau gitu aku akan kembali besok pagi aja ya, sekalian bawa sarapan buat kamu, dan gak ada penolakan," ucapnya sambil mengusap puncak kepalaku, dan setelah itu dia pergi. Aku yang diperlakukan seperti itu hanya bisa terdiam sejenak sambil merasakan hal aneh pada diriku yang tidak pernah aku rasakan sebelumnya.

Malam pun tiba, dan syukurnya nyeri pada pergelangan kakiku tidak menyulitkan aku untuk sekedar membuat makan dan mengambil minum. Jadi aku tidak harus meminta bantuan ke pelayan Villa. Setelah mengisi perut dan menghilangkan dahaga aku kembali ke kamarku untuk kembali beristirahat. Sambil merebahkan diri diatas kasur aku melihat hasil potretan yang aku ambil di perkebunan teh dan danau tadi siang, dan ternyata tak sengaja aku memotret kegiatan dava dan teman - temannya saat bersepedah tadi, tanpa terasa aku teringat perlakuan dava yang sangat baik mau membantu dan merawat aku sampai sembuh, padahal dia tidak kenal siapa aku, senyumnya tergambar indah dalam ingatanku, kagum dan senang dengan perlakuan nya padaku membuat diri ini ingin mengenal dava lebih jauh lagi. Entah lah perasaan apa ini, yang pasti aku ingin berteman dengannya :)

***

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 14 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang