Note:Disini umurnya ada yang gw tua-in + sama rata. Ya bayangin aja mereka seumuran Trus temen satu kampus
Enjoy(。•̀ᴗ-)✧
Limbung dan gemetar itu yang di rasakan Eunwoo sekarang. Memejamkan mata pukul 23:40 terjaga kembali pukul 00:14 hingga pukul 04:05 terlelap dan kembali terjaga pukul 06:30.
Di tambah ulu hatinya tak bisa di ajak berkompromi sejak semalam. Menambah penderitaan Eunwoo. Binar gelapnya berkedip pelan,berusaha bersembunyi dari sang Surya yang menegak.
Pagi ini mata kuliah bersama Shin songsaenim . Oh,ingin rasanya Eunwoo tenggelam di kolam renang belakang kampus saja. Shin ssaem yang terkenal di seantero kampus itu memang benar-benar menyita seluruh pusat perhatian.
Tak jarang teman-teman nya sering di perbudak oleh dosen itu. Wajah tampan serta tatapan mata lembut nya membuat para Mahasiswi betah berlama-lama di dalam mata kuliahnya. Tetapi para mahasiswi itu tidak pernah sadar jika hanya tampang nya saja,dalamnya benar-benar iblis. Tugas yang di berikan terkadang membuat Eunwoo jengah sendiri.
Langkahnya tampak limbung kala menapaki tangga di lantai 2. Hal ini pula yg membuat Eunwoo malas mengikuti mata kuliah Shin ssaem. Memilih kelas lantai atas dengan alasan agar mendapat udara dan bisa memandang bebas pemandangan dari lantai 2. Padahal menurut Eunwoo yang bisa di pandang dari lantai 2 kampusnya hanya gedung-gedung pencakar langit yang jauh di ujung sana. Benar-benar.
Bernafas lega kala belah sintalnya mendarat di kursi dekat jendela dalam baris nomor 3. Eunwoo melipat lengannya sedangkan kepala dengan Surai coklat itu ia rebahkan. Kepala belakangnya mulai berdenyut. Ah! Satu hal lagi yang membuat Eunwoo benci dengan Shin ssaem,yaitu:Tidak ada alasan tidak mengikuti mata kuliahnya.
Terkecuali ada Mahasiswa/i yang benar-benar tumbang di hadapan dosen itu,barulah sosok gagah berkepala 3 itu akan membiarkan nya istirahat di ruang kesehatan kampus.
Eunwoo mengerang ketika rasa denyutan di kepala belakangnya semakin menjadi. Perutnya mulai bergemuruh menambah rasa mual Eunwoo menjadi-jadi. Ingin rasanya ia keluar untuk setidaknya mengeluarkan isi perutnya. Namun Eunwoo masih sayang tenaga.
5 menit lagi dosen pengajarnya datang. Dari pada ia di hukum hanya karena pergi ke toilet. Lebih baik di tahannya rasa mual dan denyutan di kepala. Ingin rasanya ia membenturkan kepalanya ke tembok.
'Kepala sialan!' umpatnya.
Tersentak kecil kala di rasa ada yang memukul pelan lengan atasnya.
Mengangkat kepalanya yang masih nyaman berbaring di meja walaupun butuh waktu untuk membuka kelopak matanya."You alright?." Seseorang di sebelahnya bertanya. Aksen British kental keluar dari belah persik nan tipis miliknya. Eunwoo sempat mengernyit. Siapa orang ini? Pikirnya. Wajahnya nampak tak asing. Tapi Eunwoo benar-benar buruk dalam mengingat wajah seseorang.
"Hey? I ask to you. You really ok?." Lagi suara dengan aksen British itu keluar dari seseorang di sampingnya. Eunwoo hendak menjawab. Namun tiba-tiba kepalanya berkunang. Ia meraih sebotol air di dalam ranselnya. Meminum air itu seperti orang kesetanan.
"Ugh... Ya aku baik-baik saja. Terimakasih." Eunwoo menjawab setelah hampir menghabiskan setengah botol air mineral miliknya.
Orang tadi nampak khawatir. Namun segera di tepis kala melihat Eunwoo menjangkau satu bungkus roti isi dan obat pereda sakit kepala serta obat magh(?). Eunwoo membuka bungkus roti isi miliknya. Menoleh melihat teman satu mata kuliahnya.
"Mau?." Jemarinya menggenggam roti isi seraya menyodorkannya di depan lelaki yang masih setia memandang lekat pada Eunwoo.
Kepala dengan Surai sepanjang tengkuk itu menggeleng kecil. Bibir tipisnya sedikit mengerucut. Menolak tawaran Eunwoo.