Awali membaca dengan menekan bintang juga ramaikan komen, jangan lupa terus dukung authornya, terima kasih!
—/—
***
Pagi ini, hujanlah yang menguasai langit dan membuatnya menjadi gelap, menggantikan matahari yang nampaknya tengah beristirahat sejenak untuk menyinari pagi hari. Rintik-rintik hujan berjatuhan perlahan, membasahi tumbuhan di luar sana yang tidak dirawat.
Dibalik rintik hujan itu, nampak seorang remaja yang baru saja bangun dari dunia mimpinya. Perawakannya yang tinggi juga kakinya yang jenjang membuatnya sangat gagah saat sedang berdiri.
Remaja itu bangun dari tempat tidurnya dan langsung masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan seluruh tubuhnya. Gravitasi kasur yang terlalu kuat membuat kantuknya belum hilang hingga dahi anak itu harus membentur pintu kamar mandi yang belum ia buka.
Kira-kira 15 menit lamanya ia habiskan didalam kamar mandi. Keluar dari kamar mandi, seluruh tubuhnya sudah dilapisi oleh seragam putih abu-abu yang bersih dan rapi. Tak lupa sebelum keluar dari kamar ia merapikan rambutnya dan tersenyum ke arah cermin.
"Jeandra Putra Jenggala, seperti biasa lo selalu ganteng."
Sudah menjadi kebiasaan seorang Jeandra Putra Jenggala untuk berbicara di depan cermin. Terkadang ia suka mengatakan hal-hal yang tidak masuk akal, namun baginya cermin sudah menjadi sahabat karena cermin itu selalu mendengar keluh kesahnya.
Selesai mengobrol dengan cerminnya, Jean keluar dari kamarnya dan berjalan menuju kamar yang ada disebelahnya. Ia mengetuk pelan pintu itu kemudian langsung saja membuka knopnya.
Jean melihat adiknya yang masih ada di alam mimpinya. Anak itu tidur dengan sangat nyenyak, membuat Jean tidak tega ingin membangunkannya jika hari ini bukanlah hari sekolah.
Sebelum membangunkan adiknya itu, Jean memilih membuka gorden jendela di kamar itu. Ia sengaja tidak membuka jendela karena diluar masih hujan dan udara dingin yang menusuk kulit itu bisa masuk ke dalam kamar adiknya.
Kini ia berjalan mendekati adiknya dan berusaha membangunkan anak itu. Adiknya adalah salah satu orang yang paling sukar untuk bangun sendiri, jangankan bangun sendiri, terkadang saat dibangunkan saja anak itu tidak mendengar dan masih damai dalam tidurnya seperti orang yang sudah mati.
"Nana? Udah pagi ayo bangun, nanti kita telat ke sekolah."
Satu detik, dua detik, masih belum ada pergerakan apapun dari remaja yang bernama Narendra itu. Banyak yang memanggilnya Naren, namun Jean suka memanggil anak itu Nana.
"Bangun kebo, gue siram air nih?"
Habis sudah kesabaran Jean setiap kali berhadapan dengan Nana yang sangat sulit dibangunkan. Akhirnya ia memilih untuk menarik tubuh Nana hingga posisinya kini seperti orang yang sedang duduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Altruism
FanfictionDia adalah definisi pensil yang mengukir kebahagiaan orang lain, namun juga penghapus yang menghapus kebahagiaan sendiri. "Jeandra? Dia sosok kakak yang paling baik walau sangat menyebalkan." "Neandra? Dia sosok adik yang sangat ceria walau terkadan...