11

7 2 29
                                    

Film telah selesai dan para penonton pun segera keluar dari ruangan. Eric dan Jennifer masih saling berpegangan tangan.

"Ada toko yang ingin kamu kunjungi sebelum pulang?" tanya Eric.

"Tidak, ayo langsung pulang. Pasti kamu lelah banget ya hari ini?"

"Tidak kok. Kalau kamu mau pergi, aku temenin."

"Aku tidak mau pergi kemana-mana kok."

Mereka pun segera berjalan menuju ke tempat parkir. Eric masuk ke dalam mobil, menyalakan mesin, dan mulai mengendarainya dengan tangan kiri masih menggenggam tangan Jennifer yang duduk di sampingnya sementara tangan kanannya memegang setir kemudi.

"Rumahmu ke arah mana?" tanya Eric dengan mata yang fokus pada jalan di depan.

"Aku arahkan nanti. Kamu lurus saja, nanti belok kanan setelah lampu merah." Jennifer mengarahkan.

***

Akhirnya mobil Eric pun tiba di depan rumah Jennifer. Ia tinggal di rumah yang besar bersama dengan keluarganya. Rumahnya berwarna abu-abu dan terlihat megah dari depan gerbang.

Ayah Jennifer, telah tinggal di NN187 selama lebih dari 187 hari karena ia merupakan ketua hakim. Hal tersebut membuat ia perlu berangkat lebih awal bersama dengan para presiden, pemerintah, dan orang-orang berprofesi penting lainnya.

Rombongan pertama yang tiba di NN187 adalah para peneliti dan orang-orang yang bekerja di bidang astronomi. Bertahan di NN187 tanpa ingatan apapun, mencoba untuk bertahan hidup tanpa tujuan. Sedangkan di Bumi, orang-orang menunggu kabar dari mereka yang telah dikirim ke NN187. Namun karena tidak ada kabar selama beberapa bulan, orang-orang mengira mereka telah meninggal dan misi mereka telah gagal.

Setelah 187 hari, mereka mulai bekerja dan mulai mengutak-atik alat komunikasi antarplanet yang telah mereka bawa sebelumnya agar dapat menghubungi penduduk bumi. Setelah penduduk bumi mendapatkan kabar, pemerintah telah siap untuk memindahkan masyarakat kesana.

"Kamu mau masuk ke rumah?"

"Tidak usah. Aku tidak bawa apa-apa, jadi tidak enak."

"Hahaha santai aja, tidak perlu repot-repot bawa."

"Tapi aku belum siap untuk ketemu keluargamu."

Jennifer tersenyum, tertawa kecil. "Kamu harus mengumpulkan keberanian dulu ya? Memang deg-degan sih. Kalau begitu, aku bakal tunggu sampai hari itu tiba."

"Iya, aku pasti bakal ketemu ke keluargamu."

Jennifer mengangguk senang. "Oh ya, keluargamu tinggal dimana?"

"Aku tidak punya keluarga. Keluargaku meninggalkanku di panti asuhan sejak kecil."

Tatapan mata Jennifer berubah menjadi tatapan yang sedih, menyesal bertanya. "Ya ampun, maaf. Seharusnya aku tidak bertanya tentang hal itu."

"Tidak apa-apa, kamu tidak perlu minta maaf."

"Kalau begitu, aku masuk rumah dulu ya. Sampai jumpa hari senin!" pamit Jennifer.

Eric melambaikan tangannya. "Sampai jumpa."

Jennifer keluar dari mobil lalu berjalan menuju gerbang pintu rumahnya.

Ia melambaikan tangannya sekali lagi pada Eric. Eric, yang melihat hal tersebut, segera membuka kaca mobil dan membalas melambaikan tangannya.

Selama kencan, Eric menyadari sesuatu yang berbeda dengan Jennifer yang ia temui kemarin ketika makan malam bersama. Jennifer yang sekarang terlihat lebih pemalu, namun itu bukanlah masalah yang besar baginya. Mungkin kemarin Jennifer dikuasai oleh alkohol.

NN187Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang