Langit cerah laksana hamparan permadani biru yang di hamparkan tanpa batas. Awan berarakan menyusuri langit yang tek bertepi. Dibawah naungan alam, bumi berputar menetapi kodratnya. Matahari dengan sinarnya berpendar tanpa henti. Burung berhenti bernyanyi. Bunga – bunga tampak kepayahan menahan hawa panas bulan mei ini. Dan disalah satu pelosok bumi. Sesosok manusia berdiam diri menikmati lamunan khayalannya bersama sang impian..
Bel berbunyi. Sebuah tanda bahwa pelajaran pada hari ini telah usai. Siswa – siswa SMP 45 purwokerto berhamburan di beberapa tempat di sekolah itu. Sementara Fahri, berjalan lunglai menuju tempat parkir yang berjarak 20 meter dari kelasnya. Sejak kemarin perutnya memang belum terisi oleh makanan berupa nasi, terakhir adalah tadi malam ketika beruntung mendapatkan roti bolu kukus pemberian tetangganya yang kasihan. Wajahnya pucat memudar. Bibirnya kering dengan mata sayu yang samar.
“ Fahri,” sebuah suara masuk ke dalam telinga Fahri . Suara yang tak pernah ia lupa.
Gadis itu berlari menghampiri Fahri.“ Ri, kamu koq lemes banget, pucet lagi” tanyanya penuh perhatian.
Bibir kering Fahri terpaksa Ia gerakan untuk membentuk sebuah senyum “ nggak koq. Aku ngak papa “ jawabku singkat.
“ coba aku lihat “ tangan Izah mendekati kening Fahri untuk memastikan suhu badan Fahri.
“ apa – apaan si.” Fahri terhenyak dan segera menampar tangan Izah.
Jelas sekali, Izah terkejut. Meskipun ini bukan yang pertama kali, namun tetap setiap perlakuan Fahri terhadapnya merupakan sesuatu yang selalu janggal baginya.“ aku cuma ingin memeriksa suhu badanmu” jawab Izah cemberut.
“ Ga usah. Aku baik – baik aja “ jawab Fahri singkat dengan nada acuh.
Izah terdiam. Wajahnya berkerut memendam kesedihan.“ Kenapa kamu seperti ini. Ri? Kenapa kamu berubah? Apa salahku? Sekarang kamu selalu acuh terhadapku. Selalu menghindar dariku, selalu saja kasar terhadapku. Kenapa? Apa aku punya salah sehingga kamu begitu membenciku? Kenapa? “ air mata Izah bercucuran. Tapi air mata itu hanya menjadi hiasan kesedihan yang turun ke pipinya tanpa diperdulikan oleh Fahri.
“ Kamu gak salah, aku Cuma tak ingin kamu perlakukan aku seperti itu “
“ tapi ini bukan yang pertama kali, kau selalu saja diam. Bahkan bila bertemu kau selalu saja mengalihkan pandangan. Jawab jujur, apa salahku? Jawab!!!!” kata Izah dengan nada setengah berteriak.
Dari arah belakang, segerombolan murid laki – laki menghampiri Andi. Jelas tersirat ada kebencian dan kemarahan di hati mereka.
“ heh, ada apa ini.” Andi, si pimpinan geng itu melihat sekeliling. Memperhatikan keadaan Izah “ heh anak udik, apa yang kamu lakukan terhadap Izah ?” tanyanya.
“ tanya sendiri tuh sama Izah. Aku mau pulang. “ Fahri berbalik sebelum akhirnya dari arah belakang Andi menarik bajunya. Hingga sedikit robek. Sontak Fahri kaget bukan kepalang. bukan karena perlakuan kasar Andi, tapi robeknya baju sekolah yang Fahri pakai. Baginya, baju sekolah yang ia kenakan saat ini adalah lebih dari seragam yang ia beli setahun yang lalu, lebih dari itu, seragam pramuka itu merupakan hadiah terpenting baginya dari ayahnya. Hasil dari keringat ayah yang membanting tulang demi biaya sekolahnya. Seragam itu bukan hanya sekedar kain, tapi pengorbanan seorang ayah kepada anaknya dan fahri berkeyakinan, itu adalah pralambang baginya untuk menjaga apa yang telah dilakukan oleh ayahnya.
“ kenapa seragamku kau robek?”
“ hahaha,,,, kenapa? Kamu marah? Kamu berani sama aku?”
“ kenapa? jangan mentang – mentang kamu ini anak kota sehingga menginjak – nginjak harga diriku” jawab Fahri lantang.
Izah menangis kian jadi dan berusaha melerai pertengkaran itu. Sedang murid yang lain hanya menonton bahkan ikut mendoakan semoga terjadi perkelahian antara Fahri dan Andi. “ berhenti, jangan bertengkar. “ sergah Izah “ aku akan ganti seragam kamu ri, Maaf ya?”.
KAMU SEDANG MEMBACA
cinta pertama dan terakhir di SMP
RomanceLangit cerah laksana hamparan permadani biru yang di hamparkan tanpa batas. Awan berarakan menyusuri langit yang tek bertepi. Dibawah naungan alam, bumi berputar menetapi kodratnya. Matahari dengan sinarnya berpendar tanpa henti. Burung berhenti be...