5. Brenda

131 28 36
                                    

5

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

5. Brenda

Julia yang bersandar di kepala ranjang, menatap kosong ke depan. Di kepalanya terus terngiang-ngiang perkataan sang adik.

“Maaf, kak. Tanpa sepengetahuan kakak. Ayah tiap hari temuin aku di gerbang sekolah. Dia minta uang ke aku, kalo nggak aku kasih dia bisa celakain Kakak atau Jeje kapan dia mau.” Galih mengatakan itu sambil tertunduk dengan raut wajah penuh penyesalan.

Julia tidak tahu, apa kesalahannya di masa lampau. Sampai bisa di kasih orang tua seperti ayahnya itu. Julia ingin menangis. Tapi rasanya air mata itu tak hendak ke luar lagi.

Karena selama ini dia sudah lelah menangis. Menangisi hidupnya dan dunia yang kejam ini.

Rasanya beban di pundak Julia semakin hari semakin bertambah. Beginilah konsekuensi jadi anak Sulung. Bebannya tidak tanggung-tanggung.

***

Ada yang aneh di mata Juan. Dari pagi tadi dia melihat Julia dengan wajah murungnya. Seakan gadis itu tidak ada semangat hidup.

Juan memang pada dasarnya jahil dari dulu pun membuat keributan. Sehingga hal itu mengusik ketenangan Julia.

“Pantes aja hari ikut mendung. Ternyata wajah si Jul, mendung,” celutuk Juan. Dia berbicara sedikit keras tadi.

Keduanya kini sama-sama membersihkan baju di manekin. Ah, lebih tepatnya Juan yang mengikut. Padahal pagi tadi, dia sudah selesai membersihkan itu.

Sementara Julia mendengus. Dia bungkam seakan tak mau membuka suara barang sedikit pun.

Juan jadi berkecak pinggang, merasa terabaikan. “Eh, Jul. Kalo gue ngomong tuh di jawab dong. Jangan diam aja! Bisu lo, ya?!” tanyanya.

Bibir Julia semakin mengerucut ke depan. Dengan wajah kesalnya dia berbalik menatap Juan.

“Gue lagi nggak mood berantem. Jadi, lo jangan berani-berani buat gue emosi.” Ancaman itu tak mempan bagi Juan.

Laki-laki mendecih pelan. “Sok-sokan nggak mood. Nggak pantes lo, Jul badmood. Lo dari lahir ditakdirkan adu bacot sama gue. Jadi, ayo adu bacot!” ajaknya, menggebu-gebu.

Julia mendelik langsung. Menatap Juan dengan sinis. “Stress lo,” ujarnya.

Tangan Juan naik untuk mengusap surai hitamnya ke belakang. Bohong kalau Julia tak terpana melihat itu.

“Nggak ada orang stress seganteng gue. Lo salah kali!” balas Juan. Menarik turunkan alisnya. “Mingkep Jul, ntar masuk lalat! Gue tau kok, gue seganteng apa.” Juan pongah dengan tampangnya yang di kasih sama Tuhan.

Tergagap. Julia langsung mengatupkan bibirnya. Matanya mengerjap beberapa kali. Bibirnya langsung mencebik pelan.

“Halu, lo! Gantengan lagi Om duda gue,” ujar Julia.

JuanJulia [Pre-order]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang