All We Are

255 54 46
                                    

WINONA GADISHA RYKEL

"Ah! Lucu banget! Ya kan mas?" tanyaku sambil menunjukkan sebuah gaun ukuran anak-anak, mataku berbinar-binar menatap gaun tersebut. Bagaimana tidak lucu? Tutu Dress berwarna biru muda dengan model mengepul di kedua lengannya. Selain itu ada tambahan mantel dengan bahan satin halus dengan bulu-bulu seperti salju di pinggirannya. Ini gaun pesta edisi Cinderella!


Dan yang lebih penting,


ini gaun yang terakhir. Alias tinggal satu.


"Lucu sih," jawabnya dengan ragu-ragu lalu menghela nafas panjang. Sedetik kemudian ia berteriak, "Nih apa! Hari ini kamu udah beli tiga gaun terus mau beli lagi? Kamu sengaja ya bikin Bapak bangkrut?" ia mengangkat kedua tangannya yang sudah menggenggam kantong berisi gaun-gaun untuk anak yang baru kubeli di toko sebelumnya. Kupasang wajah tak berdosa, lalu kukedip-kedipkankan mataku dengan polosnya.


"Aku gak bikin Bapak bangkrut kok, Mas! Cuma jebol dikit..." ujarku sambil mendekatkan jempol dan telunjuk yang hampir rapat di depan wajahnya.


Wajahnya melembut sedikit, ingin tertawa tapi ditahannya, "Ditaruh lagi ya, adik-ku sayang!" ucapnya dengan nada selembut mantel satin ini, tapi matanya memancarkan api sepanas kota Jakarta siang ini! Huhu!


Lalu hening.......

"Gaaaaakkk! Satu lagi ini ajaaaaaa! Ini tinggal satu tau! Sabrina pasti imut banget pake ini!" buru-buru kubawa dress beserta mantel edisi Cinderella yang tinggal satu itu ke kasir. Tapi sebuah tangan besar menarik tubuhku yang tentu saja kalah besar dengan tubuhnya, siapa lagi kalau bukan Mas Keenan! Huh!


"Gak, Kemaren kayaknya kamu udah beli yang kayak gitu, warnanya juga itu! No way! Cepat ditaruh lagi!" teriaknya tanpa melepaskan tangannya dari bahuku.


"Apaan sih, Mas. Kemaren kan model Elsa Frozen! Kalo yang aku mau bawa kabur ke kasir ini model Cinderella!" kujelaskan padanya dengan suara lantang sambil--masih--berusaha untuk kabur ke kasir.

 

Suara batuk-batuk menghentikan acara perdebatan sengit antara aku dan Mas Keenan. Kami berdua melirik ke samping dan baru sadar bahwa orang-orang disekitar kami sedang melempari kami dengan tatapan 'kenapa-sih-ini-adek-kakak-ribut-di-toko-orang?' Oh! Dan jangan lupakan suara batuk-batuk itu, "Permisi ada yang bisa saya bantu Mas, Mbak?" Pria berbadan gempal dengan suara beratnya menyapa kami dengan nada seramah mungkin. Kulihat nametag yang tertempel di dadanya, Acep Suracep, lalu dengan font yang lebih kecil diatasnya tertulis, Manager.


YA AMPUN, APA KAMI SE-BERISIK ITU YA?


Meet Winona Gadisha Rykel, 23th, keturunan Belanda-Jawa, anak ke-3 dari 3 bersaudara. S1 Hukum dan sudah mau lulus S2.

Hobi: Shopping novel dan dress-dress imut untuk keponakannya yang juga tidak kalah imut, Sabrina.

**


KEENAN ADHI RYKEL

"Bina.." teriak Gadisa saat memasuki rumah, wajahnya sumringah. Gimana gak sumringah? Akhirnya dia jadi beli dress model Cinderella yang menurutku gak ada bedanya sama dress yang kemaren baru dia beli. Dia kekeuh bilang, kalo yang kemaren itu beda model, itu model Frozen.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 07, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Arranged Marriage? Why Not?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang