Kak Ranu

72 12 1
                                    

Sebelum pindah, awalnya Radit dan Zelin berencana membeli rumah di pusat kota Bandung. Selain lokasinya strategis, suhu udaranya juga pas untuk Jisa. Tidak panas, dan tidak dingin. Tapi ada alasan kenapa ahirnya mereka justru menetap di daerah Dago.

Waktu tinggal di Surabaya, Naga selalu nonton Indonesian Idol di tv. Kebetulan ada satu finalis yang membuat Naga ngefans setengah mati. Namanya Ranu, mahasiswa ITB berusia 22 tahun.

Dari 5 finalis yang tersisa, Ranu adalah yang paling sering mendapat standing applause dari para juri. Masing-masing finalis memang punya ratusan ribu fans. Tapi di antara mereka, hanya Ranu saja yang berkali-kali dijagokan oleh begitu banyak penyayi profesional seperti Raisa, Anggun, Agnes, Jaz, Risky Febian, dan belasan penyanyi lainnya.

Selama ini, posisi juara dan runner-up Indonesian Idol didominasi oleh para wanita bersuara tinggi. Baru kali ini ada finalis berwujud cowok tampan, dengan suara baritone berkelas internasional seperti Ranu. Otomatis fansnya mencapai jumlah jutaan.

Tapi, bukan itu yang membuat Naga ngefans.

Naga masih kecil. Sebagai sesama penyanyi dia memang sudah profesional, tapi tetap saja masih kecil. Dan anak kecil tidak punya pikiran yang rumit. Dia ngefans pada Ranu karena, gayanya cool abisssss!!!

Sosok Ranu punya pesona maskulin yang alami. Cara berpakaiannya sederhana tapi modern, baik di atas panggung maupun di dalam asrama pada episode daily diary. Saat Ranu berjalan, gerak-gerik dan bahasa tubuhnya begitu natural dan enak dilihat. Itu karena Ranu secara alami tidak ingin mencari perhatian dengan sengaja, tapi menerima perhatian jutaan orang di sekelilingnya sebagai sesuatu yang wajar.

Hal inilah yang membedakan Ranu dengan peserta lainnya. Ketika finalis lain merasa grogi, takut, hawatir, dan kadang terlalu berbangga diri sehingga membuat penampilan panggungnya tidak konsisten, Ranu selalu tampak tenang dengan senyum lebarnya yang sopan. Yang dipikirkannya hanya satu. Berusaha sebaik mungkin untuk membuat lirik lagu yang dibawakannya sampai ke hati banyak orang. Begitu sederhana, sehingga secara mental, Ranu tidak selelah para pesaingnya yang terlalu menghawatirkan image diri dan hal-hal ekstra.

He's simply cool, pikir Naga. In a very natural way.

Kalau sudah besar nanti, Naga ingin jadi cowok macho seperti Ranu.

Di panggung, Ranu memperkenalkan diri sebagai mahasiswa seni ITB yang tinggal di daerah Dago. Sehingga saat diajak pindah ke Bandung, tanpa pikir panjang Naga langsung merengek untuk minta tinggal di Dago.

Rencana pun berubah. Lupakan pusat kota! Waktu di-search di Google, orang tua Naga langsung jatuh cinta melihat lingkungan Dago yang mengesankan. Tapi di luar perhitungan, suhu udara Dago ternyata terlalu dingin untuk Jisa.

Sekarang, Naga sudah seminggu tinggal di Dago. Sudah mengenal dengan baik lingkungan sekitar. Jadi inilah saatnya dia kembali ke tujuan awal, yaitu menemukan rumah Ranu yang sangat diidolakannya.

Sejak kemarin lusa, Naga sering pamit main dengan membawa sepeda. Padahal diam-diam dia keluyuran sampai ke lingkungan kampus ITB. Dengan kikuknya Naga masuk ke kompleks Fakultas Seni, hanya untuk menanyai setiap kakak-kakak yang lewat di koridor apakah mereka adalah teman Ranu.

Untungnya perjuangan Naga yang sedikit maksa itu membuahkan hasil. Memang tidak ada yang memberi tahu alamat Ranu, tapi semua orang bilang kalau Ranu les vokal di tempat yang bernama IMS. Dan begitulah, hari itu juga Naga mendaftar les vokal di IMS Dago.

"Ranu Idol les di sini, ya?" tanya Naga ke Ibu resepsionis yang mengurus formulir pendaftaran. "Ada di kelas mana?"

"Oh, kalo Mas Ranu itu murid kelas expert," jawab beliau. "Adeknya kenal?"

JisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang