🧸 Happy Reading My Readers 🧸
Seorang bocah berusia 8 tahun masih nyenyak dengan tidurnya. Pahatan wajahnya yang menggemaskan membuat sinar mentari ikut menyorotinya dari kisi-kisi jendela. Disamping bocah itu, terdapat pria paruh baya yang setia mengelus lembut rambut anak itu. Pandangan pria itu menyendu ketika melihat beberapa lebam di wajah anak itu. Tak lama, anak itu mulai menggeliat pelan dan membuka matanya belo nya yang begitu indah dan hal yang pertama ia lihat adalah wajah seorang pria yang tersenyum haru kepadanya. Segera saja ia bangun dari tidurnya dan menatap bingung pria itu.
"Paman siapa?" Tanya anak itu yang bernama Arsa sambil memiringkan kepalanya untuk memindai wajah pria itu dengan seksama.
"Apakah paman yang kemalin menyelamatkan Alsa?"
"Apakah paman tidak kenapa-kenapa? Pamanku suka memukul Alsa dan itu sakit sekali."
Rentetan pertanyaan dari mulut mungil itu tak mendapatkan respon apapun dari pria itu. Pria yang bernama Cendric Da Costa itu, hanya fokus menatap wajah menggemaskan itu. Padahal, ia sudah menyiapkan begitu banyak kalimat untuk momen yang ia nanti-nantikan ini selama bertahun-tahun tetapi seolah-olah mulutnya dibungkam oleh sesuatu. Sesuatu yang menyakitkan.
"Sepeltinya sangat sakit ya paman." Melihat keterdiaman Cendric, Arsa menyimpulkan jika pria didepannya ini sangat kesakitan hingga tak bisa berkata-kata. Bukan tanpa alasan Arsa berkata demikian, Cendric memang memiliki beberapa lebam di wajahnya. Tetapi bagi Arsa, ia sudah terbiasa melihat lebam-lebam itu berada di sekujur tubuhnya.
Arsa mengelus wajah tampan Cendric, "Cepat sembuh ya paman." Cendric menangkup tangan mungil itu dan mengecupnya pelan.
"Yang kau sebut paman ini adalah daddymu." Akhirnya Cendric bisa mengucapkan sepatah kalimat.
"Daddy? Apa itu seorang ayah?" Pertanyaan Arsa membuat Cendric tertegun.
"Ya."
"Ah, jadi paman mau mengadopsi Alsa ya!" lagi dan lagi hati Cendric teriris mendengar ucapan Arsa.
"Tidak, Arsa memang anak Daddy, darah daging Daddy dan selamanya akan terus seperti itu." Cendric langsung membawa Arsa ke dalam pelukannya dan merengkuh anaknya. Anak yang selama ini begitu ia rindukan.
"Telnyata benal apa yang dikatakan kakak Aksa, suatu saat Alsa pasti akan beltemu dengan ayahnya Alsa. Supelhelo yang akan menyelamatkan Alsa dan dali paman Alsa yang suka memukul Alsa." Mata belo indah berbinar indah menyiratkan bahwa empunya sangat bahagia saat ini.
"Ya ini Daddynya Arsa dan mulai sekarang dan seterusnya Daddy akan melindungi Arsa, merengkuh Arsa, menyayangi Arsa dan segala-galanya untuk Arsa."
"Aww Alsa jadi bapel." Momen mengharukan itu hancur begitu saja akibat celutukan Arsa yang kini cengengesan.
⋆.°🧸๋ྀི࣭⭑
Lima orang pemuda sedang fokus menatap sebuntalan bocah kecil yang kini duduk di tengah-tengah mereka tetapi yang sedang ditatap malah terlihat tidak peduli dan hanya fokus pada cookie dan botol susunya yang tadi dibuatkan oleh Daddynya. Cendric selaku Daddy dari lima orang pemuda yang kini tampak bodoh itu hanya duduk diam di sofa memperhatikan sesi perkenalan anak-anaknya yang duduk di karpet bulu tebal. Sebenarnya tadi, anak-anaknya itu sudah berkenalan nama masing-masing namun sepertinya kakak-kakak dari Arsa itu begitu penasaran terhadap adik kecil mereka.
"Enam kecebong sudah berkumpul." Gumam Cendric
"Dia seperti boneka." Ucap pemuda berwajah datar dengan ciri khas iris mata yang berwarna abu-abu yang sangat memukau. Pemuda itu bernama Fitz Da Costa selaku anak sulung.
"Matanya begitu indah." Seperti suaranya yang begitu lembut dan menenangkan hati, pemuda satu ini juga memiliki wajah yang sangat tampan dan manis secara bersamaan. Kulitnya yang begitu putih membuat ia tampak seperti orang dari negeri ginseng.
"Bulat." Jika Fitz itu datar, maka pemuda yang bernama Bradwell Da Costa ini lebih datar dan cuek. Brad ini memiliki tatapan yang tajam dengan iris mata berwarna hitam legam dan sangat menyukai roti .
"Apakah betul Daddy adalah ayah adik kita ini? Adik kita begitu menakjubkan untuk menjadi seorang anak dari Daddy." Kali ini, pemuda yang selalu mejulid dan meroasting bernama Maxwell Da Costa. Mulutnya yang selalu berucap pedas tetapi ia orang yang diam-diam memperhatikan orang-orang terkasihnya. Tipe Tsundere.
"Jadi kamu si kecil yang selama ini dicari-cari. Ehehehe, aku punya teman untuk melakukan berbagai eksperimen yang menyenangkan." Nah ini, Niall Da Costa. Si usil yang selalu membuat Daddynya pusing tujuh keliling.
Brad, Max, dan Niall adalah kembar tiga dengan sifat yang sangat berbeda-beda. Wajah mereka sedikit mitip dan hanya Brad sendiri yang memiliki rambut dan mata yang hitam legam sedangkan Max dan Niall memiliki rambut dan warna iris mata yang berwarna coklat terang. Sepertinya Brad tidak sudi menjadi kembaran si tukang julit dan si usil.
Mata kelima pemuda itu tampak berbinar dan terlihat menahan gemas ketika buntalan kecil itu menggeol-geolkan badannya karena begitu menikmati cookis dan susu strawberrynya.
"Sepertinya mulai sekarang kita akan overdosis akan keimutan adik kita ini." Ucap River dengan senyuman manisnya.
22/06/2024
Jadi setelah berabad-abad, akhirnya aku up 'Little Gem New Version' ini
Mungkin ada beberapa alur dan konflik yang akan berubah kedepannya tapi aku tetap usahain untuk tetap pertahanin ciri khas cerita ini.
Babbaaa, eh btw ingetin buat up ya soalnya selalu lupa
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Gem [REVISI]
General FictionMenceritakan tentang seorang anak bernama Arsa da Costa yang menjadi permata kecil di keluarga da Costa. Semua begitu menyayangi anak yang berusia 12 tahun tapi berbadan mungil ini. Tetapi, ada kisah pelik yang Arsa alami sebelum dia di temukan oleh...