PART 1

364 33 4
                                    

Pada hari itu dimana semua bermula, kebahagiaan yang tidak lagi dapat aku rasakan, kasih sayang dari seseorang tidak lagi aku rasakan. Aku bagaikan mayat hidup, kurus, kusam tidak terawat, tidak peduli dengan diriku sendiri hidup segan matipun tidak mau.

Dahulu aku bagaikan seorang princes dari istana megah, hidup dengan bergelimang harta, apa yang aku inginkan semua terwujud. Tuhan sampai kapan Kau menguji hidupku seperti ini? Kembalikan semua yang pernah aku miliki Tuhan, aku rindu mereka sangat amat merindu, kembalikan mereka.
Aku meringkuk kedinginan dibawah cahaya bulan yang redup, sepertinya bulan merasakan apa yang sedang aku rasakan ia tidak menampakkan cahaya indahnya. Masih berharap bahwa semua ini hanyalah mimpi buruk dan aku akan segera bangun dari tidurku.

Byuurrrr

Aku gelagapan saat air membasuh seluruh tubuhku dan seketika bangun dari tidurku, mengusap wajah lalu melihat seorang wanita muda memegang ember ditangannya sepertinya aku habis di siram olehnya tapi salahku apa?

“heh! Lo kira disini rumah nenek moyang lo! Setiap hari tidur di depan toko gua, ganggu pemandangan tau gak lo!” hardik wanita itu sambil melotot ke arahku.

Aku segera berdiri membereskan kardus serta Koran yang aku pakai sebagai alas tidurku lalu menatap wanita muda didepanku. Cantik! Satu kata yang reflek keluar dari otakku tapi tidak aku ucapkan soalnya wanita itu galak, huh.

“maaf mba, semalam saya lelah jadi ketiduran disini” ucapku membungkuk.

“gak peduli lo kecapean kek, lo mati kek, bukan urusan gua! Intinya lo gak boleh tidur depan toko gua lagi, lo bikin takut pelanggan gua tau gak!” ucap gadis itu menaruh ember dan masih melotot.

“i..iya maaf mba” ucapku menunduk.

“pergi lo! Pagi-pagi bikin orang emosi aja lo” lalu gadis itu masuk kedalam tokonya dan memutar label close menjadi open.

Aku pun pergi dengan perasaan gusar. Bukan, bukan karena sehabis dimarahi melainkan terpesona dengan kecantikan gadis itu. Aduuh mikir apa sih aku, sadar hey gelandangan sepertiku tidak pantas bersanding dengannya, jauh amat jaauuuuhh.

Menyeret kaki ku yang rasanya enggan untuk berjalan sejujurnya aku masih mengantuk bagaimana tidak aku baru terlelap jam empat subuh, sibuk overthingking dan segala macam lainnya, tapi btw aku lapar harus mencari makan kemana, uang sepersen pun tidak ada tanpa sadar aku berhenti di salah satu café, aku memandang ke arah café itu yang baru saja buka tapi sudah banyak pelanggan yang datang, menatap orang-orang disana yang sedang menikmati sarapan paginya.

Aku memegang perutku yang sudah mulai keroncongan, bagaimana aku mendapatkan makanan. Hmm sepertinya aku tau.
Pada akhirnya aku memutuskan untuk mencari barang plastik yang bisa dijual, dengan begitu akupun akan mendapatkan uang dan bisa membeli makanan. Selagi mencari sampah plastik aku sambil bersenandung menikmati apa yang sedang aku kerjakan. Aku mulai terbiasa dengan kehidupanku yang sekarang.

“ahh gila capek ya.” Ujarku duduk dipinggir trotoar memandang karung yang sedari tadi ku bawa.

“yaahh baru sedikit, ini sih gak cukup buat beli ayam mekdi.” ucapku sendu.

Akupun menyeka keringat kemudian melanjutkan pekerjaan ku. Iyaa ini adalah pekerjaan pertama dalam hidupku. Jujur aku tak sanggup aku tak bisa, aku tak mampu dan aku tertatih, semua yang pernah ku lewati tak mungkin dapat kudustai meskipun harus tertatih. Begitu dalamnya aku terjatuh pada kesalahan rasa ini.
.
.
.
.
To Be continued

Pendek bgt gak sih :(

Eitts tenang dulu guys baru part 1.. pedekate dulu kali yaa, jangan panjang² dlu nnti Tremor canda Tremor 🤣

Btw gak ada yg mau ngucapin welcome back nih sama gua 😆 welcome back to me dalam dunia halu .. oke sgtu aja, bye!

Cara Ceroboh Untuk MencintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang